Chapter 33 : Miss you My Wife

27 1 0
                                    

"Siapa kau?" tanya Sakura dengan suara yang lemah. Kishu terkejut mendengar pertanyaan tersebut, lalu ia segera mendekati Sakura dan memeluknya erat.

"Sakura," bisik Kishu sambil mencium lembut kening Sakura. "Aku adalah Kishu, suamimu. Aku sangat merindukanmu."

"Sakura, aku adalah suamimu," kata Kishu dengan nada lembut, mencoba memberikan kenyamanan pada istrinya yang kehilangan ingatannya. "Aku tahu ini mungkin membingungkan, tapi kau telah berada dalam tidur panjang selama bertahun-tahun. Sekarang, saat yang baik untuk kau istirahat."

Sakura merasakan kelemahan di seluruh tubuhnya. Tubuhnya terasa sakit dan lelah akibat periode panjang di mana ia terlelap. Dengan nada yang penuh dengan ketidakpastian dan kelelahan, ia menjawab suaminya, "Suami? Mengapa aku tidak mengingat apa pun? Tubuhku sakit, aku ingin istirahat."

Kishu yang masih mencium kening Sakura dengan lembut mengerti perasaan istrinya. "Tentu, sayang. Kau bisa beristirahat sekarang."

"Kalian, keluarlah," perintah Kishu kepada anak-anaknya, meminta mereka meninggalkan kamar agar ia bisa merawat Sakura dengan lebih privasi.

Setelah mereka tinggal sendirian, Kishu dengan lembut membelai rambut Sakura dan menatap matanya dengan penuh kasih sayang. Kemudian, dengan berhati-hati, Kishu menggigit pergelangan tangannya sendiri dan menawarkan pergelangan tangannya yang terluka ke Sakura.

Sakura menatap Kishu dengan heran, tetapi insting vampir dalam dirinya mulai memahami. Ia perlahan-lahan mendekati pergelangan tangan Kishu, dan dengan gemetar, ia menggigit dan mulai mengisap darah suaminya.

Saat darah Kishu mengalir ke dalam tubuh Sakura, perlahan tapi pasti, ingatannya mulai kembali. Ia merasakan gelombang kenangan yang datang dan pergi, seolah-olah dirinya berada dalam aliran memori yang panjang. Rasa sakit di kepalanya semakin intens, dan ia merasakan seakan-akan dunia berputar. Seiring dengan itu, rasa sakit di seluruh tubuhnya mulai mereda.

Semua ingatannya kembali padanya. Ingatannya yang hilang selama bertahun-tahun. Merasakan semua kenangan itu seperti hujan deras yang turun dalam benaknya. Sakura tiba-tiba pingsan, kepala dan tubuhnya terasa berat, tak mampu lagi menahan beban ingatan yang kembali padanya.

"Ingatan ibu menghilang, kita harus bagaimana?" tanya Kirara dengan nada panik yang jelas terdengar dalam suaranya. Ketegangan terpancar dari wajahnya yang cemas.

Azuza, yang selalu tenang, merangkul Kirara dengan lembut, mencoba memberikan sedikit keamanan pada adiknya yang terganggu. "Tenangkan dirimu, Kirara. Ayah pasti bisa melakukan sesuatu," ujarnya dengan suara yang penuh keyakinan.

Beberapa hari berlalu, dan akhirnya Sakura terbangun. Matanya perlahan-lahan terbuka, dan ia mendapati dirinya berada di dalam kamar yang sudah sangat familiar. Namun, terdapat kebingungan yang terpantul di matanya. Ingatannya sudah kembali, sebagian besar, tetapi ia tidak bisa mengingat Silver sama sekali. Ia merasa seolah-olah ada potongan kenangan yang hilang, dan hal itu membuatnya merasa sedikit kehilangan.

Sakura berjalan perlahan ke dalam ruang mandi, membiarkan gaunnya mengalir mengejar langkahnya. Dia menatap Kishu dengan tatapan penuh cinta, dan dia bisa merasakan kehangatan yang datang darinya. Kishu berdiri di tengah kolam mandi, air panas mengalir di sekelilingnya. Wajahnya yang tampan dan tubuhnya yang kuat menjadi lebih jelas saat dia berbalik menghadap Sakura.

Mereka duduk di sebelah kolam mandi yang dalam, berendam dalam air hangat yang menyenangkan. Saat air mengalir di sekitar mereka, mereka mulai berbicara tentang masa-masa sulit yang baru saja mereka alami.

Kishu mencium lembut kening Sakura dan berkata, "Kerajaan kita telah mengalami banyak hal, Ratuku. Aku sangat bersyukur bahwa kita bersatu kembali."

Sakura tersenyum dan menjawab, "Ya, aku telah kehilangan banyak waktu bersamamu, tetapi yang terpenting, kita masih bersama. Kishu, aku sangat berterima kasih karena selalu melindungiku, dan aku tahu bahwa kita akan bangkit dari masa-masa sulit ini bersama-sama."

Kishu memeluk Sakura erat-erat dan merasakan getaran perasaan hangat di antara mereka. Mereka membiarkan air panas meredakan ketegangan dan kecemasan yang mereka alami. Meskipun banyak hal telah berubah dalam hidup mereka, cinta di antara mereka tetap sama kuat.

Saat Kishu mulai mencium leher Sakura dengan lembut, mereka merasakan ikatan mereka semakin erat. Mereka tahu bahwa meskipun mereka telah kehilangan kerajaan mereka, mereka masih memiliki satu sama lain, dan itulah yang benar-benar berarti. Dalam keintiman mereka, mereka menemukan kenyamanan dan ketenangan yang hanya dapat ditemukan dalam cinta sejati.

Dalam ruang mandi yang tenang, Sakura dan Kishu merasa hangat di antara percakapan mereka yang intim. Mereka duduk di air yang hangat, dekat satu sama lain, membiarkan tangan mereka menyentuh dan merangkul dengan lembut.

Kishu menatap mata Sakura, kehangatan cintanya terpancar dalam matanya, "Sakura, selama kau tertidur, aku merasa sangat khawatir. Melihat kau melindungiku dan aku tidak bisa berbuat apa-apa membuat hatiku hancur."

Sakura menyentuh pipi Kishu dengan lembut, "Aku tahu, Kishu. Aku merasakan kekhawatiranmu, bahkan dalam tidurku yang penuh mimpi. Aku juga merasa bersalah karena tidak bisa bersama-sama denganmu selama itu."

Kishu tersenyum lembut, "Kau tak perlu merasa bersalah, Ratuku. Kau adalah cinta dalam hidupku, dan aku akan selalu menjagamu. Kita akan membangun kembali bersama dan tidak ada lagi yang dapat memisahkan kita."

Sakura mengangguk, "Aku tahu kita akan melaluinya bersama-sama, Kishu. Cinta kita adalah kekuatan yang akan membantu kita melewati masa-masa sulit ini."

Mereka berdua merendam dalam keheningan sejenak, hanya mendengar gemericik air di sekitar mereka. Kemudian Kishu mengambil tangan Sakura dalam genggaman lembutnya dan berkata, "Sakura, aku akan selalu ada untukmu, baik dalam kebahagiaan maupun dalam kesedihan. Kita akan melanjutkan perjalanan ini bersama-sama."

Sakura tersenyum penuh keyakinan dan mencium lembut bibir Kishu. "Aku sangat bersyukur memiliki seorang suami sepertimu, Kishu. Kau adalah cahaya dalam hidupku."

Kishu juga tersenyum dan mencium kening Sakura, "Dan kau adalah cinta sejatiku, Sakura. Bersama, kita akan menghadapi masa depan dengan penuh harapan."

Mereka terus berbicara dan berbagi perasaan mereka satu sama lain, membiarkan cinta dan dukungan mereka menjadi pengaruh yang menghangatkan dalam masa-masa sulit ini. Meskipun kerajaan mereka hancur, dalam dekapan satu sama lain, mereka menemukan kekuatan untuk melangkah maju, bersama-sama.

"Kishu, panggil anak-anak," kata Sakura dengan lembut, menyiratkan keintiman antara mereka berdua setelah mandi bersama.

Kishu mengangguk paham dan segera memerintahkan, "Baiklah, Ratuku. Takuya, panggil para pangeran dan putri ke sini."

Kepala pelayan, Takuya, dengan sigap menjawab, "Sesuai perintah Anda," lalu segera melangkah untuk menjalankan perintah Kishu.

Di ruang keluarga yang megah itu, para pangeran dan putri Zaoldyeck sedang berkumpul, masing-masing dengan aktivitasnya. Akira, pangeran tertua, duduk santai di atas sofa dengan ekspresi tenang. Sementara itu, Azuza, yang selalu tampak seperti pembawaan seorang bangsawan, memangku Kirara dengan lembut, membiarkannya menikmati darahnya yang menenangkan.

Ryu, pangeran dengan kecenderungan psikopatnya, tengah asyik menyiksa mainan barunya dengan ekspresi senang. Ruang keluarga ini mencerminkan kerajaan yang megah, dengan furnitur mewah dan hiasan-hiasan yang indah.

Takuya, seorang kepala pelayan yang selalu tampil sigap, tiba-tiba muncul. Ia merasa perlu mengganggu waktu santai para pangeran dan putri untuk menyampaikan pesan yang mendesak.

"Maaf mengganggu waktu anda, pangeran dan putri," ucap Takuya dengan sopan, menundukkan kepala sebagai tanda penghormatan.

Akira dengan kepala yang sedikit terangkat, bertanya dengan nada penuh keheranan, "Ada apa, Takuya?"

Takuya menjawab, "Anda diundang ke kamar yang mulia."

Ryu yang selalu keras kepala, menjawab dengan nada jenaka, "Tidak seperti biasanya mengundang kami ke kamar Yang Mulia."

Takuya menegaskan, "Yang Mulia Ratu yang memintanya, Pangeran."

Tanpa banyak bicara, para pangeran dan putri segera menghilang dari ruang keluarga menuju kamar orangtua mereka. Mereka merasa senang mendengar jika Ibu mereka telah sadar.

~To be Continue~

Untuk apresiasi silakan yang mau kasih jajan author ke link berikut ya https://saweria.co/Furaferra

Goddess & Prince of VampireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang