#28

3.6K 163 0
                                    




''Bosen aku ngeliat kamu kayak gini.''

Mita meletakkan kaleng minuman di meja dengan kasar. Lalu menjatuhkan pantatnya ke kursi. Matanya memandang sahabatnya yang akhir-akhir ini mendadak 'sok sibuk' dengan beberapa gambar-gambar komik miliknya di layar monitor. Tentu saja Mita kesal dengan tindakan Ira  yang satu ini. Sebenarnya Mita senang kalau ada orang yang senang hati membantunya, tapi kalau untuk yang satu ini Mita tak mau berlama-lama. Ira kali ini sudah keterlaluan menurutnya.

''Mau sampai kapan kayak gini? Aku kan udah nasihatin kamu, tapi kamu gak mau denger.''

Ira tak bergeming. Dia sibuk mengedit gambar. Melihat itu Mita jadi tambah kesal.

''Lupain masa lalu! Dan jangan jadi istri durhaka!''

Kalimat terakhir dari Mita sukses memporak-porandakan hati Ira. Gadis itu cukup sadar dengan apa yang sudah di lakukannya selama beberapa hari ini ke laki-laki yang kini sudah menjadi suaminya.

Ira menghela napas. Lagi-lagi kata-kata Mita menohok hatinya.

''Ra, aku cuma pengen kamu bahagia. Jangan stuck di masa lalu! Masa depan kamu masih panjang, Ra. Dan di sini aku berusaha netral. Kalau aku jadi Hendra, pasti bakal sakit kalau dia tau tujuan kamu nikah sama dia apa. Dan kalau aku jadi kamu, aku pasti gak akan ngambil keputusan ini. Keputusan kamu yang ini menurut aku gak tepat, tapi kamu tetep aja kan ngambil keputusan itu? Dan akhirnya, kamu menghindari dia kan sekarang?''

Ira diam. Tapi hatinya meresapi kalimat yang di lontarkan sahabatnya. Dan itu membuat Ira terenyuh. Betapa Mita sangat menginginkan sahabatnya bahagia.

''Aku bingung, Ta...,'' ucap Ira akhirnya, ''Aku bingung sama apa yang aku rasain sekarang. Oke, aku jujur sekarang. Sejak Hendra meluk aku pertama kali di makam Alvi, aku ngerasa ada yang beda. Saat dia melindungi aku dari peluru itu, rasa itu semakin terasa. Dan ... saat pertama kali dia mencium kening aku setelah ijab kabul, aku merasa banyak kupu-kupu yang terbang di atas kepalaku. Dan asal kamu tau, Ta. Setelah itu mendadak aku menyukai dia dari berbagai sisi. Apa itu artinya ... aku udah bisa move on ya, Ta?''

Hening. Namun beberapa detik kemudian Mita terbahak.

''Jadi ... kamu sok sibuk bukan gara-gara kamu masih mikirin Alvi? Tapi kamu lagi fall in love sama sodaranya ... sumpah kocak banget kamu, Ra!''

''Mita, kan kamu sendiri yang bilang aku harus lupain masa lalu. Dan sekarang aku mau nyoba. Gak mungkin kan aku mikirin Alvi terus? Toh mau berapa tahun aku begitu gak akan bisa bikin Alvi balik kan?''

''Tumben otak kamu lurus!''

Mita terpekik setelah Ira menghujamnya dengan tumpukan kertas.

''Gitu dong, Ra ... dari dulu kek kayak gini.''

''Hay!'' Tiba-tiba Jojo datang. Membuat Mita terlonjak kaget.

''Hay juga, Jo...,'' balas Ira.

''Kamu lagi sakit?'' tanya Jojo. Ira mengernyit.

''Sakit? Maksudnya?''

''Yee tuh muka kamu pucet kayak vampire. Untung gak gigit.''

Mita baru sadar kalau wajah Ira memang berbeda setelah mendengar kata Jojo.

''Ra, kamu sakit?'' tanya Mita.

''Nggak. Aku sehat kok,'' jawab Ira. Tapi sebenarnya Ira merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Mungkin ini efeknya jarang makan.

''Tadi Hendra nelpon aku,'' kata Jojo.

''O ya? Dia bilang apa?''

''Ya nanya-nanya kamu. Emang sebenarnya ada apa sih? Aneh aja gitu. Masa Hendra yang jelas-jelas suami kamu nggak tau aktifitas kamu. Jangan-jangan lagi berantem ya?''

Ira memilih bangkit dari kursinya dan merapikan laptop dan kertas-kertas miliknya daripada menjawab pertanyaan Jojo.

''Kamu mau ngobrol sama Mita kan? Kalau mau ngobrol aku tinggal dulu.''

''Heh, apa-apaan!!'' seru Mita. Dan tiba-tiba Ira merasakan kepalanya pusing. Hampir saja tubuh Ira ambruk kalau Mita tidak segera menahannya.

''Ra, kamu kenapa?''

Mita tak mendengar jawaban Ira. Dan dengan terpaksa Mita meminta bantuan Jojo untuk membawa Ira ke rumah sakit.

♡♡♡♡


''Pasien kelelahan, banyak pikiran dan maag-nya kambuh.''

Mita dan Jojo mendengar penjelasan dari Dokter. Setelah diberikan resep obat, Mita dan Jojo beranjak ke kamar inap Ira.

Ira mengerjapkan kedua matanya. Kepalanya masih terasa berputar-putar namun Ira tetap memaksakan tubuhnya untuk mengubah posisi.   

''Kamu tiduran aja. Dokter bilang, kamu nginap sehari di sini.'' Itu suara Mita, menginterupsi Ira untuk tetap pada posisi semula.

''Aku mau pulang aja. Mau istirahat aja di rumah...,'' ucap Ira.

''Tapi Ra--"

''Ta, please....''

Mita menghela napas. Jika Ira pulang hari ini, maka Mita terpaksa meminta bantuan Jojo.

''Ya udah. Aku ngomong sama Dokternya dulu, ya.''

♡♡♡♡

Setengah jam kemudian ketiganya sudah tiba di rumah Ira. Bik Surti yang menyambut pertama kali kaget melihat anak majikannya pulang dalam keadaan sakit. Mita mengantarkan Ira ke kamarnya. Namun karena kamar Ira ada penghuni baru Mita mengetuk pintu.

Di kamar, Hendra heran begitu mendengar pintu kamar di ketuk. Apa Bik Surti? Tapi perasaan Bik Surti sudah masuk.

''Masuk!''

Pintu terbuka. Tak lama muncul Mita yang sedang memapah Ira. Hendra terbelalak melihatnya.

''Ira kenapa?'' tanya Hendra setelah Mita membantu Ira tiduran di ranjang.

''Ira tadi pingsan. Maag-nya kambuh sama kecapean. Ini obat-obatan yang harus di minum.'' Mita menyerahkan kantong plastik putih kepada Hendra.

''Makasih ya udah nolongin Ira.''

''Sama-sama. Kalo gitu aku pamit.''

Mita keluar dari kamar. Setelah memastikan kalau Mita benar-benar pergi, Hendra naik ke atas kasur. Memperhatikan istrinya yang mulai terlelap.

Cepet sembuh ya ... sayang.

♡♡♡♡

#28
2 April 2016

Edit
17 September 2016

***

Chapter Selanjutnya

No spoiler

***

[2] After You're Gone [END]Where stories live. Discover now