[19] Penuh Kejutan

Start from the beginning
                                    

Ngenesnya hidupku ini,

"Lo kesini sama siapa tadi?" aku menoleh dan menemui cowok itu sedang menyesap moccachinonya. Suasana kafe yang terbilang cukup sepi membuatku jadi cepat terbawa suasana. Yah, walauppun deket Regen emang cepat membuatku baper mode on.

"Sepupu gue," jawabku singkat. Sebenarnya bingung harus berkata apa lagi.

Aku bisa merasakan tatapan konstan Regen seperti biasa. Menahaan diri sekuat mungkin untuk tidak balik menatapnya. Uh, aku cuma takut aku tenggelam semakin dalam lagi.

Hening. Sialannya kafe ini malah memutar lagu Brooke Faster yang menyayat hati. Yaampun.

"Lo boleh tanya apapun tentang apa yang lo liat kemaren, gue akan jawab yang sejujur-jujurnya. Tapi.." Regen menggantung kalimatnya dan aku meresponnya dengan mengangkat alis. "Lo juga harus jawab pertanyaan gue jujur."

Lagu Love Is Waiting milik Brooke Faster jadi semakin membuat aku ingin kabur dari tempat ini. Apa yang harus aku lakukan? Kenapa Regen membuatku tertekan begini sih??! Oke aku berlebihan, kalem Ody kalem... please... tenang.

Setelah berpikir dan mempertimbangkan segala Resikonya, akhirnya aku mengangguk.

"Lo dulu" kata Regen. Membuat pertanyaan yang tadi pagi memenuhi kepalaku.

"Lo sama kak Embun, beneran pacaran?"

Regen seperti sudah mengetahui pertanyaan itu yang akan terlontar dari mulutku. Dia tersenyum. Lebar untuk yang pertama kalinya.

Napasku tercekat.

"Nggak. Tapi gue yakin nggak lama lagi kita beneran pacaran."

Mataku seketika melebar dan tenggorokkanku tiba-tiba kering. Aku nggak ngerti lagi sama semuanya. Kenapa segala yang berhubungan sama Regen itu selalu serumit matematika, sih?

"Maksudnya-"

"Bagian gue"

Aku menghela napas dan menatap cowok itu dengan sengit. Kesal, aku meminum cappuchino iceku sampai tinggal setengah.

"Hubungan lo sama adek gue?"

"uhhuukk, uhhuukk" aku sontak tersedak mendengar pertanyaan cowok itu dan nada sinisnya. Maunya dia apa sih, bawa-bawa Bian dalam masalah ini?

Aku menatap Regen dengan mata menyipit lalu menjawab dengan acuh tak acuh.

"Mantan" simpel.

Regen mengangguk-angguk mengerti, lagi-lagi, seolah sudah menduga. Sama sekali tidak ada ekspresi kaget, satu kenyataan yang membuatku tak bisa di pungkiri, kecewa juga. Giliran otakku yang sibuk merangkum pertanyaan yang tadi berkelebat. Ah, aku tahu.

"Lo... suka sama kak Embun?"

Alis Regen terangkat tinggi dan matanya sedikit melebar. Terlalu lama, aku bisa merasakan degup jantungku semakin lama semakin cepat menunggu jawabannya. Aku tidak bisa berpikir apa-apa lagi. Sumpah Regen cepat jawab?!

"Nggak"

Sedetik aku bisa bernapas lega,

"Gue cinta sama dia."

***

Aku menyesal.

Menyesal menuruti kata-katanya, menyesal menjawab pertanyaannya, dan sangat-sangat menyesal bertanya tentang perasaannya. Napasku seakan berhenti ketika Regen melontarkan kalimat itu dan sekujur tubuhku terpaku. Detik itu juga aku ingin pulang, jadi setelahnya aku hanya bertanya hal tidak penting dan menjawab pertanyaan Regen seperlunya.

Setelah Regen menyudahi 'permainan' konyol itu, aku pulang. Sendiri. Dan kalian tahu apa kata-kata terakhirnya sebelum aku benar-benar berbalik.

"Anyway, selamat ulang tahun ya, Melo"

Dan mataku seketika memanas. Dasar bunglon, cicak, tokek, iguana, reptile errghht.

"Neng, ini rumahnya?"

Aku tersentak dan segera menyadari taksi yang aku tumpangi sudah sampai di depan pagar rumah. Linglung, aku memberi supir taksi itu selembar uang seratus ribuan, kemudian keluar dan masuk ke rumah.

Clek.

Ini apa lagi rumah gelap banget? Tirai  ditutup-tutup gini? Atau jangan-jangan...

Tek.

"SURPRIISSEE" aku melongo.

"Happy birthday Ody, Happy birthday, Happy birthday Ody, Happy birthday,Happy birthday... happy birthday, happy birthday Melody.."

Tanganku masih di gagang pintu sementara rahangku sudah jatuh kebawah. Kakak-kakakku semua menyanyikan lagu diikuti dengan pekikan sepupu-sepupu kecilku dan tepuk tangan keluargaku yang lain. Perfect. Aku pikir mereka lupa hari ini. aku pikir... Oh, God, aku speechless.

"Habede adikku yang paling cantik, happy sweet seventeen"

Aku berdecak menyambut ucapan dan pelukkan Dilla yang nggak banget itu. Yaiyalah aku paling cantik. Emangnya dia punya adek lagi?

Gantian kak Tania dan, ehm, suaminya yang memberiku ucapan selamat. Lalu kak Talitha, terus Vio, mama, papa, oma, opa, nenek, kakek, tante, om, onti, Livia sampai dua orang terakhir membuat senyumku seketika memudar. Kak Embun, dan Bian.

Setelah apa yang Regen katakan tadi, aku tidak tahu harus bagaimana menghadapi dua orang itu. Tiba-tiba saja semua kata-kata usil dan tawa renyahku menguap dari kepala. Menyisakan ruang hampa.

Menatap mereka membuatku sakit.

"Selamat ulang tahun ya, sayang, wish all the best for you" kak Embun memelukku dan aku malah diam mematung. Kata-kata tegas Regen masih terngiang dan entah bagaimana membuatku benci melihat sikap kak Embun yang terlampau baik.

Aku tidak tahu rasa cinta bisa menumbuhkan tangkai benci.

Kak Embun melepaskan pelukkannya dan sekarang aku berhadapan dengan Bian. Dia masih tersenyum, seolah seberapa kuatpun tekatku untuk menjauhinya, sama sekali nggak punya arti. Karena senyum itu masih senyum yang sama yang ia tunjukkan empat tahun yang lalu. Yang berkata, Dy, Be mine, please?

"Selamat ulang tahun ya, yang ke tujuh belas." Ucapnya, sambil menunjukkan sebuah kotak kecil yang dilingkari pita biru laut. Bian memang paling tahu warna kesukaanku.

"Buat lo" bukan hanya kotak itu. Tapi juga sebuket bunga krisan putih yang dulu selalu menjadi andalannya kalau aku lagi ngambek. Itu juga bunga favoritku. Bunga yang selalu membuatku merasa... lebih baik.

Tanpa bisa ditahan, akhirnya aku berhambur memeluk Bian dan menangis di atas bahunya. Aku tidak peduli sikon lagi.

Aku kangen Bian.

Hari ini, tanggal Sembilan belas desember dua ribu empat belas,

Benar-benar hari yang penuh kejutan.

***

A/n

Holla gais, pakabar? Bentar lagi libur abis dan gue belum ngerjain tugas apa apa *curcol. Oke persetan dengan tugas, gue pengen ngadain challenge yang gak susah-susah amat.

Kalian cuma harus kirim satu quotes yang menurut kalian paling ngena di Aku dan Hujan atau Rain After Cloudy atau dua duanya ke line gue; agnihana.n dan rekaman suara kalian pas bacain quotes itu.

Gampang kan? Hadiahnya? Gue bakal pilih 3 org beruntung yg hadiahnya bakal gue tentuin. For your information, it just for fun!

P.s: Batas kirim sampai Jum'at depan yaw! Good luck! IKUTAN YAAKK!!

-A
8/4/16

Aku dan HujanWhere stories live. Discover now