Extra Part

37.4K 1.4K 62
                                    

Permasalahan boleh ada, masalah akan bagaimana kita nanti.. itu tergantung respon kita. Pilihlah, ingin menjadi kuat atau menjadi lemah.

Dengan sabar Kara menunggu Javier yang sedang melakukan sesi wawancara dengan para wartawan, gala premier untuk debut film historical romance terbarunya memang banyak menuai pujian dimana-mana.Javier di klaim berani meninggalkan zona nyamannya dari film laga karena berhasil memerankan adegan romantis dengan sangat baik.

Tak jauh dari tempatnya duduk, Helena menghampiri Kara. Tatapannya tertumpu sebentar kepada perut membuncit milik Kara. Lalu dengan tulus, ia menyapa Kara.

"Selamat buat kesuksesan film baru Javier," sederet senyum terlukis di wajahnya. Kara yang melihat kedatangan Helena, ia balas melemparkan senyum pada Helena.

"Terimakasih. Tapi bukankah lebih baik kau mengucapkannya secara langsung?"

"Really? Ku pikir kau akan melarangku..." ia tertawa kecil "Mengingat apa yang ku lakukan terhadap kalian dulu." Wajahnya berubah sendu. Ia menundukkan kepalanya, lagi-lagi karena gerakan kepalanya itu, tanpa sengaja ia melihat perut yang membuncit itu lagi.

"Berapa bulan?" Tak tahan, akhirnya Helena bertanya.

"Heh?"

"Kandunganmu, Kara." Helena mengulum senyumnya. "Bukankah ini alasanmu ada disini? Lelah untuk berdiri karena usia perut yang membuncit."

Kara tertawa pelan, ah rupanya ada yang menyadari maksud terselubungnya. "Kau benar. Melelahkan memang di usia kandungan tujuh bulan begini berdiri terlalu lama. Dan lihatlah kesana..." Kara melemparkan pandangannya ke sekurumunan wartawan dan para fans yang mengelilingi Javier. "...disana sesak, banyak wartawan. Bisa-bisa aku mati kehabisan napas."

Helena mengamati kerumunan wartawan dan para fans itu. Diam-diam dalam dirinya ada sedikit perasaan iri melihat kebahagiaan Javier saat ini. Seharusnya, dia yang saat ini duduk disini, sambil mengelus perut buncitnya dan menunggu Javier. Diam-diam ada perasaan menyesal dalam dirinya, seharusnya dia tidak mengakhiri hubungannya dengan Javier. Seharusnya... dia wanita yang berada dibelakang layar hidup Javier sekarang.

Tetapi dia tahu, semua itu tidak mungkin. Bahkan semakin tidak mungkin ketika pada akhirnya dia dan Hendrik Liam sah dalam perceraian. Dia trauma untuk membangun rumah tangga lagi... setidaknya dalam waktu dekat ini. Dan perceraian itu pula yang pada akhirnya sukses membuat dia tersadar, tidak ada seorangpun yang menginginkan rumah tangganya berakhir menyedihkan. Tidak ada seorangpun orang yang siap dilabeli janda atau duda dalam usia yang masih terbilang muda. Kesadaran diri itulah yang pada akhirnya membuat Helena untuk berubah... untuk tidak lagi mengusik rumah tangga Javier, karena dia tahu bagaimana sakitnya menjadi korban.

"Lelaki hebat pasti karena ada perempuan hebat dibelakangnya. Apa yang kau lakukan sudah menunjukkannya, Kara. Seandainya aku bisa seperti itu..." pikirannya mulai melalang buana, pada kebahagiaan sesaat yang dikecapnya bersama Hendrik Liam.

Kara memindahkan tatapannya ke arah Helena. "Kita sama, Helena. Kehebatanmu bahkan melebihi kehebatanku. Perempuan yang masih bisa survive setelah perceraiannya bukanlah hal yang mudah. Ku katakan.. kau berhasil melaluinya, kau hebat. Sungguh." Pujian dari mulut Kara terdengar tulus. Memberi kesan hangat di dada Helena. Refleks ia memeluk Kara, menganggapnya sebagai seorang sahabat.

"Terimakasih. Kau tahu... aku selalu ingin untuk didukung seperti ini. Pujianmu membangkitkan semangatku, aku jadi paham mengapa Javier ngotot mempertahankanmu."

"Hubungi aku kapanpun kau perlu teman untuk bercerita..." Kara mengusap punggung Helena.

"Anytime?"

Broken WingsWhere stories live. Discover now