Track 04 - Snow White

5.2K 187 3
                                    

"KASUS plagiat yang di kabarkan di lakukan oleh salah satu member dari grup musik yang tengah menjadi idola saat ini, Ekanaga dari Heroes, dibantah keras oleh managemenentnya yang mengatakan bahwa itu hayalah isu tak berdasar yang bersifat menjatuhkan saja. Sementara itu Ekanaga sendiri, yang tadi malam tidak dapat kami temui di kantor Y Management, belum bisa memberikan keterangan pada pers seputar kasus ini...."

Itu adalah berita yang Rara tonton pagi ini dengan tanpa sengaja saat ia sedang bersiap pergi ke Kampus. Ia baru akan melahap roti sarapan paginya, kemudian harus tercengang mendengar berita skandal plagiat Naga. Tiba-tiba ia teringat saat laki-laki itu menerima telepon penting di mobil kemarin, ketika sedang bersamanya.

"Kayanya masalah waktu itu ada hubungannya sama ini..." gumam Rara.

Perasaan aneh menyelimuti hatinya. Tiba-tiba ia jadi mencemaskan Naga.

***

Rara berjalan sendirian di koridor kampus. Ia sudah menyiapkan diri kalau bertemu Naga di kelas nanti. Dia yakin, dia akan bersikap sewajarnya, seperti biasanya. Cuek dan dingin. Tapi skandal yang menimpa Naga membuatnya tidak tenang. Apa yang harus ia katakan nanti saat mereka bertemu terus menerus memenuhi otaknya.

Karna terlalu sibuk melamun, Rara tak sengaja menabrak orang yang sedang membawa banyak buku. Rara terhenyak dan berusaha membantu mengambilkan buku-buku yang sudah berserakan itu sambil meminta maaf.

"Gimana sih lu? Liat-liat dong! Buku penting nih," seru laki-laki kutu buku berlogat jawa yang di tabrak Rara tak terima.

"Iya... maaf... gue ngga liat," ujarnya pelan sambil masih membenahi buku.

"Heh mas! Dia kan udah minta maaf! Gausah sewot gitu dong! Paling itu buku yang lo pinjem dari perpus diem-diem ngga lo balikin, iya kan?" seruan bar-bar terdengar dari arah belakang tiba-tiba.

Rara menoleh dan melihat Maya sudah berdiri dan melotot dengan galak menatap si laki-laki kutu butu. Kedua tangannya bertolak pinggang. Rara berdiri pelan-pelan sambil masih terperangah.

"Enak aja mbaknya ini! Gue emang ngambil dari perpus, wong gue yang jagain perpusnya kok!" balas laki-laki kutu butu tak terima lalu berlalu kesal.

Rara menahan tawa mendengar ucapan laki-laki itu lalu menatap Maya yang masih melotot galak. "Udah, udah. Yuk..." Rara buru-buru menepuk pundak Maya lalu menariknya pergi dari situ.

Di tengah suasana kantin belakang kampus yang ramai, Rara duduk sendirian menunggu Es Cokelat –nya datang. Sedangkan Maya terlihat membawa nampan berisi nasi kotak dan botol softdrink berjalan menghampiri Rara.

"Lo ngga makan Ra?" tanya Maya sambil mengatur posisi duduknya di samping kanan Rara. Mereka duduk di bangku kayu meja panjang di tengah spot kantin, tempat paking strategis untuk melihat ke sekeliling penjual makanan yang ada.

"Ngga ah. Ntar aja. Masih pagi ini..." jawab Rara seadanya.

"Panas banget..." gumam Maya. Tangannya tak berhenti mengipas-ngipas lehernya.

Rara melirik Maya dengan menyipitkan mata. "Jadi... ngambeknya udahan nih?"

Maya berhenti menggerakan tangannya lalu menoleh ke Rara. "Yeee siapa yang ngambek?!"

"Oh... soalnya kemaren ada yang ngambek gitu deh. Pulang sambil marah-marah..." goda Rara membuat Maya malu.

"Serah lo deh Ra. Eh gue lagi sedih tau. Hibur kek bukannya malah ngeledekin."

Rara mengernyitkan dahi. "Sedih kenapa lagi lo?"

"Ekanaga...." jawaban Maya membuat Rara melengos.

Love SongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang