Chapter 19

4.6K 209 11
                                    


Gue kembali berkutat dengan iPhone gue. Gue kembali membalas chat line yang sebelumnya terabaikan. Rasa sakit di hati yang gue rasakan tadi seolah sirna dengan sementara karna tingkah konyol abang-abang serta sahabat-sahabat gue.

'Maksud dia tuh apa sih!' Omel gue tiba-tiba.

Karna Angel sudah tertidur, gue berani untuk berteriak seperti itu. Toh Angel juga tidur seperti kerbau. Tak akan bangun kecuali disiram air.

Gue kecewa sama Zevan, setelah dia berhasil membuat gue lupa akan kekesalan gue terhadapnya, dan berhasil membuat gue tertawa, dia melakukan hal itu lagi.

Gue terlalu lelah dengan semua janji-janji manis yang dikatakan Zevan. Apaantuh dia bilang gue gaboleh pergi dari kehidupan dia? Loh enak dong dia, hidupnya adem ayem di kelilingi sama cewek-cewek. Huh dasar cowok. Mau enak-nya doang.

Angin malam yang dingin menusuk kulit gue yang terlalu rapuh untuk hawa dingin.

Gue menghela napas tanda lelah dengan hari ini.

"Indah ya?" Suara Zevan membuat gue tercekat.

Gue pun menoleh.

Tatapan sinis pun keluar dari wajah gue, dan gue segera melangkah untuk pergi dari hadapannya.

"Kez," panggil Zevan lirih.

"Maafin gue Kez," pinta dia.

Gue berhenti di tempat.

Jujur gue ngga tega sama suara dia yang terdengan lirih seperti itu. Tapi gimana lagi? Gue kesel banget sama Zevan. Bener-bener kesel. Dia jahat sama gue.

"Gaada yang perlu di maafin.."

"..lo nggak salah apa-apa" ucap gue datar.

"Kalo gue nggak salah, kenapa sikap lo gini?" Kata Zevan lagi.

"Ya lo pikir aja sendiri, Zev"

Gue pun memilih untuk melangkah, tapi tangan kuat Zevan mencengkram lengan gue. Rasa dingin yang gue rasakan semakin menyakitkan karna sentuhan tangan dia.

"Kezia, dengerin gue dulu" kata nya.

"Dengerin apaan lagi sih? Gue udah males ngomong sama lo Zev. Lo tuh ngomong doang. Lo tuh suka banget membuat orang terbang bahagia lalu setelah itu menjatuhkannya lagi tanpa syarat.."

"..sakit Zev"

"Yaaiyaa, maka dari itu maafin gue. Maafin gue karna udah bikin lo sakit,"

"Maafin gue karna udah ninggalin lo buat nyamperin Dinda,"

"Itu sebenernya cuma karna gue panik aja, sumpah"

"Ya yaudahlahya, gaada berhak juga gue marah sama lo. Emang gue siapa lo," gue tertawa sarkastik.

"Kez..." Panggil Zevan lagi.

"Yaudah, sekarang gue mau balik dulu ke kamar" kata gue menyudahi percakapan.

"Oh, iya, eh padahal" katanya lagi.

"Padahal apa?" Tanya gue

Zevan terlihat linglung dan bingung "Ngga kok, gajadi. Udah sana, lo istirahat dulu aja. Tapi lo maafin gue kan?" Tanyanya seraya menggaruk tengkuknya.

"Ah? Yaudahlah sans aja. Gue kan gak baperan anaknya" ucap gue berusaha untuk lebih santai memecahkan suasana keheningan

"Okee! Gitu namanya temen gue!"

"Apasih lo, giliran gini aja. Inget tentang temen lo baru ckck" gue pun berdecak.

"Dududu jangan ngambek dong. Ntar makin lucu" katanya sambil menggoda.

Bestie BoyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang