Track 11 - Let Me In

3.8K 160 5
                                    

"ERI sakit? Tumben banget?" Naga menyahut sambil menaiki mobil van hitam Heroes. Daye yang sudah duluan berada dalam mobil mengiyakan.

"Kayanya dia bener-bener sakit deh sekarang. soalnya kemaren dia nggak makan malem."

"Siangnya juga dia nggak makan," Abi menimpali.

Naga mengerutkan bibirnya, khas dia kalau sedang merasa heran. Sepanjang perjalanan menuju asrama, pikirannya dipenuhi soal Eri yang sedang sakit di apartemen.

Heroes sampai di asrama.

Ube langsung menuju kamar untuk istirahat, sementara Daye seperti biasa berleha-leha di sofa lalu menyetel TV. Abi masuk kamar mengikuti Ube, dan hanya Naga yang langsung menemui Eri di kamarnya.

"Sakit apa lo?! Bohong ah pasti alibi doang biar bisa tidur lama kan?" teriak Naga saat Eri membuka pintu kamarnya. Naga terbelalak melihat mata Eri yang kantung matanya sudah benar-benar hitam. Ia menahan tawa lalu menerobos masuk kamar.

Eri sudah hafal kalau abangnya ini pasti akan langsung menemuinya ketika mendengar dia sakit. Naga memang seperti itu pada siapapun, terutama pada Heroes.

Naga menduduki salah satu ranjang di kamar sambil memandang Eri dengan wajah tengilnya. "Sakit apa sih dede Eri?"

Eri duduk di bangku meja kerjanya, menghadap Naga. Ia tak menjawab pertanyaan Naga.

"Lo nggak nemuin Rara bang?"

"Buat?" tanya Naga pendek tanpa melihat Eri. Tangannya sedang membuka-buka halaman majalah musik yang ada di atas ranjang.

"Tadi gue ketemu Rara di rumah sakit," Eri melihat reaksi Naga yang menghentikan gerakannya sesaat. Namun Naga masih belum menoleh untuk melihat Eri.

"Dia... lagi jenguk seseorang. Dan kayanya, kondisinya gawat..." Eri berusaha untuk tidak langsung ke intinya, namun Naga sudah bisa menangkap maksud Eri karna ia tak kunjung menatap wajah Eri.

"Katanya, itu Ibunya... dan gue kayanya pernah liat orangnya deh..." Eri mengambil sebuah lembaran kertas di atas meja lalu ia serahkan pada Naga. Naga menerimanya dengan ragu. Ia masih belum berani memandang Eri.

"Lo inget gue pernah tanya, apa interpretasi lo terhadap lagu Suddenly, kan? Gue emang belom denger jawaban lo, tapi gue mencoba membuat interpretasi gue sendiri pada lagu itu. Ada yang salah nggak?" Eri masih mengamati Naga yang sedang membaca tulisannya.

Naga yang sedikit terkejut dengan isi tulisan Eri mengenai lagunya, mencoba bersikap setenang mungkin. Ia tidak mengerti mengapa Eri suka sekali menebak-nebak lagu ini. Setelah habis membacanya, barulah ia menatap Eri.

"Maksud lo, lagu yang gue buat ini adalah lagu cinta buat bapak-bapak?" tanya Naga mengejutkan Eri yang sedang serius.

"Hah?"

"Kalo itu maksud lo, berarti lo berpikiran kalo gue sedang mendambakan cinta seorang bapak-bapak sampe-sampe gue bikin lagu buat dia saking frustasinya?"

Eri melenguh kesal. Ia memutar bola matanya lalu kembali melihat Naga. "Bang, lo paling tahu maksud gue apa, dan bukan itu! Lo jangan becanda deh. Bukan itu maksud gue!" seru Eri tidak habis pikir Naga masih bisa berkelit disaat semuanya sudah terbongkar dimata Eri.

Naga tersenyum penuh arti. "Gue punya lagu baru buat lo, semoga nanti lo bisa menyanyikannya dengan lebih baik. Inget, jangan salah menginterpretasikan sebuah lagu, atau lo bakalan salah jalan."

Eri mengawasi Naga yang beranjak untuk pergi. Sebelum Naga berjalan ke pintu, Eri menarik tangannya.

"Bang, gue tahu kalo lo sebenernya ngerti maksud gue. Jangan bohong lagi dan jangan pura-pura lagi! Ini demi kebaikan lo! Gue ngomong begini karna gue peduli sama lo bang!" Eri bersikeras membicarakan maksudnya tapi yang keluar justru terdengar seperti ia sedang melantur.

Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang