Chapter 35 : Akira

1K 82 0
                                    

"Akira, kau baik-baik saja?" tanya Ryu padaku. Aku tidak bisa menjawab dengan keadaan seperti ini. Hatiku terasa seperti teriris-iris.

"Akira, jawab aku. Apakah dia menyakitimu?" Tanya Ryu sambil mengguncangkan tubuhku. 

Menyakitiku? Apakah aku merasa tersakiti? Tetapi tidak ada luka. Hanya rasa nyeri di dada. Sakit apa ini? Bisakah aku sembuh? Ibu, aku mohon, rasa sakit ini sangat menyiksa. Bisakah seseorang memberitahuku apa yang terjadi padaku? Tubuhku terasa kaku. Aku tidak bisa menggerakkannya.

"Akira, mengapa kau menangis? Jawab aku. Aku akan menuruti semua perintahmu. Aku mohon, katakan padaku. Akan kulakukan apapun agar kau berhenti bersikap seperti ini." 

Ryu, apa yang kau katakan? Aku menangis? Benarkah? Mengapa? Jangan bercanda, aku tidak menangis. Hanya saja, mengapa suaraku tidak mau keluar. Aku mencoba menggerakkan tangan ku dan memegang dada ku. Di sini terasa sakit, Ryu, apa kau mendengarku?

"Jadi sakit itu ada di hatimu? Aku akan melakukan sesuatu. Apa kau mengizinkanku?"

Apa yang ingin kau lakukan, Ryu? Jika kau bisa menghilangkan rasa sakit ini, lakukanlah. Aku tidak bisa menahannya lebih lama.

"Lakukanlah," ucapku parau. Akhirnya, aku bisa mengatakan sesuatu. Sedari tadi, aku tidak bisa mengeluarkan suaraku.

"Baiklah, tunggu di sini. Aku akan menghilangkan rasa sakitmu itu," jawab Ryu dengan senyum gilanya sambil berlalu keluar dari kamarku.

***

"Gadis itu..." Akira tertegun, matanya terpaku pada seorang gadis yang sedang duduk berbincang di sebuah kafe.

"Akira, kalau kau tidak ingin bergerak, aku akan pergi duluan. Jangan salahkan aku jika ada korban nantinya," ancam Ryuzaki, yang mulai kehilangan kesabaran dengan sikap Akira. Akira menoleh ke arah Ryuzaki.

"Aku akan memastikan ibu menguburkanmu hidup-hidup jika ada setetes darah dari korbanmu," jawab Akira sambil terus menatap gadis di kafe. 

"Jadi, apa yang sedang kau pikirkan? Cepat, kita pergi. Kalau kau tertarik dengan manusia, kau bisa bicarakan nanti dengan ibu," kata Ryuzaki sambil berjalan menjauh dari kafe.

Akhirnya, Akira mengikuti Ryuzaki dari belakang. 'Apakah ibu akan memperbolehkannya?' pikir Akira keras. Mereka terus berjalan, menjelajahi seluruh kota hingga matahari terbenam. Saat malam tiba, lebih baik mereka pulang ke istana.

Akira menyeret rantai yang terikat pada leher Ryuzaki. Rantai ini hanya bisa dilihat oleh keduanya. Itu adalah tindakan pencegahan karena Ryuzaki memiliki kecenderungan untuk memangsa manusia, atau lebih tepatnya, ia ingin menjadikan manusia sebagai mainannya.

"Jangan menyeretku seperti anjing," protes Ryuzaki ketika Akira menarik rantainya.

"Waktunya pulang, Ryuzaki. Aku punya sedikit urusan dengan ibu," jawab Akira sambil terus menarik rantai. Beruntungnya, Ryuzaki menuruti tanpa banyak bantahan.

Ketika mereka tiba di istana, Akira langsung mencari ibunya. Dia bertanya pada Takuya di mana ibunya berada, dan Takuya memberitahunya bahwa Ratu berada di istana utama bersama Raja. Akira terpaksa menghubungi mereka melalui sarana komunikasi khusus.

Layar komunikasi besar muncul di depannya, menampilkan Ratu dan Raja yang duduk di istana utama. Akira dengan penuh hormat menyapa ibunya dan langsung menyampaikan maksudnya.

"Selamat malam, Yang Mulia Ratu," sapa Akira saat Ratu dan Raja muncul di layar. "Malam, ada apa, anakku?" tanya Ratu dengan tulus.

"Aku ingin melakukan sesuatu, seperti belajar di dunia manusia. Apakah kau mengizinkannya?" jawab Akira dengan sedikit gugup.

Goddess & Prince of VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang