30. Ending

8.8K 201 20
                                    


Al melangkahkan kakinya dengan cepat menuju apartemennya, amarahnya sudah memuncak sejak mendengar informasi dari kepolisian. Kertas yang berada di dalam map cokelat pun sudah lecek akibat genggamannya. Password yang diketiknya akhirnya berhasil, tanpa menunggu lama ia langsung menutupnya dengan kasar. Ia tak peduli jika pintu tersebut rusak, karena yang terpenting adalah menanyakan kebenarannya. Sandra langsung menghampirinya saat mendengar gebrakan pintu, beruntung Zac tidak terbangun.

"Ada apa Al?" tanya Sandra dengan terkejut.

Al langsung menghampiri Sandra dan mencengkram lengannya dengan erat, hingga membuat Sandra meringis kesakitan. "Lo ke mana sebelum kecelakaan?" tanyanya dengan nada sengit.

Dengan gugup dan meringis menahan sakit Sandra menjawab. "Aku ke supermarket, Al"

"Supermarket atau lo sengaja nabrak Irina hingga dia kecelakaan? Ha?" bentak Al yang tak bisa lagi menutupi kemarahannya, ia menatap Sandra begitu tajam.

Sandra terkejut mendengarnya, ucapan Al bagai disambar petir untuknya. Al langsung melemparkan map cokelat ke wajahnya, dengan perlahan Sandra menbuka amplop tersebut dan mulai membaca. Senyum tipis terukir di bibir Sandra seperti tak berdosa, ia menatap Al dengan santai. "Iya aku yang tabrak dia, karena dia mengambil kamu dari aku. Sengaja aku lakuin itu buat bunuh bayinya, mengikuti kamu yang lagi senang-senang tapi aku juga kecelakaan!"

Al menatap Sandra dengan tajam, ia menahan emosinya untuk tidak mencekik Sandra saat ini juga. "Siap-siap aku akan deportasi kamu!" ujar Al lalu meninggalkan Sandra dengan cepat.

*

Irina sedang menjemur Kelvin di bawah hangatnya sinar matahari, pagi yang lumayan sejuk baginya menghirup udara puncak. Pelayan yang disewa Dhirgo baru saja tiba dan ia menyuruhnya untuk membersihkan kamar. Tak selang beberapa lama kemudian, mobil Fortuner putih yang sangat dikenal Irina masuk, lalu membuka kaca jendela hanya untuk menyapanya.

"Gimana persiapannya? Apa udah selesai?" terdengar suara Dhirgo yang berjalan menghampirinya.

"Sudah, setelah perceraian selesai aku akan menetap di Belgia." ujar Irina dengan tersenyum.

Rencana Irina setelah perceraiannya dengan Al selesai dia akan segera tinggal di rumah orang tuanya, meskipun Daddynya tetap enggan menerima keputusan berpisahnya dengan Al dia bisa saja tinggal bersama Kak Charlotte.

"Ir, kamu yakin mau jauhin Kelvin dari ayahnya?" tanya Dhirgo dengan tidak yakin.

"Sejak aku menyuruh kamu buat palsuin hasil itu aku udah yakin, Dhir." ujar Irina dengan bosan dengan pertanyaan Dhirgo. Langkah Irina berjalan membawa Kelvin ke dalam karena telah selesai berjemur, Dhirgo pun mengikutinya. Irina tak begitu antusias menunggu hasil DNA keluar karena dialah yang sudah memalsukan semua hasil test tersebut, dia hanya tak ingin mereka tahu kalau Irina selama ini mengandung anak Al dan sidang perceraian akan mempersulitnya karena hak asuh.

"Boleh aku main sama Kelvin ?" tanya Dhirgo.

"Tumben minta izin segala," ujar Irina menatap bingung ke arahnya.

"Karena enggak lama lagi aku akan ditinggal kalian," jawabnya dengan mendramatisir keadaan. Bantal sofa pun langsung mendarat di wajah Dhirgo saat Irina menyusui Kelvin . "Ir, dari kemarin Al datengin aku buat bujuk kamu," ujar Dhirgo setelah keheningan berlalu, Irina terdiam mendengar nama tersebut. "Katanya ada yang ingin dia sampaiin. Penting."

Reis [Re-write]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang