Simfoni (Oneshoot)

171 18 10
                                    

Disclamer : Chara disini bukan milik saya, saya hanya meminjam nama mereka guna keperluan ff ini. Dilarang plagiat

Inspirate from : Anime Shigatsu Wa Kimi No Uso (Your Lie in April)

Philosopy : Piano. Sebuah benda dengan tuts berwarna hitam dan putih. Piano yang hanya ditekan tuts-nya masing-masing hanya akan menghasilkan nada biasa dan berantakan. Tetapi, apabila ditekan bersamaan dengan penuh perasaan, piano akan menghasilkan suara merdu bak kehidupan baru yang berwarna.

***

"Woah ... sugoi!" (hebat)

Seorang gadis dengan surai pendek berwarna cokelat seperti buah zaitun berseru girang dengan mata berbinar. Jika dilihat dari wajah, penampilan, dan suaranya, dia lebih cocok menjadi bocah cilik. Namun, mengingat umurnya yang sudah memasuki tujuh belas tahun ... itu mustahil.

"Tch ... berisik! Bisa diam sebentar?! Aku sedang belajar."

"Baiklah ...."

Gadis itu menatap malas suara yang berasal dari luar kamarnya. Tanpa membuka pintu pun dia sudah tahu kalau itu kakaknya.

"Woah ... dia sangat tampan. Kyaa!"

Tanpa sadar dia kembali berteriak saat matanya beralih ke laptop kesayangnnya. Alih-alih takut dengan kakaknya, dia justru sama sekali tak menggubris hawa suram dari kamar kakaknya.

"Hoi! Diam!"

Kesehariannya sebagai penggila para pria tampan dua dimensi dari negara asalnya-Jepang-membuat kakaknya terganggu. Itulah yang memicu pertengkaran mereka sehari-hari.

Alih-alih diam untuk menghindari mode ganas kakaknya, dia malah menghiraukan hal tersebut. Tentu saja Min Hwan Ji masih dalam mode fangirling saat kakaknya sedang menempuh perjalanan ke kamarnya.

Tok ... tok ... tok.

Suara gedoran pintu dengan tidak elit-nya menggema, membuat Hwan Ji mendengus sebal.

"Buka saja, tidak dikunci, kok."

Oh ... demi kerang ajaib. Min Hwan Ji, bisakah dia menghentikan sejenak kegiatannya untuk berpikir?

Brak!

"Apa yang-"

Hwan Ji kehabisan kata-kata saat kakaknya dengan tidak elit menanggalkan tangan putihnya ke telinga Hwan Ji. Sebelah tangannya yang menganggur ia gunakan untuk mematikan laptop adiknya.

"Oi oi ... ittai ... berhenti menjewerku! Iya iya ... aku diam!" (sakit)

"Bagus."

Kakaknya mengambil laptop adiknya dan berjalan keluar tanpa peduli Hwan Ji dengan tampang memelasnya.

"Min Yoongi, kembalikan laptopku baka!" (bodoh)

"Aku akan menyita barang laknat ini sampai aku selesai belajar. Kau sebaiknya juga belajar. Dan ingat! Aku tidak bodoh, kau yang bodoh."

Hwan Ji menggembungkan pipinya pertanda kesal. Yoongi kini mengeluarkan sifat dewasanya. Walau hanya berujar dengan setengah berteriak, Hwan Ji tetap mendengar perkataan kakaknya. Dengan itu ia hanya bisa menghela napas.

-

"Bisakah kau lebih lembut memainkannya? Kau hanya memperburuk suara musiknya."

Seorang wanita paruh baya yang terduduk di kursi roda dengan selang pengobatan yang menempel di hidungnya berinstruksi pelan. Instruksi yang mengarah ke anak laki-laki semata wayangnya. Si anak yang hanya bisa patuh pada kemauan sang ibu mencoba untuk memperbaiki nadanya, mencari titik yang akan membuat ibunya senang.

ROOM 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang