8. I Get Hurt

4K 204 0
                                    

Irina menyeruput espresso macchiato favoritnya di pinggir jalan kota Helsinki, dinginnya malam tak mampu tertutupi hanya dengan segelas minuman yang berada di tangannya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Irina menyeruput espresso macchiato favoritnya di pinggir jalan kota Helsinki, dinginnya malam tak mampu tertutupi hanya dengan segelas minuman yang berada di tangannya. Dia menikmati minumannya dengan mendengarkan musik dari seorang pengamen jalanan yang menggunakan biola, membawakan sebuah lagu yang begitu menyayatkan hati bagi setiap pendengarnya, termasuk Irina. Melihat pengamen tersebut membawakan lagu melow membuatnya mengingat seseorang yang dulu selalu menghiburnya menggunakan alat musik itu.

Tiba-tiba pengamen tersebut mendekatinya dengan senyum yang menghiasi wajahnya yang sangat tampan, mungkin dia bukan pengamen biasa karena dengan wajah setampan itu dia lebih cocok menjadi model atau playboy seperti sahabatnya.

(Maaf karena versi cowok enggak ada jadi aku gunakan versi cewek, tapi ini lagu yang dimainkan Mario untuk Irina)

Pengamen itu berdiri di hadapannya sambil melanjutkan alunan lagu yang terhenti tadi, matanya begitu teduh menatap Irina hingga membuatnya tak mampu mengangkat kepalanya untuk membalas tatapan pria tersebut. Sejenak ia menoleh untuk melihat wajah tersebut, dan terasa tidak asing di matanya. tatapannya yang begitu polos dan senyuman yang melelehkan setiap orang membuat Irina terdiam sejenak.

Setetes air matanya menetes tanpa sadar hingga membuat pengamen tersebut memberhentikan permainannya, lalu menatapnya dengan perasaan bersalah. Sebuah sapu tangan berada di depan wajah Irina, dengan ragu ia menolak pemberian pengamen tersebut.

Kiitos.” Ucap Irina pelan seraya menjauhkan tangan pengamen itu, bukan karena jijik tapi dia pantang terlihat lemah di hadapan orang.

Mikä sinun nimesi on?” tanya pria itu, dengan santainya duduk di hadapan Irina. “Nimeni on Mario.” Tambahnya lagi, seakan menjawab pertanyaan yang tersirat dari mata Irina.

“Irina.” Jawab Irina dengan sikap cueknya. “Are you from Indonesian?” tanya Irina yang kini menyadari wajah pengamen itu sangat identik dengan kulit sawo matang.

Mario terkekeh miris seraya menatap kelain arah. “Masih juga ketebak kalau gue orang Indonesia?” katanya disela kekehannya. Irina hanya mengangkat kedua bahunya lalu menyedot kembali espresso macchiatonya.

Irina bangkit dari duduknya. “Hauska tutustua.” Pamitnya lalu melangkahkan kakinya.

Mario menahan  lengan Irina sehingga Irina berhenti. “Jangan sungkan menghubungiku.”

Reis [Re-write]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang