Aku berdiri dan mengulurkan tanganku pada Elang.
Membuat Elang menyambutnya dan kami berjalan bersama meski tanpa tangan yang bergandengan.
Aku dan Elang sudah cukup sering jadi bahan gosip karena kedekatan kami.
Meskipun berbeda prinsip, karakter dan juga sifat. Aku dan Elang malah selalu cocok dalam membahas apapun dalam perbincangan kami.
Membuat orang - orang sering menaruh curiga pada kami.
"Sampai"
Elang menepuk kepalaku pelan beberapa kali sebelum berjalan kedalam pintu kelasnya.
Saat memasuki kelas! Tanpa babibu atau apapun aku langsung duduk pada tempat dudukku.
Membuat Iva yang tadinya berbicara dengan Eca langsung memandangku dengan matanya yang sudah menyipit.
Biasa aku sebut itu pandangan curiga.
"Katanya gak pacaran sama Elang!"
Pernyataan konyol Iva membuat moodku yang sudah membaik menjadi buruk.
"Udahlah Va, mangnya lo gak malu ngejadiin teman sebangku lo bahan gosip"
Anggap saja aku gila karena membalas ucapan Iva dengan ucapan pedas.
Dan dengan itu pula Iva mendengus kesal sambil kembali menatap Eca.
.....
Guru yang mengajar pak pelajaran terakhir selama dua jam pelajaran sedang pergi keluar kota, menjadikan seisi kelas pergi ketempat yang mereka suka.
Tak terkecuali aku.
Dengan langkah gontai aku berjalan ke area sekolah dimana tak seorangpun yang mungkin akan mendatanginya.
Hutan belakang sekolah.
Tempat yang penuh dengan rumput liar yang tinggi.
Membuat tempat ini terkesan sebagai tempat jelek nan kumuh.
Padahal itu hanya penampilan luarnya saja, karena jika kita masuk kedalamnya .
Hutan aneh ini adalah tempat yang sangat nyaman.
Saat menemukan tempat yang kurasa tepat, aku duduk bersandar pada batang pohon.
Menikmati keheningan adalah hal yang sangat menyenangkan.
"Cih tadi kabur sekarang malah dateng sendiri"
Seseorang berucap kesal . Membuatku langsung membuka mataku yang tadinya terpejam.
Tubuhku juga menjadi tegak dan celingak - celinguk kesana kemari mencari sumber suara.
Tiba - tiba ada bunyi benda terjatuh dari atas pohon membuatku menoleh kearah asal suara.
Dan disana , ditempat yang hanya berjarak satu meter dari tempatku duduk.
Zandar sedang berdiri sambil bersedekap.
Tak lupa senyum sinis diwajah dingin nan angkuh miliknya.
Membuatku merasa akan terjadi sesuatu yang buruk terhadapku.
"Ng ngapain lo?" Tanyaku gugup membuat Zandar datang mendekat dengan senyuman sinis yang masih setia terpatri diwajahnya.
Dengan cepat aku berdiri dan mencoba kabur dari Zandar .
Tapi Zandar mencekal tanganku.
"Lepas Zandar"
aku menatap pemuda itu kesal.
"Gue pengen bicara sama elo, dan kali ini gak ada acara mencoba kabur, ataupun pertolongan kabur dari siapapun"
Zandar menatapku sinis.
"Disini sunyi Han"
Mendengar itu aku langsung merinding dan bulu kudukku meremang.
Zandar itu sebenarnya apa sih? Manusia bukan sih? Kok bisa semenyeramkan ini?.
"G gue gak pingin bicara sama elo"
Ucapan terbataku membuat Zandar tersenyum kecut.
"Mang napa kalo gue ngajak lo bicara!"
Zandar menaikkan satu oktaf nada bicaranya, dan saat itu juga aku merasakan genggaman tangannya mengerat.
Alisku tertaut menahan sakit.
"Sakit"
Aku bergumam lirih.
Membuat Zandar melepas tanganku dengan kasar.
"Lo mau bicara sama Alvin, Elang, Rakha, Joe dan siapapun. gue kira lo gak milih - milih temen"
Zandar menatapku takjub membuatku langsung membuang muka.
"Apa karena gue itu udah jadi biang onar? Makanya elo gak mau nama lo tercoreng?"
Zandar mulai mengeluarkan opini yang mungkin selama ini bersarang di otaknya.
"Puas bicaranya?" Tanyaku datar sambil mengangkat sebelah alisku.
Dengan keberanian entah dari mana aku menatap Zandar tepat dimanik matanya.
"Lo bener gue suka milih milih temen"
Zandar terlihat terkejut dengan pengakuanku.
"Gue gak suka jadi pusat perhatian, dan apapun yang elo lakuin pasti mengahasilkan pro dan kontra yang pastinya jadi perhatian semua orang"
Kali ini Zandarlah yang membuang mukanya kesal.
"Tolong ya tuan Zandarreza Revarian, tolong banget deh"
Saat mendengar apa yang kuucap, Zandar menatapku bingung.
Apalagi ketika kedua tanganku kusatukan dan aku mulai memohon padanya.
"Anggap aja gue takut sama elo, gue takut sama apapun yang bisa ngebikin hidup gue ribet dan banyak masalah, gue takut jadi pusat perhatian"
"Dan bagi gue, elo sama aja masalah" ucapku pelan.
Sambil meninggalkan Zandar yang masih terdiam.
Atau Zandar yang belum meluapkan amarahnya karena bingung dengan apa yang barusaj kuucapkan .
KAMU SEDANG MEMBACA
INTROVERT
Teen Fiction#16 in introvert #19/01/2019 #18 in Introvert #06/06/2019 Credits Beautiful pic from Anna Abola Art -when a introvert girl fall in love- -a same love that's will changing her self and it started when she's get a papercranes - by '22yuniyu' ...
Chapter 6
Mulai dari awal
