"Lo boleh nanya apapun karena gue lagi laper"

Zandar berucap secara terang – terangan membuat mulut Hani terbuka dengan lebarnya karena terkejut. Hal itu langsung menimbulkan tawa dibibir Elang, meskipun itu hanyalah tawa kecil tapi itu sudah membuat Hani kelewat kesal meskipun ia sama sekali tidak bisa mengungkapkannya.

Tapi bukannya bertanya Hani malah hanya memandangi Zandar yang sibuk memakan makan siangnya seakan pemuda itu adalah mahluk paling menyeramkan yang pernah ia lihat.

Hani tau dengan betul Zandar tengah memakan dengan lahapnya bekal makan siang miliknya, dan karena itu pula pemuda itu mengijinkannya untuk bertanya apapun yang ia mau. Dan meskipun Hani masih kelewat penasaran dengan Zandar, gadis itu sama sekali tidak berkutik dan hanya bisa memandangi Zandar.

Logika Hani memintanya untuk menanyakan apapun pertanyaan yang mungkin masih berkecamuk dikepalanya agar segalanya terasa adil.

Zandar mengambil makan siang Hani dan gadis itu bisa memberi pertanyaan apapun pada pemuda itu.

Zandar akan kenyang dan Hani akan mendapatkan jawaban dari pertanyaannya.

Tapi hal itu tidak Hani lakukan sama sekali, gadis itu hanya diam memandangi Zandarkarena itu satu – satunya yang bisa ia lakukan untuk saat ini. Karena logika Hani tidak akan isa berkutik dengan perasaan tidak enak yang berkecamuk dihati gadis itu jika ia masih saja lancang untuk menanyakan hal sensitif bagi orang yang ia tanyai.

"Cuman mandangin gue gak bakal dapet bahan gosip" Ucap Zandar sambil meletakkan sendok, isi kotak bekal Hani masih tersisa setengah. Membuat Hani tersenyum tipis saat mendengar Zandar yang menganggapnya sebagai seseorang yang haus akan gosip.

"Gue gak bakal nanyain elo" ucap Hani pelan sambil mengalihkan pandangan kearah Elang meskipun yang ia lihat tidak benar - benar Elang.

"Emang dari jawaban Elang lo udah puas?" Tanya Zandar sambil kembali memasukkan makanan kemulutnya. Membuat Hani mencoba mengingat kembali apa yang diucapkan Elang, jika untuk memuaskan rasa penasaran Hani itu mungkin sudah cukup, tapi jika untuk dijadikan bahan gosip mungkin itu tidak akan pernah cukup, dan pada kenyataannya Hani tak pernah berniat untuk menjadikan apa yang ia ketahui sebagai bahan gosip.

"Hemmm ya" jawab Hani pelan tapi malah membuat Zandar tersedak makanan dimulutnya.

"Maksud lo?" Tanya Zandar bingung sambil memukulkan tangannya keatas meja taman.

'Untung ini bukan kantin' gumam Hani didalam hati sambil mengusap dadanya.

"Yang pengen gue tau adalah apa penyebab elo yang penyabar dan suka ngebantu hal yang gak guna dan gak penting buat lo bisa punya masalah" Hani menatap Zandar lalu tersenyum "dan gue udah dapet jawabannya"

"U udah?" Zandar berucap pelan sambil tergagap.

Membuat Hani langsung terkekeh pelan dan mengangguk "kesalah pahaman kan?"

"Tapi Elang kan gak bilang gitu?" Tanya Zandar pelan, pemuda itu terlihat cukup syok dengan apa yang diucapkan Hani.

Membuat senyuman Hani yang tadinya cukup lebar menghilang digantikan senyuman tipis

'Aku seorang Introvert Zandar' terlampau ingin Hani mengatakan itu pada orang didepannya tapi hanya berakhir dengan ucapan didalam hati. Kebanyakan orang introvert itu jauh lebih suka mengamati keadaan sekitar dan lebih sering membuat kesimpulan sendiri dari hal itu.

Jadi membuat kesimpulan dari apa yang dikatakan Elang adalah hal yang kelewat mudah untuk Hani.

"Mudah banget kali itu ditebak" jawab Hani pelan, gadis itu menoleh kearah Zandar dan mendapati pemuda itu menatapnya dengan tatapan yang terlihat kelewat bingung.

"gini ya Zandar, kan kata Elang elo baik kesemua orang termasuk Cewek? Itu berarti cewek yang elo baikin ngerasa Geer sama lo trus ke Geeran mereka membuat mereka ngerasa elo naksir atau bla - bla - bla, iya sih gak papa kalo itu cewek jomblo tapi yang udah punya pacar?"

Sebelah alis Hani terangkat

"Nah itutu ngebikin pacar mereka jadi kesel dan benci sama elo, jadi inti dari masalah ini itu cuman kesalah pahaman. Para cewek yang salah paham sama sikap lo dan para cowok yang nganggep elo sok baik"

Hani berdiri dari duduknya dan menunjuk kearah dua kotak bekalnya secara bergantian "Besok bekalmya balikin ya! Yang bersih" Hani berucap tanpa memandang kearah Zandar ataupun Elang.

Sebentar lagi waktunya masuk kelas dan akan jauh lebih baik lebih baik jika Hani kembali kekelas.

Bukankah rasa penasarannya sudah terjawabkan?.

Dan mungkin salah satu pendorong Hani untuk tidak terlalu menanyakan pertanyaan yang ada dikepalanya adalah ia memang sudah tidak penasaran lagi dengan seluk – beluk masalah yang dialami Zandar.

INTROVERTOnde histórias criam vida. Descubra agora