Coffee-20

9.2K 1K 6
                                    

A year later...

Ali sedang menikmati kopi Tanzania Berry kesukaan seseorang sambil duduk di meja nomor 15. kursi kesayangan nya, karena dulu disini pernah ada seseorang yg selalu hadir setiap hari mewarnai harinya.

Ditempat ini, sendiri, hanya ditemani secangkir kopi dan kenangan. caffe sudah tidak beroperasi lagi, caffe sudah ditutup sejak 3 hari yg lalu. aldo, bian, rassya dan umay juga sudah berhenti bekerja. sungguh, ali merasa sangat kehilangan semuanya.

Ali menghela nafasnya berat sambil memijat keningnya. akhir akhir ini ia suka pusing mendadak. entahlah, mungkin karena terlalu memikirkan soal caffe yg sebentar lagi akan benar benar di kosongkan.

Ali kurang mengerti dengan jalan fikiran paman gros yg hendak menutup caffe nya karena paman gros akan berpindah ke Sydney dan memulai kembali bisnisnya disana.

Sydney? tempat itu lagi membuat ali teringat seseorang yg sampai saat ini masih hilang kabar.

Ali bisa saja ikut ke Sydney bersama paman gros karna paman gros sempat memberi tawaran pada ali untuk ikut dan mengelola bisnis caffe nya yg lebih besar disana, tapi ali menolaknya. ia masih ingin disini, berdekatan dengan kaia dan kuburan ibu mad.

Ali menyandarkan tubuhnya pada kursi yg diduduki lalu memejamkan matanya. memutar kembali kenangan yg pernah terjadi di caffe ini selama hampir 3 tahun lamanya ia bekerja di sini.

Ali merogoh kantong celananya dan mengambil handphone nya. ia menatap layar handphone berwarna hitam itu dengan senyuman getir. sudah 1 tahun lamanya seseorang itu menghilang tanpa satu kabar pun.

Ali merindukannya, amat sangat. Ali bahkan belum sempat memenuhi janjinya untuk datang menemuinya kesana. Tapi apa daya? Ali tidak pernah tau soal alamat tempat tinggalnya sekarang.

Apa kabar gadis itu? baik baik kah dia disana? bagaimana soal hari harinya tanpa ali? siapa yg menjaganya? ah, ali rindu bagaimana gadis itu menceritakan hari nya pada ali. ali rindu bagaimana mereka bernyanyi didalam mobil. ali merindukan semua tentang mereka.

Ali tersadar dari lamunannya saat handphone nya berdering dan ternyata kaia.

"iya kai?"

"dimana?"

"di caffe"

"bukannya caffe sudah di tutup?"

"ya, tapi aku ingin menikmati suasana disini sebelum benar benar ditutup"

"aku mengerti perasaanmu, pergilah ke Sydney"

"tidak, aku tidak mau berjauhan denganmu dan ibu"

Kaia tertawa kecil

"berangkatlah, aku akan bersama mu"

"maksudnya?"

"bisa pulang sekarang? ada kabar bahagia"

"oke"

Ali mengakhiri pembicaraannya dengan kaia dan beranjak dari tempat duduknya. namun sebelum benar benar pergi, ali menatap kembali sekeliling caffe dan tersenyum, ia beruntung sesuatu yg sangat membahagiakan pernah terjadi disini.

***

Manning Road, Sydney

Prilly menjambak rambutnya menahan pusing yg tak tertahankan. sudah hampir 1 bulan terakhir prilly merasa sakit kepala yg amat sangat menyiksanya. bahkan di beberapa mata pelajaran prilly sempat absen akibat rasa sakitnya ini.

Sesekali, prilly pernah mimisan mendadak dan kini rambutnya juga suka rontok.

Ia pun tidak mencoba datang ke dokter, prilly tak mau sampai mendengar ada penyakit aneh yg terjadi pada dirinya. prilly masih terlalu takut untuk itu, walaupun ia tau bahwa memang ada sesuatu hal aneh pada dirinya yg terjadi sekarang.

Coffee Love Story (re-publish)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora