4. Jyväskylä

5.5K 224 1
                                    

Alunan lagu dari penyanyi pemilik suara merdu berduet dengan penyanyi cantik mengalun indah memenuhi restoran milik Al, beberapa pelanggan mulai berdatangan ketika jam makan siang. Diantara orang yang menunggu makanan mereka tiba, salah satu meja kini terlihat hening. Sepasang cucu adam sedang berpikir di dalam otak masing-masing, bahkan tampak tak peduli dengan beberapa orang yang lalu-lalang atau paparazi yang mungkin mengejar mereka untuk mendapatkan foto keduanya atau secuil gosip yang bisa disebar ke media.

Sudah hampir setengah jam mereka duduk dengan perbincangan singkat, tentu saja mengenai Sandra, incaran Chef de Juan yang duduk dengan tampan di hadapan Irina. Perlahan Irina menyesap espresso macchiato, salah satu minuman favoritnya. Begitu pula dengan Al yang tampak tidak mempedulikan dapur yang sedang sibuk melayani pelanggan yang membludak, tenang restorannya tak akan bangkrut meskipun tanpa Al karena karyawannya tidak akan mengijinkan hal itu terjadi.

"Dan dia itu suka olahraga menantang," Irina meletakan secangkir espresso macchiatonya, menatap Al dengan melipat kedua tangannya di meja. "Contohnya ya kayak arus sungai, terjun dari menara paris, dan gilanya lagi dia pengen nyoba bunuh diri."

Al membelalakan matanya, untung saja minuman yang masih berada di dalam mulutnya tidak bersembur ke wajah Irina yang cantik. "Serius?"

"Bohongan," jawab Irina sambil terkekeh. Kapan lagi dia akan mengerjakan Al selain sekarang, batinnya. "Dia suka alunan musik klasik, diving, dan satu lagi yang paling dia suka dan itu masuk ke salah satu keahlian lo, makan." Jelas Irina dengan senyum mereka di wajahnya.

🍝🍝🍝🍝🍝

Dua hari setelah tips dari Irina, kini Al memberanikan diri untuk bertemu dengan Sandra. Al terdiam, mengumpulkan keberaniannya dan menyiapkan diri dengan apa pun serangan yang akan Sandra berikan padanya. Ketukan pintu pun telah ia layangkan pada pintu berwarna putih keemasan dan menunggu reaksi pemilik.

Sandra berjalan keluar, melihat siapa yang datang tanpa mengintip terdahulu. Lidahnya kelu saat melihat Al berdiri sambil menutup mata dengan raut wajah yang mungkin sangat konyol menurutnya.
"Apa kau salah alamat?" tanya Sandra.

Al secara perlahan membuka matanya menatap gadis bermata biru dengan rambut dikucir sedang tersenyum, sangat manis.

"Masuklah!" lanjut Sandra dan mempersilahkan Al masuk ke dalam penginapannya yang sengaja di sewa dari keluarga Sandra, demi keamanan sang putri.

Al menghela napas lega saat Sandra tidak melayangkan kaki indahnya ke tulang keringnya, lalu ia mengikut langkah gadis di depannya. Menatap ke sekeliling tempat tinggal yang disewa Sandra untuk beberapa hari di Moskow, Al suka karena selain bersih penataan ruangnya cukup minimalis.

"Maaf untuk sikapku kemarin malam..." ujar Al membuka percakapannya saat melihat Sandra sibuk di dapur menyiapkan minuman untuknya. Hari ini ia baru bisa mendatangi Sandra karena kemarin ia seharian istirahat di kamar Irina yang membuat gadis itu mencak-mencak, sejak Irina berangkat kerja hingga pulang Al tak kunjung bangun.

"Aku sudah melupakannya." Jawab Sandra dan memberikan minuman kepada Al tanpa memandang pria itu.

"Aku tahu kau belum memaafkan aku," Al tersenyum simpul, lalu meletakkan gelas tersebut ke meja. "Dandanlah yang cantik!" perintah Al dengan senyuman yang mampu membuat wanita manapun meleleh melihatnya termasuk Sandra yang akhirnya mengikuti kata Al.

Sandra memasukkan seluruh badannya ke dalam bath tub yang telah terisi sabun dengan wangi bunga cherry blossom kesukaannya. Seraya menggosokkan tubuh, otaknya bekerja menanyakan kenapa Al mau repot-repot ke tempatnya hanya untuk meminta maaf? Juga sikap manis yang ditunjukan Al mampu membuat Sandra meleleh setelah sekian lama tak pernah ia rasakan, meskipun dengan berbagai pria lainnya. Apa ia menyukai Al? Ah pikiran itu langsung Sandra singkirkan.

Al menatap Sandra dari atas hingga ke bawah, dia memakai dress tanpa lengan yang sewarna dengan kulitnya lalu tersisipkan black crown yang menghiasi rambut pirangnya yang tergera. Cantik, batinnya. Tanpa banyak bicara Al membawa Sandra keluar, menuju mobil dan berangkat sebelum terlambat.

Sandra menatap keluar jendela dari mobil, malam ini di kota Jyväskylä sangatlah ramai namun ia sendiri tidak tahu ada acara apa yang penting setelah siang tadi mereka puas bermain di wahana Angry Birds bersama Al. Mobil mereka pun terhenti tepat di depan sebuah gedung teater, arsitektur bangunan khas Rusia mendominasi setiap gedung di jalan. Tanpa sadar, kini Al telah membuka pintu mobilnya dan mengulurkan tangannya di hadapan Sandra, dengan senang hati diterima oleh wanita tersebut. Sandra mengalungkan tangannya di lengan Al yang berbalut jas berwarna peak, tidak seperti biasanya malam ini Al begitu kharisma mungkin karena Sandra selalu melihat Al memakai celemek atau kaos saat bertemu.

"Astaga? Serius kita nonton 'The Sensation of Classic Music' Al?" tanya Sandra yang membaca sebuah pamflet di depan gedung teater ini.

"Iya, ada beberapa violist berbagai negara yang akan mengisi acara tersebut." Ujar Al menangkap senyum dari wajah Sandra yang terlihat bahagia dan tidak sabar hingga menariknya segera masuk kedalam gedung teater tersebut.

Kini violist bernama Hilary Hahn tengah berdiri di atas panggung teater saat mereka tiba, violist yang pernah belajar concerto biola dua puluh delapan itu dengan cantik menggunakan dress berwarna hitam.

"Kita ketinggalan alunan musik yang dibawa Hahn deh." Suara Sandra terdengar sedih ketika mereka baru menemukan nomor tempat duduk yang tertera di tiket.

"Tidak apa, nanti akan ada yang lebih menakjubkan lagi." Bisik Al tepat ditelinga Sandra.

Violist kebangsaan Belanda, Janine Jansen kini datang setelah Hilary Hahn membungkukkan badannya sebagai tanda penampilannya telah selesai. Permainan yang dilakukan oleh Jansen memang tak pernah mengecewakan, bahkan standing aplouse selalu ia terima dari ribuan penonton dari seluruh dunia setiap menghadiri konsernya, termasuk Al dan Sandra. Sebelum Jansen selesai violist dari Asia yang bernama Sarah Chan pun hadir untuk berduet dengan Jansen yang semakin membuat konser tersebut menakjubkan. Tak henti-hentinya Sandra berdecak kagum pada konser tersebut, wanita itu tampak menikmati alunan musik klasik yang sangat mempesona di telinga hingga tak sadar kalau tangannya masih bertautan dengan tangan milik Al.

Tak hanya violist luar negeri, violist asal Rusia pun yang masih bergabung dalam Uni Soviet dengan Finlandia menampilkan biolist terbaik mereka yaitu Viktoria Mullova dan Maxim Vengerov sebagai penutup dari konser tersebut.

Mereka akhirnya keluar dari gedung teater namun acara festival tengah berlangsung, mau tidak mau mereka harus menunggu acara festival yang berlangsung pada bulan Juni yang merupakan acara budaya tahunan di Finlandia yang banyak menarik wisatawan.

Berbagai budaya nasional ditampilkan dalam acara budaya itu, tak hanya penduduk dalam negeri yang menghadiri namun penduduk luar negeri pun menikmati acara yang sangat meriah. Kilat lampu dari berbagai alat elektronik mengabadikan acara tersebut, termasuk Al dan Sandra yang asik berselfie.

"Kau lelah?" tanya Al saat melihat Sandra tiba-tiba jongkok saat mereka masih menikmati festival tersebut.

"Tidak," Sandra menggelengkan kepalanya dan tersenyum menatap Al. "Terima kasih, Al, atas hari ini. Aku senang!" Ujar Sandra yang langsung bangkit dan menatap mata Edward Cullen milik Al dengan tulus.

Al mengangguk lalu mendekatkan wajahnya hingga mencium bibir Sandra lembut dan entah kenapa Sandra pun membalasnya di tengah keramaian festival juga kembang api yang tengah menyala di langit indah kota Jyväskylä.

Reis [Re-write]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang