23. Gosip

18.3K 1.3K 37
                                    

Kasih menutupi segala pelanggaran

Javier

"BRRRRAAAAKKK!!!"

Aku hampir terhenyak dari posisi dudukku saat Mas Adisah, pemilik management artist tempatku bernaung, melempar beberapa macam majalah entertaiment ke atas meja kerjanya. Spontan aku memberanikan diri menatapnya. Apa yang terjadi? Kenapa sekembalinya aku dari Bandung justru mendapat perlakuan seperti ini. Aku bahkan tidak kembali ke rumah terlebih dahulu demi memenuhi panggilannya yang bisa dibilang mendadak ini.

"Saya tidak habis pikir.. bisa-bisanya seorang Javier Rey merusak reputasinya yang selama ini sudah susah payah diperbaiki selama setahun belakangan!" Ia meluapkan emosinya yang sejujurnya aku masih tidak mengerti kemana arah pembicaraan ini. Mas Adisah kemudian meraih salah satu majalah entertaiment yang ku kenali sebagai masalah gosip kenamaan saat ini. Ia lalu menunjukkan majalah gosip itu tepat dihadapanku. Mempertontonkan sampul terdepannya.

Apa yang ku dapati sungguh diluar perkiraanku.Apa-apaan ini? Mengapa bisa? Disana jelas terpampang gambarku dan Helena. Fotoku dan Helena sedang berpelukan dan disana jelas terlihat bahwa wajah Helena mencari kenyamanan di sela-sela leherku.

"Masih mau mengelak?!" Tuding Mas Adisah.

Bagaimana mau mengelak? Yang terjadi justru sebaliknya. Shock, geram, amarah.. semua campur jadi satu. Masalahnya aku ingat betul kejadian itu. Tepatnya sebulan lalu, saat tanpa sengaja Helena menjumpaiku di parkiran dan tiba-tiba saja ia menggelayut manja padaku. Sial! Aku baru ingat sekarang... ini pasti jebakannya! Shit! Shit! Seharusnya aku lebih waspada saat itu. Dan Helena sungguh licik benar, ia meledakkan bom nya disaat seperti ini. Disaat penayangan filmku baru saja dirilis dan disaat aku sedang jengah-jengahnya menghadapi Kara dan kehamilannya. Bagus, kini semua masalah itu menumpuk jadi satu di bahuku.

Aku meraih majalah gosip itu dari genggaman Mas Adisah. Membaca judul besarnya. Prahara panas Helena Abimanya dan Javier Rey.

Bah! Judul apa-apaan ini! Dasar wartawan lancang! Bagaimana mungkin dia menyimpulkan sebuah berita dengan hanya melihat foto seperti ini? Aku meremas majalah gosip itu dan mencampakkan kasar ke atas meja kerja Mas Adisah.

"Tidak hanya di majalah. Kau harus ingat dunia social media sudah menjamur di jaman seperti sekarang ini. Dan berita tentangmu juga termasuk didalamnya." Mas Adisah meraih handphonenya dan menunjukkan satu laman berita gosip terbaru. Aku meliriknya sekilas dengan ekor mataku. Tak perlu berlama-lama melihatnya, aku kembali merasakan kegusaran itu melingkupi diriku.

Aku mengusap wajahku kasar. Sial! Sekarang aku harus bagaimana?

"Aku dijebak." Hanya sebaris kalimat itu yang keluar dari mulutku. Memangnya apalagi? Ya, aku jelas-jelas dijebak oleh wanita ular itu. Mas Adisah mengamati penampilanku yang bisa dibilang berantakan, frustasi, kecewa. Amarahnya yang tadi menyulut perlahan menurun. Ia mulai bisa mengendalikan dirinya. Jangan sebut dia seorang pemimpin yang baik kalau ia tidak mengenali karakter anak didiknya. Dia tahu benar aku berkata jujur.

Ia lalu menenangkan dirinya. Ia memilih menyandarkan tubuhnya pada kursi kerjanya. Namun tidak denganku, aku memilih berjalan kesana kemari di ruangan yang tidak terlalu besar itu, sambil berusaha mengontrol emosiku.

"Berani-beraninya mencoreng nama baikku!" Geramku.

"Dasar wanita tidak tahu diri!"

Aku sungguh amat kesal. Umpatanku menguap begitu saja di udara. Bahkan Mas Adisah memilih bungkam tanpa menyahut apapun dari apa yang ku katakan.

"Akan ku buat perhitungan padanya!!" Kini aku mengepalkan tanganku. Ingin rasanya aku meninjunya. Sekarang juga.

"Hey, hey.. kontrol dirimu! Duduk dan tenangkan dirimu." Ucapan Mas Adisah sukses membuatku menurut, aku tahu benar ia mungkin saja terganggu dengan gerak-gerik serta perkataanku. Dan karena ia Bosku juga sudah ku anggap sebagai Kakak kandungku, tentu saja aku menurut. Ku posisikan diriku kembali kehadapannya. Tatapannya sudah berubah tenang.

Broken WingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang