XVI

437 7 1
                                    

Tapinya pemuda she Thio itu tidak menjadi kurban, dia pun sangat gesit, dengan mendahului sambaran golok, tubuhnya terhuyung ke arah tujuan serangan, berbareng dengan itu kaki dan tangannya digerakkan bagaikan orang ketakutan sangat. Terang sudah bahwa ia berpura-pura belaka, hingga Hong Hoe menjadi bertambah-tambah murka.

"Sengaja kau permainkan aku, apakah maksudmu?" dia membentak pula.

Tan Hong tertawa terbahak-bahak.

"Sudah bagus kau tidak menghaturkan terima kasih padaku, kenapa kau sebaliknya menjadi demikian gusar" katanya. "Kau lihat, apakah ini?"

Dan ia lemparkan sehelai kertas yang bersampul merah.

Surat itu adalah sepucuk surat dinas, karena hanya selembar, enteng sekali sampul itu,akan tetapi ketika dilemparkan, timpukannya sangat berat dan keras. Jarak di antara kedua orang hanya setombak lebih, di waktu Hong Hoe menyambutinya, walaupun ia salah satu jago nomor satu dari kota raja, ia pun terperanjat. Lemparan itu bagaikan timpukan senjata rahasia.
Dengan sangat bernapsu Thio Hong Hoe beber surat dinas itu untuk dibaca isinya, atas mana, kagetnya bukan kepalang.

Itu adalah sebuah surat rahasia Khoan Tiong untuk Tjongkoan Kong Tiauw Hay, terang di situ Khoan Tiong mencatat segala apa sejak dia ikut Hong Hoe keluar dari kota raja, jelas dia menulis sesuatu sepak terjangnya Hong Hoe, sang sep atau toako itu, sampai halnya Hong Hoe dikalahkan Tan Hong dan In
Loei dalam lima jurus, dalam mana Hong Hoe melarang orang membantuinya, yang lebih hebat adalah catatan halnya San Bin tertawan, bagaimana San Bin diiring, dicampur di antara orang-orang tawanan lainnya.

Setelah Hong Hoe habis membaca, Tan Hong berkata: "Soalnya sudah jelas, Khoan Tiong telah kenali San Bin akan tetapi dia tidak memberitahukannya kepadamu. Waktu itu dia tidak keburu tulis laporan rahasianya, sebaliknya, dia kirim orang kepercayaannya untuk menyampaikan berita ke kota raja. Laporan orang itu tidak lengkap, itulah tidak terlalu membahayakan, akan tetapi surat rahasia ini, apabila ini sampai di tangan Kong Tjongkoan, celakalah kau!"

Hong Hoe menjadi lesu sekali dia sampai lemparkan goloknya. "Memang aku tahu saudaraku yang kedua ini sangat rakus dan temaha akan pangkat besar, aku hanya tidak sangka bahwa dia ada demikian hina dina.....!" Bahwa dia ada sangat menyesal, itu terbukti dari air matanya yang segera keluar bercucuran, sedangkan dia sangat percaya saudara angkat yang kedua itu.

"Orang semacam dia, untuk apakah kau tangisi?" kata In Loei apabila ia telah ketahui duduknya hal.
"Walau bagaimana, kami pernah menjadi saudara angkat," sahut Hong Hoe lemah.
"Sekarang tidak aku sesalkan kau bahwa kau telah bunuh dia," ia tambahkan pada Tan Hong "Nah, kau pergilah!"

Suara riuh rendah terdengar semakin mendekati. Dengan sebat Hong Hoe bungkus pula kepalanya Khoan Tiong, yang terus ia gantung dipelananya. Selagi berbuat demikian, dia membalik belakang terhadap Tan Hong dan In Loei.

Sekonyong-konyong Tan Hong hunus pedangnya yang terus ditikamkan kepada komandan Kimie wie itu.
In Loei kaget bukan main "Hai kau, bikin apa?" dia menegur.
Hong Hoe sementara itu telah perdengarkan jeritan keras, di waktu In Loei lihat padanya, ia menjadi kaget. Hong Hoe berpaling dengan mata dibuka lebar, romannya ketakutan.
Tapi In Loei menjadi lega juga hatinya apabila ia dapat kenyataan orang cuma terluka sedikit bahu kirinya, luka itu tidak berbahaya.
"Bagus!" teriak Hong Hoe, murka dan masih kaget.
Tapi Tan Hong, dengan suara perlahan, kata padanya:
"Lekas kau jumput golokmu, mari kau tempur aku!....."

Kata-kata ini menyadarkan komandan itu, dia lompat kepada goloknya, golok Bianto untuk dipungut, lalu dengan golok itu dia terjang Thio Tan Hong, siapa berikan perlawanan, maka mereka jadi bergumal hebat. Luka di bahu kiri Hong Hoe itu tidak sempat dibalut, luka itu masih mengucurkan darah hidup.....

Thian San 2 : Dua Musuh Turunan (Peng Cong Hiap Eng)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang