Merasa kesal karena terlalu lama menunggu Zandar membuatku berdiri dari dudukku dan berjalan kesana kemari.
Mencoba mencari Zandar sekaligus angin segar.
Jika tidak ketemu, aku akan pulang.
Bahkan satpam sekolah saja tak akan betah berada disini jika tidak dibayar.
Apalagi aku.
Meskipun aku suka kesunyian.
Tapi tempat sunyi paling menyenangkan adalah kamarku, sarangku dan tempat tinggalku.
"ZANDAR!!" teriak seseorang membuatku berhenti melangkah dan mulai berjalan kearah asal suara.
Lorong sekolah.
Membuatku yang tadinya berjalan dilapangan langsung berlari mendekat.
Dan ketika aku sudah berada dilorong sekolah, aku melihat Zandar dengan wajah datarnya .
Sama persis dengan Ekspresinya ketika sehabis membaca Chat group kelasku.
Zandar sedang berjalan cepat dan dibelakangnya ada Roy yang mengejarnya dengan ekspresi kesal.
Wajah Roy semakin mengeras ketika Zandar bahkan tak memperdulikannya sedikitpun.
Membuatku menahan nafas ketika Roy menghentikan langkah Zandar dengan paksa.
Dengan rasa penasaran yang entah berasal darimana aku mulai mendekati mereka yang hanya berjarak dua kelas dari tempatku berdiri.
Ekspresi Zandar masihlah datar meskipun sekarang Roy sedang menarik kerah bajunya.
Tinggi mereka yang seimbang tak membuat Zandar tercekik karena tertarik keatas ataupun kebawah.
"Elo tu gak punya telinga?" Desis Roy tajam.
Tapi Zandar bahkan tidak menjawabnya sedikitpun membuatku tanpa sadar menggigit kuku jariku.
"Gue gak punya waktu" meskipun aku tidak pernah mengenal Zandar dengan baik.
Tapi aku tidak pernah mendengar Zandar berbicara dengan intonasi yang sangat dingin.
Dengan santainya Zandar melapaskan tangan Roy dari kerah bajunya.
Tapi hal itu tidak berlangsung lama karena Roy kembali menarik kerah baju Zandar dengan satu tangan dan tangan yang satunya berayun untuk menapar Zandar.
"STOOOOOP!"
Teriakan yang bahkan tak pernah kusadari aku bisa mengeluarkannya membuatku refleks memegang bibirku.
Tapi sekarang bukan waktunya memikirkan kata heran.
Sambil menggeleng kuat aku mengepalkan tanganku lalu berlari kearah Zandar dan juga Roy yang sudah tidak berada pada posisi mesra mereka.
"Hani! Urusan gue sama ini cowok tolol" ucap Roy kesal sebagai reaksinya atas kedatanganku.
"Bukan sama elo! Nanti gue digilas Elang kalo elo kena imbas"
Baru aku akan menanyakan kenapa Roy memanggil Zandar dengan sebutan tolol.
Roy sudah memotongku dengan kalimat yang membuat amarahku naik sampai keubun - ubun.
"Udah deh! Jomblo gak urusan sama yang ginian"
Dengan wajah ditekuk aku menghalangi langkah Roy yang mulai mendekati Zandar.
"Gue emang Jones tapi bukan berarti gue gak bisa baca kondisi!"
Ucapanku membuat Roy menggeram kesal "kalo bukan gak bisa baca kondisi, trus ngapain lo sok jadi pahlawan kesorean?"
Roy menunjuk Zandar dengan dagunya.
"Gue bukannya mo jadi pahlawan! Elonya aja yang terlalu emosian dan enggak mandang sesuatu dari segala sudut pandang"
Aku mulai ngotot .
Roy tersenyum sinis padaku, tapi sebelum bocah gila itu berbicara Zandar sudah memotong ucapannya.
"Hani urusan gak penting kayak gini jangan dibikin panjang".
Zandar berucap datar membuatku melongo.
Ini bocah satu bisa baca situasi kondisi gak sih?.
Saat kayak gini malah bicara kayak gitu.
"Apa Lo BILANG!" Teriak Roy marah . Tuhkan! Ini bocah satu emang gak bisa diajak kompromi rupanya.
"Gue bilang masalah gak penting kayak gini gak usah dibikin panjang" jawab Zandar santai.
Aku melongo.
Bukan karena keberanian bocah tengik didepanku ini, tapi karena senyum sinis yang sempat - sempatnya terpatri diwajahnya.
"Maksud lo?" Desis Roy sambil menarik kerah baju Zandar.
"Udah deh" ucapku kesal sambil menyingkirkan Zandar dari hadapan Roy.
"Emang keluhan elo apa sih sama ini bocah tengik Roy!" Aku menunjuk - nunjuk Zandar dengan kesal.
"Dia tuh sok ganteng! Pacar orang aja digodain"
Roy mengatakannya dengan berapi - api.
"Enggak pacar lo tuh yang ke geeran?"
Jawab Zandar masih dengan ekspresi songongnya.
Oke aku juga ingin menonjok Zandar sekarang.
"Maksud lo?" Desis Roy sambil menatap Zandar tajam.
Membuatku meneguk ludahku kasar.
"Emm Roy! Mungkin aja pacar lo yang ke geeran"
Aku menjawab kikuk.
"Kok elo belain Zandar? Lo udah kemakan sama sikap baiknya juga?" Roy menatapku kesal.
Membuatku cemberut.
"Kalo ia mang napa?" Tanyaku sambil mengangkat daguku.
Roy membulatkan matanya tanda ia terkejut.
"Elo aja udah ngakuin kalo pacar lo kemakan sama sikap baiknya Zandar dan salah mengartikan bahwa Zandar suka sama dia, ngapain ngotot sama main nonjok sih? Mending elonya bersikap baik sama cewek lo jangan sampe diputusin karena dia nganggep Zandar lebih baik daripada elo"
Aku berbicara panjang lebar membuat Roy membuang mukanya kesal.
"Gue pengang ucapan lo!" Roy menunjuk wajahku dengan ekspresi yang sedikit menyeramkan.
Saat melihat punggung Roy yang mulai menjauh, aku dan Zandar masih diam dengan fikiran masing - masing.
Aku yang mulai mengingat kembali apa yang sebenarnya kulakukan.
Dan Zandar yang entahlah apa yang ia fikirkan.
"Han" panggil Zandar pelan.
Membuatku menoleh dan menatap Zandar yang menatapku.
Euh kagum.
Memangnya tadi aku sedang apa?.
Tunggu.
Bukankah tadi aku mendebat Roy?.
"Makasih ya -" ucapan Zandar terhenti ketika tanpa sadar aku berteriak didepannya.
"Gue masuk dalam masalaaaaahhh"
Oh tidak ya tuhan! Aku memasuki masalah!!!!.
Aku langsung menatap Zandar panik.
"Kotak bekal!" Ucapku masih dengan kepanikanyang sangat besar pada Zandar.
"Kita bicara dulu!" Jawab Zandar sambil menatapku bingung.
"Yaudah! Gak penting juga kotak bekalnya" racauku aneh sambil berjalan cepat menjauhi Zandar.
"Han mau kemana lo?" Tanya Zandar sambil mengejarku.
Membuatku langsung mengangkat tangan kananku kearahnya tanda ia harus berhenti.
"Kita cuman sebatas kenal!! Teman juga enggak! Gue nyesel kenal elo" teriakkku ambigu sambil berlari pergi meninggalkan Zandar yang terus meneriakkan namaku dilorong sekolah.
YOU ARE READING
INTROVERT
Teen Fiction#16 in introvert #19/01/2019 #18 in Introvert #06/06/2019 Credits Beautiful pic from Anna Abola Art -when a introvert girl fall in love- -a same love that's will changing her self and it started when she's get a papercranes - by '22yuniyu' ...
Chapter 4 : datang pada masalah
Start from the beginning
