Bab 8 : Trauma

1.8K 62 27
                                    

"Tetapi bagaimana bisa, ia membiarkan dirinya terlihat lemah disaat seseorang membutuhkan ia untuk terlihat kuat?"

***

"Jalan ke Batu? Sama abangmu? Sama mantan pacarnya juga? Si cewek kebulean itu?" Nora menyerang Neil pertanyaan bertubi-tubi, setelah mendengar permintaan lelaki berambut brunette itu.

Namun setelah Neil menjawab dengan sekali anggukan mantap, Nora hanya menelan ludah. Ia kemudian membalikkan badan. Tangannya bergerak cekatan membersihkan meja yang baru saja ditinggalkan pengunjung kedai.

"Gimana Kak?" tanya Neil, cemas. Di bawah meja, kakinya bergerak-gerak kecil.

Nora menggigit bibir.

Jalan-jalan bersama Arash memang menjadi semacam mimpi yang akhirnya terwujud. Baru memikirkan saja, jantung Nora sudah berdebar tak keruan.

Coba pikir, siapa yang tidak mau pergi ke tempat yang memesona bersama orang dengan sejuta pesona itu? Tapi tentu, tidak dengan mantan pacar yang ikut serta.

Karena pergi liburan dengan gebetan sekaligus mantan pacar gebetan, rasanya persis seperti kebelet buang air besar, tapi kau tidak juga menemukan jamban. Perasaan bingung, gemas, malu, dan sakit saling bertabrakan.

Masa iya, Nora mau nahan pup... Ehm, maksudnya menahan perasaan setidaknyaman itu?

"Aku nggak benar-benar kenal abangmu, Neil. Apalagi mantan pacarnya itu..." Nora mencoba beralasan.

"Aku ikutan juga kok, Kak."

"T--tapi..."

"Bang Arash minta tolong pertama kalinya dalam hidupku. Jadi aku nggak mau ngecewain dia. Kamu mau bantu aku kan, Kak?"

Nora refleks terdiam. Suara Neil terdengar berat dan dalam. Kaget juga mendengar perkataan seserius itu dari seorang Neil yang tengil. Ia lantas menghadap Neil. Didapatinya sorot mata yang penuh asa...

Hingga menuntunnya untuk mengangguk. Meski teramat pelan, nyaris tidak ikhlas sama sekali.

Wajah Neil berseri-seri, "Serius?!"

"Iyaaa..." jawab Nora malas-malasan.

Neil lantas bangkit berdiri untuk mendekati Nora. Ia mengangkat kedua tangan hingga sejajar pipi Nora. Lantas kedua ibu jari dan telunjuknya mengapit gemas pipi gadis itu.

"Uuhh... Bayeknyaa Kakak Norak akuh...", katanya dengan suara yang sengaja diimut-imut-kan. Meski itu terdengar menggelikan di telinga Nora.

Gadis itu lantas melepaskan cubitan Neil dan memberikan sebuah jitakan di kepala Neil.

"Duh! Atiiitt..." Neil memberikan tatapan puppy eyes, yang biasanya selalu membuat cewek gemas.

Namun dengan cueknya, Nora justru menoyor kepala Neil. Hingga kepala Neil terlempar ke belakang.

Neil memasang wajah kesal, mendapati Nora lebih tertarik dengan meja kotor ketimbang dirinya.

"Rencananya mau kemana aja, Neil?" sambung Nora sambil membelakangi Neil.

"Yang jelas si Cinta mau main paralayang..."

"Siapa... Siapa mau ke paralayang?!" seruan Hanin yang baru muncul dari luar kedai, membuat Neil dan Nora menoleh serentak.

"Kami," jawab Neil. "Kamu mau ikutan juga, Kak?"

"SUMPAAAH?!" Teriakan Hanin membuat Nora menutup telinga. Gadis petasan itu mulai meledak lagi rupanya. "Demi apa aku nolak diajak ke sana?! MAU BANGEEETT, Neil! Mau! Mau!"

Mencintaimu Diam Diam [ON MY OWN]Where stories live. Discover now