6. Seseorang dari masa lalu (1)

26.7K 1.6K 13
                                    

Kadangkala ada baiknya untuk pura-pura tidak tahu. Menghindari sakitnya kenyataan.

Kara tepekur seorang diri di ruang kerjanya. Berkali-kali Sandy mengetuk pintu bahkan tak dihiraukannya. Entah ia tidak mendengar atau tidak peduli.

"Sepertinya kau sedang banyak pikiran, Bos?" Tanya Sandy yang akhirnya memilih masuk tanpa diijinkan terlebih dahulu. Sudah beberapa kali ia mengetuk, namun tak ada respon juga. Pantas saja, pemandangan yang ada dihadapannya semenyedihkan ini. Bos nya terpekur seorang diri di depan notebook nya.

Menyadari kehadiran Sandy, Kara bergegas mengembalikan pikirannya ke dunia nyata.

"Oh. Hei, San.. ada perlu sesuatu?" Seolah-olah tidak ada masalah, Kara menutupi keresahannya.

"Tadinya ya. Tapi ku rasa bukan aku lagi yang memerlukan sesuatu, melainkan kau, Bos." Begitulah Sandy, seorang asisten pribadi merangkap teman bicara plus curhat juga bagi Kara. Tidak ada keseganan diantara mereka.

Sandy berjalan dengan langkah kemayu nya. Hari ini ia tampak fresh dalam balutan celana slim fit ala korea berwarna merah maroon dan baju kemeja slim fit berwarna putih dengan syal pengikat bermotif macan. Melihat kedatangannya, Kara menilai penampilan asisten nya itu dari atas hingga bawah. Dari ujung rambut hingga ujung kaki.
Sebenarnya, Sandy pria yang cukup tampan. Hanya saja... itu jika ia normal. Kara tahu betul latar belakang mengapa Sandy jadi seperti ini. Sister complex itu alasannya. Sandy terobsesi menjadi kakak perempuannya yang sudah lama meninggal. Ibunya sangat kehilangan kakak perempuannya itu, dan sebagai seorang anak... bagi Sandy cara membahagiakan ibu nya adalah menjadi sama seperti kakak perempuannya. Membuat seolah-olah kakak perempuannya itu hidup.

"Jika yang kau maksud keperluanmu kemari untukku menilai penampilanmu hari ini. Maka yah.... syal bermotif macanmu itu sangat menggangguku." Kara tersenyum geli. Mendengar sindirian halus itu, Sandy memberengut kesal. Ia kemudian melepaskan syal bermotif macannya dan mengambil tempat duduk dekat dengan Kara.

"Padahal aku sudah susah payah mencarikan syal ini! Kau merusak mood ku, Bos." Sandy melipat syal itu dan menyimpannya ke saku celananya.

Kara tertawa sambil menggelengkan kepalanya. Geli melihat tingkah manja khas asistennya itu. Sandy melihat reaksi Kara yang seketika berubah ceria.

"Kelihatannya aku mood booster yang baik untuk harimu kali ini ya?"

Kara mengangkat bahunya acuh, selanjutnya ia memilih diam. Di detik selanjutnya, ia sudah tau apa yang selanjutnya akan dikatakan asistennya itu...

"Bertengkar lagi dengan Javier, Bos?" Tanya Sandy hati-hati.

Nah, benar kan...

Mendengar pertanyaan Sandy, Kara menggeleng cepat. Ia bukan bertengkar dengan Javier, tentu saja. Mereka bahkan sudah berbaikan. Pagi tadi, ia justru diantar Javier ke galeri nya.

"Lalu? Kali ini apalagi?" Cecarnya lagi.

Kara mengalihkan tatapannya dari notebook ke arah lawan bicaranya. Ia mendesah berat, seberat masalah yang akan diceritakannya, "Kau masih ingat aku pernah cerita tentang Helena?"

Sandy mengangguk cepat, "Ya. Mantan pacar Javier, kan?"

Kara mengangguk sambil lagi-lagi mendesah.

"Ada apa dengannya?" Sandy mendesak ingin tahu.

"Javier mengatakan padaku, bahwa Helena adalah lawan mainnya di debut film terbaru miliknya."

Sandy memajukan duduknya, matanya melotot mendengar penjelasan Kara, "Serius, Bos?"

"Apa aku nampak sedang berbohong?"

Kali ini gantian Sandy yang mendesah, ia membetulkan letak duduknya menjadi setenang mungkin. Oke, ini memang masalah Bos nya. Tapi baginya, masalah bos nya adalah bagian dari penanggungannya juga.

Broken WingsWhere stories live. Discover now