Track 14 - Let Me Hear Your Voice

Start from the beginning
                                    

"Tenang. Dia pasti bangun kok. Dia cuma tidur sebentar..." bisik Eri lirih yang lebih terdengar seperti kepada dirinya sendiri ketimbang untuk Rara.

Rara menatap satu-satu orang di sekeliling Naga. Rara tidak kenal semuanya, tapi ia tahu semua orang terdekat Naga ada disini. Termasuk temen-teman Heroes-nya, kak Gami, Ibunya, dan Ayahnya. Dan kini, mereka semua sedang melihat ke arahnya.

"Mah, Pah, kita nunggu di luar yuk. Ada yang Gami ingin bicarakan juga," Gami menyentuh pundak ibunya lembut. Ibunya mengangguk pelan. Mereka lalu keluar diikuti Dokter Gana di belakangnya. Sebelum keluar, Gami melirik Rara sambil tersenyum untuk menenangkan Rara. Rara hanya mampu menatapnya polos.

"Kita juga... sebaiknya nunggu di luar aja gimana?" Abi menatap satu-satu wajah teman-temannya. Semua mengangguk pelan, termasuk Yonggi dan Eddy yang baru bisa datang setengah jam yang lalu.

Rara melirik kepergian mereka satu-satu. Eri pergi paling lambat. Sebelum berlalu, tangannya meremas bahu Rara. Rara tahu Eri sedang berusaha menyemangatinya, namun tangannya juga gemetaran. Dia pasti berat melakukannya.

Kini tinggal Rara sendirian yang mematung di depan tubuh Naga. Pelan-pelan, Rara mengawasi Naga mulai dari ujung kepala sampai kakinya. Pelan-pelan juga ia mulai melangkah mendekati Naga. Semakin dekat dengan Naga, semakin deras air matanya. Rara tak berniat menangis, tapi hatinya diluar kendalinya. Ia menangis dalam wajah dinginnya.

Ketika sudah dekat, Rara meraih tangan kurus Naga yang pucat. Ia menyentuhnya. Menggenggamnya. Lalu menariknya untuk didekatkan pada pipinya. Rara membungkuk di samping tubuh Naga yang diam. Ia masih menangis.

"Naga... Naga..." suaranya seperti tercekat. Ia memejamkan matanya kuat-kuat. Banyak sekali yang ingin Rara katakan, tapi mulutnya hanya mampu memanggil-manggil nama Naga. Rara benar-benar tak berdaya.

Bangun!

Naga bangun!

Bangun!

Rara hanya bisa meneriaki semua itu dalam hatinya. Ia tidak sanggup bersuara lagi. Suaranya sudah habis ditelan tangisannya sendiri. Sambil membenamkan kepalanya di dekat tubuh Naga, sambil memegang erat tangan Naga, Rara menangis tanpa bersuara. Bahunya berguncang-guncang. Air matanya mengalir deras. Sesekali ia sesenggukan mengambil jeda, lalu menangis lagi.

"...Naga... Naga... Naga..."

NYUT!

Rara tersentak. Matanya terbelalak merasakan sensasi itu. Ia masih merunduk namun tangisannya berhenti. Ia merasakan tangan Naga bergerak dalam genggamannya. Awalnya sebentar, namun lama-lama, tangan Naga bergerak makin kuat. Rara memutar-mutar matanya, menajamkan indra perasanya. Tangan Naga bergerak makin sering. Akhirnya dengan perlahan, Rara mengangkat kepalanya untuk memastikan.

Naga masih terpejam. Namun mata Rara masih terus mengawasinya. Tangan Naga juga sudah berhenti bergerak. Rara menahan perasaannya. Ia masih penasaran.

"Naga? Naga? Naga?"

Tangan Naga bergerak lagi. Rara melengos lega. Dengan harapan yang tinggi, Rara kembali memanggil-manggil nama Naga. "Naga! Naga! Lo denger gue...? Naga!"

Tangan Naga makin sering bergerak. Rara juga makin melebarkan senyumnya. Ia menggenggam tangan Naga kuat-kuat dengan kedua tangannya. Matanya tak lepas dari mata Naga yang terpejam, yang ia harapkan akan segera terbuka sebentar lagi.

"Naga! Ayo Ga! Lo denger gue? Naga! Naga...!"

Semakin Rara berseru, semakin sering gerakan yang dibuat oleh tangan Naga. Rara meluapkan kelegaannya dengan memeluk tangan Naga dan menempelkannya ke pipinya.

Love SongWhere stories live. Discover now