Tujuh.

440 66 13
                                    

Previously...

"Aku juga berharap begitu," kata Hannah dan menoleh ke arah Chan lagi.

------------------------------------------------------------------------------

Hari ini, bukan hari yang baik. Aku benar-benar gelisah dengan hasil test yang akan Edelin berikan. Tepatnya hasil test Chan.

Semalam, Chan tidur di tempatku yang kecil. Ya mau dimana lagi?

"Indiana?" suara kecil itu berasal dari bocah yang duduk di sebelahku. Chan.

"Ya?" jawabku lembut.

Ia meraih kantung bajunya yang lusuh. Aku belum bisa pergi membelikan baju untuk Chan. Ia mengeluarkan gumpalan secarik kertas buram yang sepertinya kuberikan padanya kemarin.

"Kau berjanjikan, kalau hari ini akan menjenguk teman-temanku?" tanyanya dengan manis. Aku mengangguk. Ia membuka gumpalan kertas itu dan menunjukannya padaku. Tidak, ia bukan menulis, ia menggambar. "Ini teman-temanku. Yang ini namanya Poo, ini Hwa, ini Chan, sama sepertiku!" serunya.

Betapa mirisnya hatiku melihat gambaran Chan. Yang ia sebut teman-teman adalah tiga ekor kucing. Ia benar-benar hidup sendiri ternyata. Aku melihat wajahnya yang tersenyum riang. Bagaimana anak macam ia memiliki gangguan mental?

"Aku memberinya nama Chan, karena ia paling gemuk, sama sepertiku!" serunya lagi. Aku tersenyum dan mengelus kepalanya, berbarengan dengan Edelin yang keluar dari ruangan Check-up. Aku berdiri, tanganku kaku dan bibirku kelu.

Edelin tersenyum dan berkata, "Kau tak perlu cemas. Ia memang memiliki gangguan mental. Anti Social Disorder,"

Deg.

Jantungku seakan berhenti berdetak, kedua paru-paruku berhenti berfungsi, bibirku bergetar. Mendengar kata-kata itu meluncur dari mulut Edelin membuatku mengingat Harry. Oh begitu malangnya nasib mereka.

"Tapi tak perlu tegang seperti itu, Indiana. Ia masih dalam level yang stabil, makannya ia masih bisa tertawa dan menyayangi. Tapi ia tak memiliki teman, ia lebih memilih sendiri," lanjut Edelin.

"Tapi," ujarku melihat ke arah Chan, "ia berkata padaku, ia memiliki 'teman'. Aku kira 'teman' yang ia maksud adalah manusia. Tapi bukan, 'teman' yang ia maksud ada hewan—kucing."

Edelin mengangguk pelan. "Memang seperti itu. Ia bermain dengan hewan dan tidak dengan manusia. Ia masih bisa sembuh,"

"Bagaimana dengan Harry? Ia juga seumuran dengan Chan, dengan gangguan mental yang sama," pertanyaan itu meluncur begitu saja dari mulutku.

Senyum Edelin pudar. "Harry," gumamnya. "Dia sudah masuk dalam kategori tidak stabil saat ia di bawa kesini. Chan stabil karena ia tak melihat hal-hal yang Harry lihat."

Hal-hal? Hal apa?

Aku mengurungkan niatku untuk bertanya lebih lanjut dan berterimakasih padanya. Ia menyuruhku memasukkan Chan ke dalam Institut ini sebagai pasien, demi kebaikan Chan. Rela tak rela, aku berjalan menuju kantor Mrs. Smith dengan Chan.

Setelah aku membuka pintu dan mempersilahkan Chan masuk, Mrs. Smith sudah tau apa artinya. Edelin sudah menelepon Mrs. Smith.

Ia menyerahkanku nomor sel yang akan Chan masuki. Aku lemas mengingat Chan akan masuk ke Institusi ini.

"Indiana," panggil Mrs. Smith sebelum aku keluar dari kantornya, "ia bisa bersamamu kapan saja. Tapi ia harus tidur di sel itu. Kurasa ia tak akan mengganggu, ia anak yang baik." Ujar Mrs. Smith melihat ke arah Chan.

Aku tersenyum dan berucap terimakasih banyak pada Mrs. Smith. Ia memang wanita yang baik.

Aku membawa Chan kemana saja kupergi. Sekarang kami menjadi teman baik. Aku menitipkan Chan pada Hannah saat aku harus membereskan kerusakan yang Eddy sebabkan. Ia merusak besi tempat tidurnya. Aku tak mengerti apa yang ia lakukan sampai besi itu rusak. Akhirnya, aku harus membuang besinya dan menjadikan selnya dengan kasur di bawah.

Insanity. (Harry's Fanfiction)Where stories live. Discover now