XXX

723 9 0
                                    

Benar-benar hebat serangannya Tjia Thian Hoa dan Yap Eng Eng itu, pedang mereka menyambar-nyambar dengan sama imbangannya, kedua pedang sebagai juga tergabung menjadi satu.

Tan Hong masih merasakan matanya seperti kabur, tidaklah heran apabila Ouw Bong Hoe, apapula beberapa pelayan itu, bagaikan tidak melihat tubuh orang, hanya bayangannya saja. Mereka ini cuma bisa memandang dengan mata diam dan lidah diletletkan...

Begitu hebat serangannya Thian Hoa berdua, akan tetapi Siangkoan Thian Ya pun telah memperlihat kan kepandaiannya yang sempurna sekali. Dia melayani dengan sepasang tangan tanpa senjata, dia mempertunjukkan kelincahan tubuhnya serta kesehatannya kedua belah tangannya itu. Dia tidak hanya berkelit, diapun dapat membalas menyerang,yang setiap kali mengarah bahagian-bahagian tubuh yang berbahaya dari kedua lawannya itu.

Nampaknya si hantu bagaikan terkurung pedang-pedang lawan, akan tetapi Tan Hong dapat melihatnya dengan nyata bahwa si hantu senantiasa dapat pecahkan seranganserangan berbahaya dari siangkiam happek, nampaknya gampang saja dia mengelakkan diri, hingga terlihat tegas dia ada jauh terlebih liehay apabila dibandingkan dengan si nyonya tua dari rimba bambu tjietiok lim.

Menampak keadaan itu, Tan Hong kuatiri gurunya serta kawan gurunya itu.

Di pihak lain, di dalam hatinya Siangkoan Thian Ya juga menjadi heran sekali hingga sekarang ia menginsafi benar-benar keterangan Tan Hong bukan omong kosong belaka perihal liehaynya ilmu pedang siangkiam happek itu. Jadi benarlah, di dalam dunia ini, ada semacam ilmu pedang yang liehay.

"Apabila aku belum mencapai puncaknya kesempurnaan, pasti aku dengan lekas dapat dipecundangi, " demikian dia berpikir di dalam hatinya. "Jikalau muridnya saja sudah demikian hebat, dapatlah diduga bagaimana liehaynya guru mereka..."

Siangkoan Thian Ya mau tidak mau, mengagumi juga Hian Kee Itsoe.

Sementara itu, karena herannya mereka menampak Tan Hong muncul dengan tiba-tiba dan munculnya juga dari rumahnya Siangkoan Thian Ya, dengan sendirinya gerakannya Thian Hoa dan Eng Eng menjadi kendor, ketika baik ini segera digunakan oleh Thian Ya untuk mendesak, hingga mereka kena dipukul mundur beberapa tindak. Tentu saja, dengan sendirinya mereka menjadi bergelisah.

Setelah berhasil dengan desakannya itu, Siangkoan Thian Ya tidak mendesak terlebih jauh, hanya sambil berpaling kepada Tan Hong, yang ia tampak muncul, ia berseru: "Thio Tan Hong, kiranya kau juga termasuk muridnya Hian Kee Itsoe! Baiklah, kau pun boleh maju bersama!"

Sampai itu waktu, Tan Hong telah sadar dan ingat benar akan janji gurunya untuk ia datang ke gunung ini, untuk bersama In Loei membantui guru mereka menandingi hantu itu, akan tetapi ia toh merasakan bagaimana manis budinya Siangkoan Thian Ya terhadapnya hingga ia beranggapan si hantu bukanlah hantu yang jahat. Malah ia menjadi berpikir: "Berhubung dengan dongengnya Siangkoan Thian Ya ini, antara dia dan soetjouw-ku, siapakah yang dapat disebut si kiamkek atau pendekar? Dia atau soetjouwku itu?"

Dengan menyekal pedangnya, Tan Hong diam mengawasi ketiga orang itu.

Menampak demikian, Ouw Bong Hoe menghampirkan, ia tepuk pundak orang. "Eh, marilah kitapun bertempur satu dua gebrakan!" dia berkata. "Ya, aku mengucap terima kasih kepadamu yang telah pinjamkan aku kitabmu Hiankong Yauwkoat itu!"

Ouw Bong Hoe bukan menantang benar-benar, ia hanya kuatirkan Tan Hong. Ia berkuatir anak muda ini masih belum sempurna ilmu silatnya hingga tidak akan sanggup melayani gurunya yang liehay itu, karena itulah, hendak ia menalangi gurunya.

"Kita berdua tidak bermusuh, untuk apa kita bertempur?" Tan Hong tolak tantangan orang itu. "Eh, ya, bagaimana asal usul gurumu itu? Dia sebenarnya satu kiamkek atau satu penjahat?"

Thian San 2 : Dua Musuh Turunan (Peng Cong Hiap Eng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang