Hi! I Like You (Vignette)

351 26 10
                                    

Merah Jambu

***

Agustus telah pergi membawa tiga puluh satu harinya meninggalkanmu. Sengaja melakukan itu karena ia tahu kamu sangat menantikan September yang akan datang membawa tiga puluh hari cerianya padamu. Kamu baru saja membuka kedua matamu setelah semalaman bertualang di alam mimpi, lekas menyungging senyum sebab kamu tahu September telah datang.

Akhirnya, hari ini tiba juga.

Lantas, kamu meraih ponsel yang tertidur di atas nakas di samping ranjangmu, bergegas membuka salah satu akun jejaring sosialmu. Tulisan "Welcome September" menghiasi sepanjang beranda akunmu. Kamu tidak mau ketinggalan. Kedua ibu jarimu bergerak harmonis di atas layar, merangkai huruf demi huruf membentuk kata demi kata yang tersusun menjadi sebuah kalimat. Sejenak membaca sebaris kalimat yang tertera di layar ponsel ber-casing merah jambu sebelum kamu menekan kata "kirim" di sisi kanan layar.

Sepersekian detik kemudian, kalimat "selamat ulang tahun untuk kamu yang hadir bersama matahari pertama di bulan September" menghiasi beranda.

***

"Wah! Wah! Pagi-pagi begini kau sudah berada di dapur. Tumben."

Kalimat berintonasi takjub yang keluar dari mulut kakak perempuanmu itu terdengar ketika ia melihatmu berada di dapur saat jarum pendek jam menunjuk angka delapan. Kamu memutuskan untuk tidak merespon ucapan itu, terlalu sibuk menata sebungkus tepung kue, beberapa butir telur, sebotol kecil bubuk pengembang, sebungkus bubuk whipped cream dan beberapa jenis bahan lainnya untuk membuat kue di atas meja.

Berdiri di sebelahmu sembari mengamati apa yang kamu lakukan, kakakmu berceletuk, "Kau mau membuat kue?"

Memangnya aku terlihat akan membuat kimchi dengan semua bahan-bahan ini?

Lagi, kamu tidak menjawab. Tepatnya, hanya menjawab di dalam hati. Kali ini karena kamu sibuk mengeluarkan mixer dari lemari, kemudian membawanya ke meja tempat kamu meletakkan bahan-bahan. Kamu lantas menggerakkan kakimu kembali ke lemari, mengeluarkan dua buah mangkuk kaca dari sana. Beberapa kali kamu mondar-mandir dari meja ke lemari, mengambil segala peralatan yang kamu butuhkan. Begitu kamu merasa semuanya sudah lengkap, kamu-

"Daripada membaca resep, lebih baik aku membantumu membuat kue," tegur kakakmu kala melihatmu membaca salah satu halaman di dalam buku resep kue miliknya. "Katakan, kue seperti apa yang ingin kau buat? Sponge cake? Pound cake? Chiffon-"

"Ya! Ya! Jangan sentuh!" Kamu lekas menghardik tangan kanan kakakmu yang sepersekian detik lalu membiarkan ujung jarinya menyentuh plastik pembungkus tepung. "Hana Eonni tidak usah membantuku! Aku mau membuat kue sendiri."

Beberapa baris kerutan menghiasi dahi Bae Hana begitu melihatmu memeluk bungkusan tepung seolah benda itu adalah sebungkus bubuk emas. "Kenapa? Aku hanya ingin membantumu. Sebagai seorang ahli dalam membuat cake, tidak ada sa-"

"Tidak usah!" Kamu mendorong pelan Hana usai kamu meletakkan bungkusan tepungmu di atas meja. "Sena mau membuat kue sendiri. Sena tidak mau ada campur tangan orang lain dalam kue yang Sena buat untuknya."

Ups!

Sejurus kemudian, kamu menutup mulutmu. Bodoh! Bodoh! Kenapa aku mengucapkan kalimat itu?

"Untuknya?" ulang Hana yang masih berdiri tidak jauh darimu. "Untuk siapa, hm?" tanyanya dengan salah satu alis yang terangkat.

"Tidak! Bukan untuk siapa-siapa!" elakmu.

Ya, kakakmu memang tidak tahu kalau saat ini kamu sedang menyukai seseorang.

"Jangan bohong! Kalau bukan untuk seseorang yang istimewa, kau tidak mungkin eksis di dapur dan bergelut dengan tepung. Kau tidak tahu membuat kue!"

ROOM 4Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang