9. Angel of Me

2.8K 189 3
                                    


"Menutupi kesedihan dengan senyuman palsu, eh?"

Irina menoleh dengan berat membuka matanya, dengan samar melihat pemuda yang ia ingat di kedai kecil ketika ia mabuk. Suaranya terdengar menyindir dari mulut pemuda tersebut, orang yang kini duduk di sampingnya memakai sweater yang menutupi kepalanya, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku dan bertenggerlah kacamata hitam di hidung mancungnya.

"Kau siapa?" tanyanya, tangannya menunjuk wajah pemuda tersebut dengan tidak jelas. Bahkan untuk mengangkat kepalanya saja Irina tidak mampu.

Pemuda itu memberinya sebotol air putih ke arahnya, namun dengan cepat Irina menghempaskan tangannya menolak pemberian dari pemuda tersebut. "Aku tidak butuh itu, beri aku satu botol lagi." Ujarnya seraya terkekeh.

Pemuda itu berdecak kesal, ia buka tutup botol air mineral tersebut. Mengambil tangan Irina untuk segera meminumnya, tangannya dengan erat memegang tangan Irina. Dengan tidak sabar, pemuda itu menyuruh Irina menghabiskan air putih tersebut.

"St-stop it!" seru Irina, bajunya basah karena air putih yang tidak masuk ke dalam mulutnya dengan benar.

"Lagi!" seru pemuda itu dengan menuntut. Alih-alih ingin membantu Irina minum, permpuan itu menahan tangannya.

"Aku bisa sendiri, bodoh!" serunya dan mulai menghabiskan air tersebut hingga tandas.

Rasa sakit yang begitu hebat terasa di kepalanya dan perutnya berputar-putar kini terasa lebih enak, matanya perlahan terbuka menatap pemuda tersebut. Namun sepertinya ia salah lihat, karena di hadapannya adalah seorang pria manis dengan alis tebal serta hidungnya yang mancung sedang menatapnya.

"Kau pengamen itu bukan? Kau mengikutiku?" tuduh Irina dengan jutek serta matanya yang menyipit.

"Aku bukan orang seperti itu, hanya saja aku melihatmu mabuk sendiri di malam hari dan tiba-tiba pingsan ketika kau menghubungiku." Jawabnya, Irina semakin menyipit dan menunjuk pria itu tepat diwajahnya.

"Jadi tadi itu nomer ponselmu? Bagaimana bisa ada di tasku?" tanya Irina curiga.

Senyum kebanggaan terukir di wajahnya yang manis, tubuhnya ia tegakkan. "Trik untuk pendekatan dengan seorang perempuan," ia menegakkan tubuhnya dan memutar tubuhnya hingga menatap Irina. "Seharian ini kau menangis? Siapa yang membuat perempuan secantikmu mengeluarkan air mata berharga ini?"

"Bukan urusanmu, Sir!" Irina menepis tangan yang siap menyentuh pipinya.

Mulut pria itu membulat serta senyum miring terukir dari bibirnya, dengan cepat ia menggenggam tangan Irina. "We're too young for all these heartbreaks."

"Heartbreaks? Who's?" tanya Irina dengan sinis.

"Oh God!" pria itu membuang mukanya ketika mendengar jawaban Irina. "Jujur gue enggak suka liat elo nangis." tambah Mario dengan pelan sambil menangkup kedua sisi kepala Irina dan mereka saling menatap.

Irina memejamkan matanya untuk menahan air matanya agar tidak kembali menetes. Pria itu langsung menarik Irina ke dalam dekapannya,membiarkan gadis itu menangis sepuasnya hingga jaketnya basah

"Apa sekarang gue di Surga?" bisik Irina yang masih menangis dalam pelukan pria yang tidak ia kenal.

"Maybe."

"Dan siapa malaikat manis ini?" tanya Irina seraya memegang sisi wajah pria tersebut.

Pria itu tertawa melihat tingkah aneh perempuan di dekapannya, sentuhannya begitu hangat. "Aku malaikat yang akan menjagamu."

"Oh, Aku sungguh -" belum sempat Irina melanjutkan ucapannya, ia langsung tak sadarkan diri di dalam dekapan Mario.

"And you fell in me."

Reis [Re-write]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang