dua puluh empat

2.4K 391 2
                                    

tania tersenyum ketika melihat punggung calum ketika ia memasuki rumah, rupanya band buatan kakaknya sedang melakukan tradisi; ngumpul buat bahas masalah viewers.

tania segera duduk disebelah calum. calum menoleh lalu mengelus puncak kepala tania. "lagi ngomongin viewers ya?" kata tania sambil menyomot biskuit yang tersedia diatas meja

tania menatap orang di sekililingnya. "gue ganggu kalian?". tania menghabiskan biskuit yang ada di tangannya. "yaudah, gue ke kamar aja kalo gitu."

"dek."

tania kembali duduk di tempatnya ketika michael memanggilnya tegas. "dek, kita mau ngejelasin sesuatu."

"tinggal ngomong." tania tersenyum sambil mengangkat kedua bahunya. michael menatap amplop coklat yang ada di genggaman tangannya

pandangan mata tania ikutan turun ke arah amplop yanh dipegang michael. "gue, ralat maksudnya kita," michael menatap ke arah tania. "kita dikontrak."

"dikontrak apaan?" tania menyelipkan anak rambutnya. "emangnya kalian orang sewaan?"

"sumpah dek, gak lucu." michael memutar bola matanya. "kita dikontrak sama satu label musik, yang artinya kita bisa ngejer mimpi kita."

"kita tinggal minta persetujuan lu."

tania tersenyum pahit, kalau seandainya calumnya akan menjadi tenar, calum is not her little secret anymore. "kalau emang itu mimpi kalian, kenapa enggak, yakan?"

"gue pasti dukung kalian!" tania bangkit lalu tersenyum menatap ke arah mereka semua, lalu membalikkan badannya.

tania menutup pintu kamarnya, tangannya menghapus air mata yang keluar. salah satu ketakutan tania seandainya mereka tenar; lost.

tania mendudukkan badannya di lantai kamarnya, menyenderkan kepalanya di badan kasur. "kalau kamu gak rela aku dipegang-pegang cewek lain, bilang dong." celetuk calum yang tiba-tiba ada disebelah tania. tania mencubit lengan calum kesal. "jangan geer jadi orang."

"eh eh aku mau jadi sok puitis gitu deh," calum menghadapkan badannya ke arah tania, memegang kedua pipi tania, menghapus air mata yang tersisa di pipi tania dengan ibu jarinya. "kamu tau gak?"

"nggak"

"untung aku sayang kamu." calum menekan pipi tania dengan ibu jarinya

calum menghembuskan nafas lalu tersenyum ke arah tania. "aku pernah liat foto david beckham yang dikerubungin beberapa cewek,"

"disana juga ada istrinya, victoria beckham. walaupun david dikelilingin bahkan dipegang sama cewek-cewek itu." calum memegang dagu tania. "tapi tangan david tetep megang bahu istrinya."

"dan itu aku ke kamu." calum membaringkan badannya, membiarkan kepalanya berada diatas paha tania. "ya anggep lah cewek-cewek itu calon fans aku,
tapi hati aku tetep buat kamu."

calum menatap tania, "gimana? aku udah puitis belum?" calum memainkan alisnya. sontak tania menutup wajah calum dengan telapak tangannya

-

tania menguap di sofa yang berada di studio tempat mereka rekaman untuk EP pertama mereka, tangannya memegang sebuah buku dan setumpuk kertas-kertas yang isinya catatan dan latihan untuk ujian kenaikan kelas besok

"ngantuk ya?" calum duduk disebelah tania, menaruh kepalanya di pundak tania. "kamu masih pusing gak?" tania meraba kepala calum untuk memeriksa apakah badan calum masih panas atau enggak.

"jangan kecapean." oceh tania. calum tersenyum lalu memeluk tania dari samping. sejak tadi pagi, calum mengeluh tidak enak badan.

"ciye yang besok ukk" calum menggelitiki leher tania dengan hidungnya. "calum anjir ya geser gak." tania bergerak menjauh dari calum tapi tangan calum yang melingkar di pinggangnya menahan pergerakannya

"calum jangan macem-macem." tania memeloti calum karena tingkah usilnya. calum tertawa lalu mendekatkan mukanya ke arah tania, ketika hanya beberapa jarak lagi, tania menutup mulut calum

"jangan coba-coba cium aku." "kamu lagi sakit, nanti nuler" tania mencium pipi calum sebentar.

-

haii!!

gue gak kebayang kalau pemerintah beneran nerapin full day school :)

chatous • cth ✔️Where stories live. Discover now