EVENT RUMAH_Way Back Home

47 7 15
                                    

Screenwriter: Jeon_Wulan_Kookie  // Casts: Min Xingyan (OC) & Yeujian (OC)

***

"Dimana ada seseorang yang memikirkanmu. Disitulah tempat yang disebut rumah."

Rishuu

***

Apa kalian tahu manusia dan siluman itu hidup berdampingan, walau hanya sedikit yang mempercayai keberadaan mereka. Aku pun termasuk salah satu orang yang mempercayainya. Semua itu berawal dari sebuah cerita yang selalu kakakku bawakan tiap menjelang waktu tidur karena aku tahu betul kalau ia bisa melihat sisi lain dari dunia ini yang tidak bisa dilihat oleh manusia biasa.

Sejak aku kecil, kakak selalu mengatakan setiap kuil memiliki penjaganya. Salah satunya kuil yang sering kudatangi bersama kakak ialah Kuil Mikage yang terletak di pegunungan, tengah hutan. Kuil itu telah lama ditinggalkan. Namun, aku selalu datang berkunjung ke sana karena kata kakak di sana ada siluman legendaris yang berjaga. Jadi aku berpikir jika siluman itu tetap berada di sana sendirian pasti rasanya sepi. Oleh sebab itu, meskipun kakak sudah tiada aku tetap mengunjungi kuil itu. Siluman legendaris yang kakakku maksud ialah siluman rubah.

Bertepatan hari ini telah menjelang sore, aku pun segera berkemas dan pergi ke ruang musik. Saat aku hendak membuka pintu, langkahku terhenti dikarenakan pintu itu tidak tertutup. Detik itu juga aku terdiam mendengar suara seseorang yang tengah bernyanyi dari dalam.

"Eh ... a-ada apa ini?" saat itu aku terkejut sekaligus tidak mengerti kenapa tiba-tiba menangis. Seumur hidup baru kali ini aku menangis mendengar seseorang beryanyi karena selama ini aku hanya suka mendengarkan instrument music. Setiap lirik yang ia ucapkan begitu indah hingga mampu membuat orang mendengarnya begitu takjub.

Dikarenakan penasaran dengan sosok orang yang telah benyanyi begitu merdu. Aku pun mengintip dari celah pintu dan kudapati seorang laki-laki tengah duduk di depan piano tepat di tengah ruangan.

"Kenapa tidak sekalian nyanyi sambil bermain piano?" tanpa pikir panjang aku langsung masuk dan menghampirinya. Ia sempat terkejut dengan kehadiranku tapi itu bukan tatapan terkejut ketika ia ketahuan bernyanyi. Namun, aku tidak mempedulikannya.

"Eh ... itu karena aku hanya ingin bernyanyi tanpa iringan musik."

"Oh ... begitu, kupikir tadi kau ada masalah yang berhubungan dengan piano dan satu lagi kamu siapa? Aku tidak pernah melihatmu di sekolah ini," tanyaku menyelidik.

"Aku anak baru di sekolah ini, namaku Min Xingyan."

"Jadi kamu anak baru itu. Sebagai hukuman karena tidak masuk kelas hari ini, bisakah kau nyanyikan satu lagu untukku, kali ini pakai iringan musik," ucapku dengan nada memohon.

"Baiklah." Tak disangka ia menerima permohonanku tanpa keluhan yang lebih mengejutkan lagi dia tersenyum. Kupikir dia tipe orang yang sulit tesenyum.

Dengan tenang ia mulai bernyanyi diiringi suara piano. Aku memperhatikannya dengan seksama, setiap jarinya menyentuh piano maupun ekspresinya yang ia perlihatkan ketika sedang asik memainkan musiknya. Namun, aura nada yang dikeluarkan terdengar begitu sedih berbanding terbalik dengan wajahnya yang menunjukkan senyuman.

"Ah ... sepertinya aku memahami lagunya. Lagunya terasa begitu akrab, kakak," batinku tanpa sadar aku ingin memeluknya bukannya aku bermaksud lancang. Tapi, entah mengapa kejadian hari ini persis yang kualami tepat pada hari dimana kakakku ketika masih hidup dan ia tengah bermain piano. Tatapan matanya yang menunjukkan senyuman namun tersembunyi kekhawatiran.

Seketika aku teringat perkataan kakakku, "Saat seseorang memikirkanmu. Maka disitulah tempatmu untuk pulang, Yuejian."

"Tempatku untuk pulang yah ... di dunia ini tidak ada seorang pun yang tulus ketika bersamaku, kakak," batinku miris.

ROOM 4Onde histórias criam vida. Descubra agora