Sembilan

7.1K 349 48
                                    

Masa lalu adalah masa lalu, yang sekarang adalah yang sekarang.

❤❤❤

[Vara]

Hari ini aku lagi-lagi menjadi seorang Vana dan pergi ke sekolahnya Vana meski sebenarnya aku tidak mau tapi apa boleh buat sudah ada kesepakatan dengan si ratu licik sialan itu dan aku pun terpaksa menurutinya.

Kakak kelas yang Vana naksir sudah menyadari bahwa aku bukanlah Vana jadi hal itu sedikit melegakan diriku karena aku jadi tak perlu repot-repot menjelaskan semuanya secara rinci dan detail terhadap orang itu.

Oh iya, kehidupan ala Vana memang tidak bisa menyatu dengan diriku yang cenderung tidak suka membuat diriku menjadi pusat perhatian. Sebaliknya Vana membuat dirinya menjadi pusat perhatian di sekolahku sebagai aku. Sial kan?

"Selamat pagi nona judes," ucap seseorang yang menepuk bahuku pelan.

Plak!

"Jangan sentuh bahuku seenaknya."

"Ngomong-ngomong jangan pukul tangan gue segitunya, sakit tau..." ujar orang itu.

"Siapa suruh tanganmu lancang menyentuh bahuku."

"Iya, maaf deh gue yang salah. Katanya hanya sehari tukaran sama si Vana," sahut orang itu.

"Ini pengecualian," jawabku singkat.

"Eh? Kok bisa? Apa jangan-jangan lo naksir ya sama gue makanya minta tukaran sama Vana lama-lamaan?"

"Haha... Tunggu seribu tahun mendatang baru gue nyatakan perasaan gue," ucapku ketus.

"Udah di alam lain guenya," ucapnya.

"Ya udah itu mah derita lo siapa suruh cepat mati."

"Elah emang lo tau gue mati kapan?"

"Stop ajak gue bacot gue datang ke sekolah buat belajar bukan buat ladenin orang aneh yang nggak penting kayak lo."

"Wuih pantas saja lo terkenal sebagai ratu judes," bisiknya.

"Jangan dekat-dekat gue dasar manusia jelek!" seruku.

"What?! Lo bilang apa? Gue jelek? Wow... Hebat sekali ya lo, selama ini belum pernah ada cewek yang bilang gue jelek," bangganya.

"Trus?"

"Lo lumayan menarik deh."

"Oh, gitu."

"Njir singkat amat sih."

"Bye."

Aku pun langsung meninggalkan kak Alvin yang entah bagaimana bisa secerewet itu di pagi hari ini. Dia cukup menyebalkan karena telah merusak mood-ku yang seharusnya tidak boleh di rusak oleh siapapun.

"Tunggu, gue belum selesai bicara sama lo nona judes," ucapnya sambil menahan pergelangan tanganku.

Plak!

"Lepasin, tangan lo penuh virus yang bisa buat gue penyakitan," ucapku sinis.

"Hahahaha... Lo menarik amat sih!" serunya.

"Lo kira gue barang apaan di bilang menarik hah? Udah ah gue mau masuk kelas, lo tau nggak menurut gue lo itu hama."

"Sadis amat sih," ucapnya.

"Wah baguslah kalo lo nyadar gue emang sadis," jawabku sinis.

"Astaga lo tuh beneran deh... Gue beneran jadi tertarik sama sifat lo yang ketus, sinis dan sadis itu."

"Wah baguslah kalo lo tertarik dan kalo bisa cepat-cepat buang rasa tertarik lo itu karena itu sangat mengganggu ketentraman hidup gue oke? Bye."

Aku pun segera melangkahkan kakiku dengan cepat meninggalkan kak Alvin yang sangat mengganggu itu. Masih pagi sudah seenaknya saja merusak mode kenyamananku. Sialan kau manusia jelek yang suka kepo!

Saat pulang sekolah aku pun segera mengerjakan semua tugas-tugas yang seharusnya dikerjakan oleh si Vana sialan kampret itu! Tapi si Vana tidak muncul juga meski sudah ku tunggu selama 2 jam di dalam rumah.

Aku pun menelfon sahabatku, Gita untuk menanyakan padanya tentang Vana soalnya ini sudah jam 5 sore sementara waktu pulang sekolah sudah daritadi yaitu jam 3 sore.

"Halo?"

"Halo Gita,"

"Eh tumben telfon gue, ada apa Var?"

"Lo tau Vana dimana?"

"Vana? Oh tadi kalo nggak salah dia pulang duluan kan? Emangnya dia belum ada di rumah?"

"Belum, Git."

"Hah?! Keluyuran kemana tuh anak?"

"Makanya gue nelfon lo bego."

"Ya udah kita cari dia sama-sama. Gue otw ke rumah lo ya trus kita berangkat sama-sama pake mobil gue,"

"Mobil? Emang lo udah punya mobil sendiri?"

"Iya dongs. Di belikan mama gue coy, jadi gue nggak perlu numpang si nerd jelek itu lagi."

"Dia juga manusia bego."

"Rival juga manusia,"

"Taik lu."

"Iya iya gue otw kesana oke? Bye babu..."

"Babu? Lo kira gue babu lo?"

Tuut.

Sialan si Gita, seenaknya saja memutuskan telfon setelah menyatakan aku sebagai babunya. Awas saja dia datang ke rumahku, langsung ku bakar mobil barunya itu biar dia tau rasa sedikit.

Setelah menunggu 15 menit lamanya, akhirnya si sialan Gita tiba dengan selamat sentosa di depan rumahku meminta sedekah-ups.

"Siapa yang lo bilang babu tadi hah?!" ucapku sinis.

"Hehe ampun bos."

"Ayo buruan jalan."

"Jalan kemana? Kita berdua kan nggak tau si Vana dimana."

"Gue lihat dari google maps kalo dia sedang ada di cafe dota yang biasa jadi tempat nongkrongnya Sar*h Vilo*d si pemain dota cewek yang super kawaii dari Indonesia itu loh..."

*fix, abaikan bagian kata-kata Vara soal Sar*h Vilo*d.

"Bhak! Ngapain dia disitu?" tanya Gita.

"Nggak tau, yuk kita pergi cari dia."

❤❤❤

Oke sekian saja dulu part ini ya. Btw part ini singkat banget karna gue hanya ngetik 700W doang -_- maafkan daku.

Kehilangan inspirasi soalnya kurang di perhatiin 😢 Lovely_Rin
Trus ada manusia tukang bacot nyebelin My_Jels

Oke sekian dulu ya, jangan lupa vote dan commentnya. Sekian~

Kamis, 17 November 2016

Written by:
PenulisTampan

Bad Boy's Girlfriend [UP 1 PART FOR A WEEK]Where stories live. Discover now