15.Ketika rasa itu perlahan mulai datang

22.1K 1.3K 4
                                    

Cinta datang tepat disaat aku bahkan tidak menyadarinya. Ia menarikku jatuh dalam gravitasinya.

Kara terkejut ketika dilihatnya siapa yang menjemputnya malam itu. Sebelumnya Javier bahkan tidak mengabarkan padanya bahwa ia akan menjemput Kara. Namun meski begitu, tetap saja terlihat senyum sumringah dari wajah Kara melihat Javier yang datang. Dengan satu sinyal anggukan, Kara memberi jawab pada Sandy yang ijin untuk pulang lebih dulu, awalnya ia memang berniat pulang bersama Sandy. Aneh memang, seorang istri dari bintang film papan atas, menantu pengusaha sukses namun ia sama sekali tidak memiliki mobil pribadi. Kara punya alasan yang kuat untuk itu, Papa mertuanya bukan tidak menawarkan, namun ia menolak. Ia bersikukuh bahwa segala apapun yang diperolehnya biarlah atas usahanya sendiri, dihadiahi galeri saja, itu sudah lebih dari cukup untuknya.

Sementara Javier? Jangan tanya!

Dia selalu saja bersikap masa bodoh pada Kara.

Ia bahkan tidak peduli Kara ada mobil atau tidak.

Kalau mood nya sedang bagus, ia yang menjemputnya. Kalau tidak? Ya... seperti biasa, Kara akan diantar Sandy ke rumahnya.

"Asisten jadi-jadianmu pulang duluan?" Kata Javier saat Kara memasuki mobilnya.

Kara yang semula hendak menanyakan angin apa yang membawa Javier kemari, ia jadi mengalihkan topiknya ke Sandy, "Jangan sebut dia jadi-jadian, Jav. Meski bukan lelaki tulen tapi dia sosok yang menyenangkan, kok."

Javier tampak tidak mengubris ucapan Kara. Ia mulai menghidupkan mesin mobilnya sementara Kara mengenakan sabuk pengamannya.

"Ada apa? Tidak biasanya kau menjemputku?" Tanya Kara saat mereka sudah keluar dari galeri itu.

"Aku lapar. Kita makan diluar saja, kau tak perlu memasak."

Seketika Kara menolehkan wajahnya ke arah Javier. Apa? Makan malam bersama? Kara tidak salah dengar, kan?

"Eh? Oh.. okey." Sejujurnya Kara masih heran.

"Kita makan dimana?"

Karena sikap Javier yang tidak biasa ini, Kara sendiri jadi bingung mau menjawab apa. Pasalnya, ini kali perdana mereka makan malam bersama, "Nggg....." ia menggumam sembari berpikir. Kara sendiri tidak tahu dimana harus menghabiskan waktu makan malamnya, ia bukan tipe gadis yang senang hang out dengan teman-teman wanitanya. Kara itu wanita rumahan. Ia tidak begitu tahu banyak nama tempat para sosialita biasa menghabiskan waktunya.

"Aku menganggap kau setuju kemanapun aku membawamu." Kata Javier akhirnya, ia bosan menunggu jawaban Kara. Akhirnya ia memutuskan, ia sendirilah yang menentukan akan kemana. Dan Kara pun menurut, seperti biasanya.

Hingga akhirnya mereka tiba disalah satu restorant western kenamaan, Delicious. Menyediakan hidangan khas masakan Italy. Masing-masing mereka menentukan pilihan menu mereka. Kara tidak tahu banyak soal masakan Italy, selain spagethi dan pizza, tidak ada lagi yang ia tahu. Itu sebabnya ketika ia menemukan tulisan spagethi bollognise, makanan itulah yang dipesannya. Disatu sisi karena ia penikmat keju, itu sebabnya pilihannya jatuh pada spagethi bollognise.

"Aku terkejut sekali ketika kau menjemputku..." ucap Kara sambil menikmati spagethi bollognisenya. Ia memperhatikan Javier lekat-lekat, namun suaminya itu justru nampak asyik menikmati hidangan yang tersedia dihadapannya.

"Kau sudah selesai shooting?"

"Sudah."

"Oh..."

Kara kembali melanjutkan makannya. Ia tidak mau memaksa Javier untuk mengakui hal yang sebenarnya mengapa ia menjemput Kara. Kara yakin ini bukan hanya soal makan malam. Saat Kara kembali mengangkat wajahnya, ia menangkap beberapa pasang mata nampak mengamati mereka.

Broken WingsWhere stories live. Discover now