16. My Prince

3.6K 200 7
                                    

Al PoV

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Al PoV

Northen lights sedang berlangsung, di  Kakslauttanen, Finland. Tempat di mana aku mengadakan pesta ulang tahun di tempat indah ini sebelum acara pernikahanku dimulai lusa, tak banyak temanku yang hadir begitu pula keluarga. Aku membagi dua waktu, siang bersama keluarga yang hadir meskipun hanya ada Mama dan Edgar karena Zhifa yang harus ikut dengan Bara ke Dubai dan Papa yang sedang menjaga proyeknya di Bogor juga keluarga Soedibyo, lalu malam adalah waktuku bersama teman kuliah atau yang dekat denganku.

Sandra? Aku sudah memintanya untuk tidak menghubungiku sebelum aku yang menghubunginya. Banyak alasan kukeluarkan demi meyakinkan kekasihku itu. Kenapa tidakku putuskan? Aku belum ingin meskipun aku akan menikah, ini hubunganku dan meskipun nantinya Irina menjadi istriku dia tidak berhak melarangku.

Egois? Bukankah kebanyakan pria seperti itu, pria dengan egonya.

“Irina ke mana?” pertanyaan itu keluar dari mulut Mama seraya mencari sosok model yang sejak sejam lalu lebih dicari dibandingkan aku yang memiliki acara.

“Katanya nanti, bareng Tante Bintang.” Jawabku lalu beralih bicara dengan kak Devin mengenai perusahaannya. Dia datang bersama keluarga kecilnya, si Rama dengan berjuta kepercayaan diri sedang bermain dengan Abigail di luar, membuat boneka salju. Sedangkan digendongan Tante Intan, bayi yang baru berumur enam bulan sedang tertidur lelap dalam hangatnya pelukan sang bunda.

Mario. Yang telah sah menjadi mantan kekasih Irina sejak lebih sebulan yang lalu masih menatap sinis ke arahku, dan itu mengundang berbagai pertanyaan yang tersirat dari tatapan Mama yang peka terhadap suasaana disini. Selang beberapa lama Edgar muncul bersama gadis yang memakai mantel tebal serta penutup kepala berbulu halus tak lupa syal berbahan wol melilit lehernya, tampak cantik seperti biasanya. Irina berjalan di belakang Tante Bintang yang sudah asik dengan Mama, sepertinya mereka mengobrol hingga memilih ruangan berbeda dari kami.

Sekarang keadaan tidak bagus, jika Irina dibiarkan lebih lama dengan bocah kampret itu (re: Edgar) lalu disusul oleh Mario Bross maka akan aku pastikan acara ini hanya mereka yang menikmati dan aku hanya duduk memandang orang yang lebih asik dibandingkan pemilik acara.  Belum sempat aku selesai berkata, Irina telah dikelilingi oleh Edgar dan Mario... oh ditambah lagi oleh Kak Devin yang sepertinya ingin dekat juga dengan gadis itu. Sebelum mereka menyadari, lebih baik aku pergi.

“Al!” Langkahku terhenti saat lengkingan suara yang biasa menyapaku terdengar oleh gendang telingaku, aku berbalik dan mendapati Irina berjalan mendekatiku dan meninggalkan segerombolan lebah yang siap menghisap madu itu dengan sopan.

Aku mengajaknya keluar, memeriksa keberadaan Rama dan Abigail yang tampak tidak mempedulikan dinginnya kutub utara. “Lusa gue ada pemotretan di Vegas.” Ujarnya dengan gembira.

Aku menatapnya dengan sebelah alis terangkat, dia lupa atau sengaja ngambil job itu. Lusa! Hari di mana kami akan menikah dan dia menerima job di hari yang sama. “Kita –“

Reis [Re-write]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang