MEMORIES (Vignette)

698 57 23
                                    

Pink
.

.

.

---

Warna-warni merah muda pastel bunga sakura senantiasa jatuh menghiasi kota Tokyo. Musim semi kali ini berjalan lancar. Peri-peri musim akan sangat senang dengan hasil karyanya yang memuaskan. Walaupun itu hanya pikiran anak-anak.

"Junmyeon Senpai, anata ga koishii." (Aku merindukanmu)

"Aku juga."

Gadis cantik itu berpelukan haru dengan laki-laki yang ia yakini sebagai kakaknya, sangat tidak pas dengan latar belakang musim semi yang ceria dan penuh romansa.

"Ayo pulang, lusa kau harus kembali ke Korea. Nikmati harimu di Tokyo besok."

"Ne!"

Gadis itu menjawab ajakan kakaknya dengan riang, seperti gadis cilik yang diajak membeli permen gula kapas.

"Tadaima." (aku pulang)

Mereka berdua berseru bersama saat sampai di rumah mewah keluarga Kim. Walaupun hanya kakak sepupu, Seunghee menganggap Junmyeon sebagai saudara kandungnya sendiri. Dulu mereka tak terpisahkan saat masih kanak-kanak.

"Kau tidur di kamarku saja. Kau harus menceritakan pengalamanmu di sana!"

"Iya iya, sabarlah. Sekarang aku lapar."

Seunghee membuat puppy eyes-nya bekerja, agar laki-laki di sebelahnya ini luluh.

"Aku juga, ayo makan!"

Mereka berdua beranjak dari tempat tidur menuju dapur, memasak bersama adalah kesukaan mereka yang melekat sedari dulu.

"Yak, chamkaman, Oppa! Kau curang!"

"Aku tidak curang, kau saja yang semakin bodoh! Pabo Seunghee."

Junmyeon menjulurkan lidahnya. Kenangan ini sudah lama tak ia lakukan sejak kanak-kanak. Walaupun kini mereka juga masih menginjak umur tiga belas tahun.

"Oppa, kau kena!"

Manik hitam legam milik Junmyeon mengerjap polos saat tangan adiknya menyentuh pundak. Dengan sigap laki-laki keturunan Korea-Jepang itu memegang tangan Seunghee di pundaknya dan menariknya. Mereka berdua jatuh ke sofa besar di ruang keluarga dan tertawa bersama.

"Makanannya!"

Karena asik tertawa, mereka sampai lupa dengan masakan mereka.

"Syukurlah tidak gosong, ayo makan! Aku yang siapakan!" Junmyeon hanya mengangguk riang.

"Itadakimasu!" (Selamat makan)

Mereka berseru bersama setelah berdoa dan memakan nasi goreng kimchi itu dengan lahap.

"Ayo cepat cerita!"

Junmyeon memaksa adik sepupu perempuannya untuk bercerita pengalamannya di kota Fukushima.

Setelah selesai mencuci piring, Seunghee menghampiri Junmyeon yang duduk di sofa.

"Fukushima sangat indah, tidak kalah dengan Tokyo," ujarnya.

"Benarkah? Kapan-kapan aku akan mengajak Ayah dan Ibu kesana."

Seunghee mengangguk setuju dengan perkataan Junmyeon. Dia akan ikut senang bila kakaknya senang.

"Di Fukushima aku pergi ke beberapa kuil, di sana aku mempunyai beberapa teman gadis."

"Benarkah?"

ROOM 4Where stories live. Discover now