Winter & Autumn (Oneshoot)

634 36 42
                                    

White & Brown
.

.

.

"Jangan tanya siapa aku. Apakah aku dan kau tertukar?.
Kita berbeda. Namun akan kupastikan kita dapat menyatu.
Jangan tanya bagaimana caraku mencintaimu.
Mendekapmu dari segala arah adalah ideku untuk memilikimu.
Aku tetap untukmu. Tenanglah, aku selalu mempertahankanmu di setiap detikku."
Jungkook

"Aku merasa seperti kakakmu, meskipun aku memanggilmu Oppa.
Aku jatuh cinta padamu setiap kali kau berpikir dewasa.
Dunia ini bukan hanya milik kau dan aku.
Aku bisa saja melayang dan tersesat di hati yang lain jika kau tidak mengatakannya sekarang.
Mulailah dewasa Jeon Jungkook."
Eunso




***

Gadis sederhana itu kalang kabut mencari seseorang di tengah hujan salju malam akhir bulan november itu. Ia mengeratkan mantel tebalnya sambil meneriaki nama adiknya. Kebiasaan adiknya jika anak tigabelas tahun itu tengah bosan. Menyewa playstation bersama teman-temannya yang lain untuk bermain bersama. Namun Lee Eun So tak tahu adiknya sedang bermain di mana saat hari mulai larut. Adiknya pasti akan takut pulang sendirian di jalan-jalan kecil yang gelap seperti ini. Jika sampai pagi ia belum menemukannya, ia harus bilang apa pada ibunya yang tengah pulang ke negara kelahirannya, Indonesia.

Lee Eun So, terlahir dari keluarga berlatar belakang sederhana. Gadis keturunan Korea-Indonesia ini memiliki nama Internasional Julian Lee. Keadaan keluarga mereka makin sederhana setelah sang kepala keluarga --Lee Jeong Hwan-- meninggal dunia. Kakak laki-laki Eun So namanya Daniel Lee atau Lee Ji Young yang berusia 26 tahun bekerja di Indonesia. Ia bilang, jika kontrak kerjanya selesai, ia akan mencari pekerjaan di Korea Selatan. Setiap bulannya, kakak laki-lakinya itu mengirimkannya beberapa uang untuk sedikit meringankan beban adiknya di Seoul.

Gadis itu bekerja paruh waktu selesai kuliah. Ya, gadis berusia sembilan belas tahun itu menduduki bangku kuliah di Universitas sekarang. Lagi, Eun So berteriak memanggil nama adik laki-lakinya.

"Marcel!" dengan berkas cahaya dari senter yang dibawanya, Eunso memberanikan diri untuk menelusuri jalan-jalan sempit yang dihimpit ruko-ruko kecil. Ukurannya mungkin hanya sekitar satu meter. Telinganya mulai mendengar suara napas yang memburu. Apa itu? Jantungnya berdebar tak karuan. Keringat dingin mulai mengucur dileher dan keningnya.

"Marcel?"

"Marcel! Aku takut. Kau di mana? Ayo, pulang sekarang. Lain kali aku akan menguncimu di rumah sampai aku pulang kerja," gerutu Eunso. Diarahkannya senter pada dinding sebuah toko kecil. Ada seseorang di sana yang tengah terduduk dan kesakitan. Ia memegangi perutnya dengan napas yang memburu. Eunso tersentak. Apa matanya tidak salah?

"Jeon Jungkook? Kau personil dari boyband itu, bukan?" Eunso menghampiri laki-laki berkemeja kotak-kotak dengan penampilan yang sudah berantakan itu.

"Kenapa kau bisa di sini? Gwenchana? Harusnya orang atas sepertimu tidak bermain di tempat seperti ini," ujar Eunso.

"Mereka merampok semua milikku yang kubawa," jawab laki-laki itu.

"Kau parah sekali. Setidaknya mereka tidak merampok nyawamu. Kau bisa mendapatkan yang baru. Bukankah uangmu banyak?" Eunso menyodorkan tangannya pada Jungkook dan menopang laki-laki dua puluh tiga tahun itu.
"Mau kuantar ke mana? Ke rumah sakit? Ke rumahmu?" tanya Eunso.

"Andwae. Keluarga dan hyung-hyung-ku akan panik jika melihatku seperti ini. Ke rumah saja. Bawa aku pulang," ucap Jungkook.

"Di mana rumahmu?"

ROOM 4Where stories live. Discover now