14. Segala sesuatu ada maksudnya

21.9K 1.4K 7
                                    

Coba luangkan sejenak waktumu, pikirkan bahwa segala yang terjadi bukan tanpa maksud. Tuhan tidak sekurangkerjaan itu untuk membiarkanmu melewatinya.. Dia ada maksud untuk hidupmu.

Sedari tadi Sandy memperhatikan bahwa Bosnya ini kelihatan berbeda dari biasanya. Ia kelihatan lebih happy, bergairah, bersemangat. Hati kecilnya tergugah untuk bertanya. Namun niat itu diurungkannya, manakala dilihatnya Kara sedang sibuk menggambar sesuatu diatas buku sketnya. Hanya gambar kasar yang dilukiskan dengan pensil. Sandy hendak mengintip, sebenarnya apa yang sedang digambar Bosnya itu?

"Hey, Bos..." Sandy memberanikan dirinya untuk mengganggu kesibukan Kara.

"Hmm?" Kara merespon namun masih tetap menyibukkan dirinya dengan apa yang dikerjakannya.

"Menggambar sesuatu? Boleh aku tahu itu apa?"

Kara mengangkat wajahnya, kemudian ia tersenyum lembut pada Sandy yang ada dihadapannya, "Bukan apa-apa. Hanya gambar yang bahkan akupun tak tahu kenapa menggambarnya. Tiba-tiba terlintas dalam pikiranku."

Sandy mengerutkan keningnya. Bagaimana pula menggambar tapi tidak tahu itu apa. Sandy memberanikan diri melirik gambar itu. Kara membiarkannya melihat.

"Seorang gadis kecil?" Sandy bertanya.

Yang dilihatnya memang gambar seorang gadis kecil. Rambutnya lurus sebahu, tangannya mendekap boneka yang mana wujud boneka itu tersembul dari balik bahu si gadis kecil, namun rupa gadis itu tidak nampak. Sosoknya hanya digambarkan dari belakang.

"Siapa?" Sandy bertanya lagi, kali ini penasaran.

Kara mengangkat bahunya, "Entahlah. Aku hanya merealisasikan wujudnya yang tiba-tiba saja berkeliaran di kepalaku."

Sandy mendengus, "Ya. Ya. Memang sulit untuk memahami jiwa seorang seniman. Apa kau akan melukiskannya dengan kanvas dan memamerkannya di galerimu, Bos?"

Kara nampak termenung. Ide Sandy boleh juga. Kalau dipikir-pikir, ini kan usulan yang bagus. Sudah beberapa bulan ini ia tidak melukis lagi. Surut ide, katanya. Ingin lebih fokus mengurus galeri dulu.

Namun, kata hati terdalamnya memberontak untuk menuangkan gambar gadis kecil itu dengan kanvasnya.

"Ku kira... gambar ini hanya akan sampai di buku sket ini saja. Koleksi pribadiku."

Sandy meski tidak mengerti alasannya kenapa, ia menganggukkan kepalanya tanda: ya terserahmulah, Bos.

Lagi, Kara sibuk dengan dunianya. Kini ia nampak mengarsir rambut si gadis kecik itu dengan pensil gambarnya. Sebenarnya, ia pun tidak tahu mengapa ia harus menggambar ini. Wajah gadis kecil itupun ia tidak tahu bagaimana rupanya. Namun, satu yang ia tahu pasti, ia merasa senang ketika menorehkan garis-garis pada batas tangannya, pada baju yang dikenakannya, pada rambut lurus sebahunya.

Memejam sebentar, ia memikirkan akan dinamai apa gambarnya ini. Lalu, tercetuslah sebuah ingatan akan masa kecilnya. Saat dulu, Javier seringkali bermain ke panti. Saat Javier merayakan ulangtahun ke enamnya di panti. Kara yang tidak punya apa-apa, ia memberikan boneka tedy bear miliknya untuk Javier. Hanya itu yang ia miliki, itu pula yang ia berikan. Dulu ia menamai bonekanya Marsha. Mengacu pada boneka tedy bear itu.. Kara menamai gambar itu: Marsha. Boneka yang dipeluk gadis kecil itu mirip boneka tedy bearnya yang diberikan pada Javier dulu.

Namun, siapa gadis kecil ini? Kara tidak tahu. Untuk diserupakan dengan dirinya semasa kecil saja, tidak. Kara kecil adalah Kara dengan rambut pendek dibawah telinga dan rambutnya bergelombang, berbeda dengan apa yang digambarnya saat ini.

Kara tidak tahu. Meski didalam hatinya... ia pun berniat mencari tahu, kenapa ia menggambarnya tiba-tiba? Seni datang bukan tanpa suatu maksud, kan?

Broken WingsWhere stories live. Discover now