Zandar mulai celingak celinguk mencari bola basket yang tadi ia jatuhkan, karena banyaknya orang pemuda itu semakin kesulitan mencari bola itu. Senyum Zandar terbit saat melihat bolanya ada didepan tempat sampah kelas yang bertetangga dengan kelasnya.

Awalnya Zandar hanya ingin mengambil bola oranye yang bisa memantul dengan tinggi itu, tapi ketika Zandar melihat seorang gadis yang duduk sendirian didalam kelas, rasa penasaran mulai menghinggapi Zandar dan menuntun kaki pemuda itu untuk masuk kedalamnya.

"lo gak tertarik sama yang terjadi diluar?" tanya Zandar sambil berjalan kearah Hani.

Gadis itu mendongakkan kepalanya dan tersenyum singkat pada Zandar.

"gak" jawab Hani singkat, padat dan jelas. Setelahnya gadis itu kembali fokus pada kertas origami yang bahkan tidak bisa terlipat dengan benar diantara jari – jemarinya.

Zandar melipat tangannya didepan dada, entah kenapa ia masih betah melihat kearah gadis didepannya itu.

Krek

Itu bunyi kertas origami yang sobek, membuat Zandar langsung mentertawakan gadis itu. "lo payah" ucap Zandar refleks. Tapi bukannya marah gadis didepannya malah hanya mengangkat bahunya acuh, membuat dahi Zandar berkerut karena bingung.

Hani mengambil satu lagi kertas origami, menimbulkan senyuman usil Zandar yang sama sekali tidak ia ketahui karena gadis itu benar – benar tidak tertarik untuk mempehatikan gerak gerik Zandar. Sebelum Hani melipat kertasnya Zandar sudah merebut benda itu darinya.

"mau lo apa?" tanya Hani dengan ekspresi kelewat datar.

"gak ada" sahut Zandar sambil mengangkat bahunya.

Tapi bukannya marah, Hani memilih untuk menghela napasnya dan kembali mengambil kertas origami miliknya, menurut Hani tak akan ada gunanya jika ia marah dengan orang asing yang merebut satu kertas origami disaat ia masih punya banyak.

"gue bakal ngajarin elo origami" Hani mengangkat wajahnya dan menatap pemuda berkulit putih dan mata sipit itu, meski Zandar tersenyum dengan sangat lebar, Hani hanya menatapnya dengan ekspresi datar.

Hani tau namanya, pemuda itu adalah Zandar, sahabat Alvin yang berasal dari kelas sebelah. Kalau tidak salah.

"gak usah gengsi kali" Zandar kembali berbicara dengan suara kelewat ceria, pemuda itu duduk didepan Hani, dan yang membuat Hani kebingungan adalah sejak kapan Zandar mengambil kursi.

"begini caranya" suara Zandar masih sama cerianya, tapi yang berbeda adalah kali ini pemuda itu sibuk menekuni kertas origami yang dengan aktif jari – jemarinya lipat. Hani refleks menggigit bibi bawahnya pelan saat ia melihat sebuah burung bangau terpampang dengan cantik didepannya, ada cukup banyak pertanyaan yang menghinggapi kepala Hani seperti kenapa bisa jari Zandar bisa melipat kertas origami dengan mudahnya, ataupun kenapa Zandar bisa tau kalau ia ingin belajar membuat bangau kertas.

Hani mengerjapkan matanya pelan dan langsung mengambil kertas origaminya yang lain dan mulai mengikuti langkah – langkah lipatan yang dilakukan Zandar.

Hani menutup matanya sambi menghela nafasnya denga kasar, apa ia memang sepayah itu hingga baru dua atau tiga lipatan ia sudah akan merobek kertas origaminya lagi. Nampaknya kali ini Hani tidak bisa melakukan sesuatu dengan baik dalam sekali lihat, entah kenapa lipatan yang Hani buat tidak bisa selurus lipatan Zandar dan jangan lupakan juga betapa jeleknya hasil lipatan yang Hani buat.

"yauelah gitu aja udah nyerah" omel Zandar saat menahan tangan Hani. "gue ajain lagi deh" sambung pemuda itu.

Zandar membongar bangau kertasnya yang sudah jadi dan kembali memperagakan cara membuat bangau kertas, kali ini dengan lebih lambat dan penuh dengan penjelasan rinci.

INTROVERTМесто, где живут истории. Откройте их для себя