22. Say Good Bye

4.1K 199 7
                                    

Ia terus menghujani kecupan-kecupan sensual di tubuh Sandra, matahari mulai naik namun mereka belum menyelesaikan aktivitasnya yang panas. Keringat kembali membasahi tubuh mereka, Sandra hanya memasrahkan diri di bawah kekuasaan Al. Hingga Al jatuh di atas Sandra setelah mencapai klimaksnya, mereka mengatur nafasnya yang memburu. Al mengecup bibir Sandra sebelum wanita itu terlelap ke dalam mimpinya.

Al akan semakin gila jika tiap hari melakukannya bersama Sandra. Seperti pagi ini, Entah yang keberapa kali mereka bercinta dan lebih gilanya lagi sekarang Sandra menetap di Jakarta untuk waktu beberapa bulan hanya untuk bersama Al. Dan rasanya sangat berbeda, ketika ia dan Irina melakukannya selama tiga hari yang lalu, ia seperti menemukan rumahnya, ia tak merasa puas dan terus merasa Irina sebagai candunya, tapi akhir-akhir ini ia bersama Sandra rasanya hambar dan bayangan Irina selalu terpatri dalam otaknya. Bahkan ia membayangkan Sandra sebagai Irina, jahat? Entahlah.

Karena yang pasti, Irina tetap terbaik dalam hidupnya. Berbagai cara mereka lakukan, dan tak ada hentinya ia mencumbu Irina. Melupakan perjanjian yang mereka buat, mereka saling mengisi kebutuhan masing-masing. Meskipun Al harus menutup mata ketika Irina mengeluarkan air mata.

Perlahan ia bangkit dari tidurnya dan duduk di pinggir ranjang seraya menangkup wajahnya, dan mengabaikan tubuhnya. Sandra dapat merasakan pergerakan Al hingga membuatnya terbangun dan langsung menatap punggung Al.

Sandra merangkak mendekati Al, ia memeluk tubuh Al dari belakang. "Are you ok?"

Al mengangkat wajahnya menatap jendela besar yang terkena sinar matahari. "Sand, aku rasa hubungan kita sampai di sini aja."

"Maksud kamu apa? Aku jauh-jauh dari Belgia ke Jakarta buat kamu Al dan kamu ingin mengakhiri begitu saja?" tanya Sandra dengan tak percaya.

Al bangkit dari ranjang dan memakai pakaiannya dengan cepat, mengabaikan penolakan serta perkataan yang terlontar dari mulut Sandra. "Aku rasa sudah jelas omonganku San, so sorry."

"Kamu milikku, aku akan buat Irina menceraikanmu!"

Tanpa elo buat, Irina sudah ingin menceraikan gue San, batinnya. Lalu pergi meninggalkan tower apartemen tersebut, ia melangkahkan kakinya menuju basement untuk mengambil mobilnya. Ia harus kembali ke rumahnya yang ia tinggalkan seminggu yang lalu, cukup sudah memberikan waktu sendiri untuk Irina berpikir

💔

"Ir, Al ke mana? Dia juga ikut pergi?" tanya Luna yang membantu Irina menyiapkan perlengkapannya. Ibu mertuanya itu tampak kesal karena tidak melihat anaknya sejak pagi, bahkan membantu Irina membawa kopor besarnya saja tidak.

Irina tersenyum tipis, ia tak berani menatap Luna. "Tadi pagi Al bilang, dia tidak bisa mengantarku, Mam."

Irina harus berbohong untuk menutupi keberadaan Al yang sejak kejadian minggu lalu menghilang tanpa kabar, bahkan ia tidak terlalu berharap Al akan mengantarnya ke bandara hari ini. Mama Luna pun tanpa diminta telah hadir membantunya bersama Papa Billy yang siap mengantarnya ke bandara, setelah berbagai pertanyaan dilayangkan ke Irina.

"Kamu ada masalah ya?" pertanyaan itu sudah diprediksi Irina sebelumnya dan ia pun tak bisa menjawab, sejenak ia berpikir untuk jawaban dari pertanyaan Luna.

"Enggak kok, Mam."

"Ir, Mama tahu ini kehidupan kalian, tapi Mama cuma ingin bilang... pernikahan itu berisi orang yang ingin menjadi lebih baik dengan menyatukan sepasang manusia. Mama yakin kamu bisa nerima kekurangan dan masa lalu Al yang jelek itu." Luna menatap Irina dengan lembut dan mengusap lengannya, memberikan energi kepadanya.

Reis [Re-write]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora