Bab 1 : Hujan Di Penghujung Tahun

8.2K 213 72
                                    

"Aku mencintainya seperti tanah yang memuja hujan, yang membuatnya mampu menampung sebanyak apapun air yang jatuh ke bumi, dalam sunyi..."

***

Hujan turun.

Persis seperti tahun lalu, di waktu yang hampir bersamaan.

Untuk pertama kalinya, ia jatuh cinta. Untuk pertama kali pula, ia percaya hujan menyimpan banyak romantisme tak terbantahkan.

Lihat saja betapa banyak air yang ditumpahkan, tanah tetap menampungnya dalam diam. Tanpa syarat. Tanpa interupsi.

Begitupun, tanah masih sempat menguarkan aroma yang khas. Wangi yang membuat siapapun penghirupnya, nyaman seketika. Lalu membiarkan manusia menyebutnya dengan 'aroma hujan'.

Aroma yang sama itupun berhasil menggiring Nora pada ingatannya di malam itu, kala hujan di penghujung tahun lalu.

Ditemani payung berwarna violet, gadis berponi ala Dora itu, menerobos jalanan menuju kedainya.

Seharusnya, saat ini ia sedang bersama Hanindia dan teman-temannya, untuk bersiap menyambut perayaan pergantian tahun di sepanjang jalan kembar Soekarno Hatta.

Namun karena sejak awal Hanin memaksanya ikut serta, Nora yang setengah tak rela, akhirnya melupakan sesuatu. Saat meninggalkan kedai makanan miliknya, gadis itu lupa mengunci pintu.

Tiga puluh menit sebelum pergantian tahun, Nora memutuskan kembali seorang diri. Tidak lucu juga, bila ia harus kehilangan segala inventaris kedai di awal tahun.

Dengan menyelip diantara kendaraan-kendaraan yang tidak bisa bergerak karena jalanan terlampau padat, Nora tak henti mengumpat.

"Siaaall... Ini semua gara-gara Hanin! Akhir tahunku jadi rusak begini!" katanya sambil melirik kesal pada sepeda motor yang tanpa sengaja menyipratkan genangan air ke roknya. "Kalau sampai kedai kemalingan, akan kupotong gajinya untuk ganti rugi!"

Gadis yang gemar mengenakan syal tebal yang dililitkan di leher itu, bisa bernapas lega tatkala tiba di kawasan MT. Haryono.

Ia menapaki gang kecil sebelum sampai di kedai mungilnya. Saat semakin dekat, langkahnya dipercepat. Nora sudah tak sabar melihat keadaan kedai.

Namun angin yang berhembus kencang tiba-tiba, sukses membuat tangannya kehilangan payung.

Payung itu terbang untuk jatuh di bahu jalan sekitar lima meter di belakangnya.

Gadis itu menghela napas. Ia hendak meraih payung, namun agaknya angin ingin bermain-main. Setiap melangkah mendekat, payung itu bergerak menjauh.

Tanpa menghiraukan titik air yang mulai membasahi puncak kepala, Nora tak menyerah. Ia terus berusaha mendapatkan kembali payungnya.

Sampai kemudian sebuah tangan misterius berhasil menangkap lebih dulu.

Nora tertegun. Sosok lelaki yang tak pernah dilihat sebelumnya, kini memakai payung itu untuk mendekat.

Mencintaimu Diam Diam [ON MY OWN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang