Track 14 - Let Me Hear Your Voice

3.3K 147 1
                                    

RARA kembali menyusuri koridor serba putih menuju Ruang Operasi. Masih sepi dan tidak ada siapapun disitu. Ia kebingungan dan tidak punya ide dengan kemana perginya semua orang. Kemana Naga dibawa tanpa sepengetahuannya? Ruangan itu pasti ruang perawatan kan? Bukan ruang jenazah kan? Rara menggeleng kuat-kuat untuk menghilangkan pikiran negatifnya. Ia mulai mengatur napas, menariknya dalam-dalam, lalu membuangnya pelan-pelan. Bayangan Naga yang berdarah-darah berubah menjadi Naga yang tersenyum menyapanya.

"Kemana ya...? Dia dibawa kemana ya...?" Rara bergumam pelan. Ia menatap pintu ruang operasi yang mencekamnya. Dulu, ia tidak pernah mengira bahwa kematian ternyata begitu dekat dengan keseharian sampai ibunya mengalami kecelakaan itu dan tidak sadarkan diri lagi. Ia pikir semua orang akan selamat begitu keluar dari ruang operasi dan bisa dengan mudah bangun kembali. Tapi ibunya koma setelah di operasi, dan pria itu, malah meninggal dua hari setelah di operasi. Kali ini, Naga akan mengikuti yang mana?

Tak apa ia tidak langsung sadar, gue udah menunggu untuk Mama selama tiga tahun, gue pasti bisa menunggu Naga juga.

Rara menyunggingkan senyum sinis menertawai pikirannya barusan. Ia memegang keningnya frustasi. "Mikir apa gue... Naga harus selamat. Enak aja... gue nggak mau nunggu siapa-siapa lagi..."

Lalu, apa Naga sudah mati? Sesuai janjinya, dia akan mati untuk menyeret Jay berlutut di hadapan Rara agar memaafkan mereka langsung?

Rara memejamkan mata kuat-kuat. "Nggak. Nggak. Nggak.." jelas, ia tidak menginginkan itu benar-benar terjadi sekarang. Walau Rara sempat mengiyakan, namun ia sadar itu hanya sebuah kalimat berbalut emosi yang keluar dari mulutnya, bukan dari hatinya.

Lalu kemana Naga? Ia tidak tahu, bahkan untuk menanyakan kondisi Naga pada suster saja sangat berat. Bahkan untuk menanyakan kemana Naga sudah di bawa kemana saja sangat sulit. Ia tidak tahu kalau untuk menerima hal buruk yang mungkin terjadi pada Naga, akan sangat membuatnya ketakutan. Kenapa jadi sesulit ini? Apa itu artinya ia sudah memaafkan Naga? Apa perasaannya pada cowok murah senyum dan tengil itu sudah kembali? Apa Rara begitu menginginkan Naga seutuhnya?

"Heh, Rarararara!!" panggilan itu membuat Rara menoleh cepat. Eri sedang terengah-engah muncul didepannya. Ia memegangi dadanya sambil berusaha mengatur napas.

"Hhh... bener-bener deh... lo kemana aja sih? Ngapain disini? Bang Naga udah selesai operasi tahu!" Eri berkata dengan susah payah ditengah deru napasnya.

Rara menatap Eri dengan gelisah. Mulutnya seperti terkunci, padahal ia sangat ingin tahu keadaan Naga. Tanpa babibu lagi Eri langsung menarik tangan Rara untuk mengikutinya. Rara pasrah walau hatinya masih berdebar sangat kencang.

"Gue sampe ngelilingin se-Rumah Sakit tahu! Handphone lu mati. Kata Kak Gami, lo udah pulang. Gue cari ke rumah, lo ngga ada juga. Gue pikir lo nggak mungkin jauh-jauh, pasti masih sekitar Rumah Sakit. Dan ternyata bener. Lo ada disini. Kenapa nggak tanya suster sih? Kan lo bisa nanya-nanya kemana bang Naga di bawa kan?" Eri menoleh, menatap Rara sebentar. Rara terhenyak. Ia tidak salah lihat, sekilas tadi Eri tersenyum padanya. Apa ini suatu pertanda baik?

"Tenang aja. Gue nggak akan maksa lo buat ninggalin Bang Naga lagi," seru Eri tulus membuat Rara menatap punggungnya haru. "Gue nggak mau terbebani sama penyesalan seumur hidup karna sudah ikut campur lagi. Sekarang, gue hanya mau hidup menerima. Maaf ya, karna udah banyak ikut campur..."

Rara mengangguk-angguk sambil menahan air yang akan tumpah dari matanya. Buliran air bahkan sudah turun dari mata Eri. Eri masih membelakangi Rara, namun ia tahu, Rara sudah memaafkannya.

Mereka sampai di depan sebuah pintu. Eri menarik kenopnya dan mendorongnya ke kanan. Semua orang di ruangan, menatap mereka. Rara tak berani melihat adegan apa yang ada di depannya. Ia takut tidak sesuai dengan bayangannya. Dalam bayangannya, Naga sedang duduk di ranjang, tersenyum menyambutnya. Tapi memang bayangan tak seindah aslinya itu benar. Dalam suasana yang sudah agak tenang, Rara tetap menemukan Naga masih terbaring di ranjang, menutup matanya. Hati Rara mencelos.

Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang