Aku menarik nafas panjang sambil membaca setiap obrolan yang muncul. Otakku sibuk menyusun potongan puzzle yang belum lengkap, mencari gambaran kasar apa yang sedang terjadi dan apa yang seharusnya kulakukan.

Dia mengirimku kesini, sendirian, tanpa memberiku sedikit petunjuk tentang apa yang akan kuhadapi disini. Dan seorang aneh menuntunku sampai ke apartemen milik seorang baik hati yang tidak lagi ada di dunia ini - dengan setumpuk dokumen yang hanya boleh diakses oleh kalangan terbatas. Lalu aku dipaksa bergabung kedalam grup aneh yang akan menyelenggarakan pesta tahunan. Pesta mereka bisa dibilang sangat bergengsi. Hanya orang tertentu saja yang bisa hadir.

Sekarang aku harus memilih siapa 'orang tertentu' yang beruntung tahun ini dan meyakinkan mereka untuk datang. Sangat mudah dikatakan, tapi entahlah. Aku sendiri tidak yakin akan kemampuanku membujuk orang lain. menenangkan anak kecil yang menangis saja aku tidak bisa.

Aaah, aku ingin pulang.

Membayangkan tumpukan pekerjaan yang mulai menggunung sementara aku ada disini dan bersantai sedikit membuat perutku sakit. Dia pasti bisa menyelesaikan semuanya tanpa aku. Dia telah memperhitungkan semuanya, kataku dalam hati, sekedar untuk menenangkan diriku sendiri.

Aku ingin pulang dan menuntut jawaban darinya. Untuk itu aku harus menyelesaikan apapun yang ada disini. Ia tidak akan memberiku jawaban apapun kalau aku tidak bisa memenuhi harapannya. Lagi-lagi aku menghela nafas panjang.

Aku lapar, kataku dalam hati. tanpa pikir panjang - tanpa mengganti t-shirt biru langit longgar dan jeans sebatas lutut yang kukenakan, aku berjalan meninggalkan apartemen Rika. Seingatku ada supermarket di dekat apartemen ini.

Dan tebakanku tepat. Aku hanya perlu menyeberang jalanan yang tidak pernah sepi di depan bangunan yang menjulang tinggi ini untuk sampai di supermarket itu. Bukan supermarket besar yang menjual berbagai barang-barang impor, memang, tapi cukup lengkap. setelah memenuhi keranjang belanjaku dengan roti tawar, selai coklat, brokoli, wortel, bawang bombay, telur, dada ayam dan berbagai bumbu, santai aku keluar dari supermarket itu setelah membayar semua yang kubeli.

Membayangkan sup ayam dengan wortel dan brokoli membuat perutku bereaksi.

Listrik dan air di apartemen Rika masih berfungsi dengan baik. Berarti saluran gasnya juga masih berfungsi, kan?

Semoga saja, kataku dalam hati.

Baru kali ini aku merasa sangat bahagia melihat nyala api di kompor. Selamat tinggal roti tawar dan selai coklat!

Setelah memotong, mengaduk, mencampur dan mencicipi, aku duduk di kursi makan dengan semangkuk sup ayam dengan brokoli dan wortel yang kucincang halus. Aromanya terlalu menggoda. Sambil menghabiskan sup ayam itu, aku membuka aplikasi itu lagi. Sedikit penasaran kenapa ponsel ini sedikit tenang.

Hm? V online?

Aku tersenyum kecil, mungkin tidak apa-apa. Lagipula V tidak terlalu mengenalku.

'Wow.. V!' ketikku asal.

'kaget ya?' balas V. aku kagum pada kecepatan jari mereka, 'maaf aku tidak bisa sering online di sini. Apa ada masalah selama kau melanjutkan apa yang Rika kerjakan?'

'aku tidak yakin,' lagi-lagi jariku bergerak sendiri.

'well, itu wajar. Kau baru saja mulai,' mungkin ia ingin mengurangi kecemasanku, tapi sayangnya kata-katanya itu tidak memberikan efek apapun padaku, 'Aku sedang membaca obrolan yang lalu. harapan tentang pesta ini, pembicaraan tentang Rika.. semuanya..' lanjutnya.

Zen online.

'He? V?' salah satu selfienya yang sedang mengedipkan mata menghiasi layar ponsel.

mistakesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang