7

3.5K 502 45
                                    

[SEMINGGU SEBELUM BADAI.]


BEGITU KAKIKU KEMBALI memijak tanah, aku baru sadar bahwa kali ini aku berada di ruangan yang sama sekali baru.

Ruangan ini tampak serba putih, nyaris seperti laboratorium atau ruang bedah. Ada bau obat di udara, beberapa peralatan yang tidak bisa kukenali ... dan, yang terlambat kusadari, ada banyak suara orang tergesa.

Nephthys ternyata tidak menyempatkan diri diam, karena begitu mendarat, ia langsung bergerak mengikuti kerumunan orang-orang yang sangat tinggi—mereka semua setinggi Nephthys, yang berarti tinggi mereka lebih dari dua meter.

Para Leluhur?

Selain tergesa-gesa, mereka semua terdengar panik. Ada yang berbicara dengan sangat cepat, memberi instruksi ini dan itu kepada sesamanya. Namun, secara umum, mereka semua bergerak bersama, membawa sesuatu di tengah-tengah mereka.

Ada bunyi dengung lembut.

Penasaran—dan praktis tersesat tanpa Nephthys—aku memilih mengikuti mereka.

Nephthys mengatakan sesuatu pada salah satu Leluhur lain. Nadanya terdengar seperti pertanyaan, dan Leluhur lain itu terdengar seperti menjawab. Ekspresi Nephthys seperti mengatakan bahwa ia tidak suka dengan jawaban itu.

"Ada apa?" tanyaku pada Nephthys sambil terus berusaha menyusulnya. Sumpah, berjalan biasa saja, para Leluhur ini sangat cepat—apalagi jika mereka sedang terburu-buru begini.

"Serqet," kata Nephthys singkat.

"Hah?"

"Nanti kujelaskan!"

Aku benar-benar merasa tidak punya pilihan selain terus mengikuti para Leluhur itu, karena aku tahu aku pasti akan tersesat jika aku sampai kehilangan mereka. Terutama Nephthys. Sejauh ini, aku cuma bisa percaya padanya.

Jadi, aku terus mengikuti mereka—dan, untuk pertama kalinya, aku melihat apa yang mereka kerubungi dan bawa pergi.

Sebuah ranjang.

Lebih seperti ranjang medis di rumah sakit yang bisa dipindah-pindahkan, kecuali bahwa ranjang ini tidak beroda. Dia tampak seperti mengambang di atas tanah, nyaris seperti efek magnet. Ada dengung lembut dari arah ranjang itu—sepertinya itu suara mesin yang mengangkat ranjangnya, entah dengan teknologi apa.

Dan, terbaring di atas ranjang itu, adalah seorang wanita.

Paling tidak, aku cukup yakin dia wanita, karena posturnya sangat mirip dengan Nephthys. Kecuali mungkin untuk fakta bahwa ia mengenakan kerudung berwarna hitam dan sebuah masker hitam tipis dengan manik-manik keperakan berbentuk bulat-bulat kecil dijahit di sana.

Matanya terpejam erat ... seakan ia tengah kesakitan parah.

Dan aku tidak salah.

Dua detik kemudian, ia mengerang.

Sedetik kemudian, ia menjerit.

Aku tidak mungkin bisa melupakan jeritan itu dalam waktu dekat.

Para Leluhur medis di sini bergerak semakin cepat lagi, dan akhirnya, aku merasakan ada tangan menahanku—Nephthys.

"Kita tidak boleh masuk sana," kata Nephthys sementara para Leluhur itu akhirnya menghilang ke balik sebuah pintu. "Isis lebih ahli soal obat-obatan daripada aku, dan dia akan segera tiba di sini untuk membantu para tenaga medis itu. Kita tunggu di sini saja, oke?"

Aku mengangguk. Nephthys menuntunku ke arah salah satu dinding koridor itu—yang berwarna putih cemerlang, seperti segalanya di sini—dan menyentuhnya sedikit. Bagian yang disentuh Nephthys menyala biru lembut, dan hal berikutnya yang kutahu, dinding itu bergerak—timbul di sana-sini, membentuk diri ... dan menjadi sebuah tempat duduk.

Ragnarökr Cycle: Storm ChasersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang