19. Ex-bf

3.5K 206 4
                                    

"I can't breath for the first time," sebuah senyuman manis yang dibasahi air hujan menatap Irina dengan lembut. Bagaimana pria itu berada di hadapannya dengan sikap yang berubah drastis, semua terlihat apik di matanya. "I had a feeling we should kiss."

Irina melemparkan bantal ke muka tampan itu, ia terkekeh dan menyunggingkan senyuman. "Kalimat sapaan paling basi."

"Kamu makin cantik aja ya? Padahal sudah hampir sepuluh tahun aku enggak lihat kamu, kecuali di majalah." Tatapan Dhirgo begitu tenang, mengalihkan pertanyaan Irina.

Irina dibawa ke hotel tempat Dhirgo menginap, karena ia tidak tahu harus ke mana lagi dan tidak mungkin ia kembali ke hotel dan mendengar permohonan Al meminta maaf. Jadi ia memutuskan ikut bersama Dhirgo dan kini ia sedang makan malam berdua, memakai baju entah milik siapa yang pasti sangat pas di tubuh Irina dan sangat indah.

Ia menyunggingkan senyum tipis menjawab perkataan Dhirgo, mantan pertama bagi Irina yang sangat berkesan sebelum Christian. Saat mereka berpacaran, Dhirgo selalu membuatnya nyaman dan mengabaikan statusnya yang saat itu menjadi kekasih Al dan lebih parahnya lagi ia memilih Dhirgo dibanding Al. Terjadilah perang dingin antara Irina dan Al sejak itu, begitu pula Dhirgo yang sekelas dengan Al menjadi bahan bullyan Al yang berstatus jagoan, sedangkan dirinya? Adik kelas dua tahun di bawah mereka yang dicemooh oleh siswi yang mendeklarasikan dirinya sebagai fans Dhirgo dan Al.

"Baju yang kamu pakai cocok ya? Itu harusnya jadi hadiah buat kamu waktu ulang tahun kamu ke 17," Dhirgo menyunggingkan senyum simpul menatap Irina yang cantik memakai gaun merah marun.

Ulang tahun ke 17

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ulang tahun ke 17. Di mana Dhirgo berpamitan dengannya untuk urusan pendidikannya, namun yang terjadi malah Irina memberikan tubuhnya ke Al di malam harinya dan kekasihnya itu mengetahuinya. Setelah itu Dhirgo menghilang bagai ditelan bumi tapi sekarang kembali muncul dan mengingat kejadian itu.

"Aku kira tubuh kamu bakal berubah, ternyata enggak." Lagi Dhirgo bersuara tanpa menghapus senyumnya seakan bertanya tentang efek yang dimaksud malam itu oleh Dhirgo, begitu jelas kalimat sindiran yang dilakukan Dhirga.

"Dhir, aku tahu saat itu aku mengecewakanmu. Bukan cuma kamu doang yang aku kecewakan, tapi juga dengan Al. Kenapa kamu bantu aku hari ini?" tanya Irina dengan gelisah dan menutup makannya.

"Aku enggak ngerasa dikecewain kok, aku ngerti keadaanmu saat itu dan aku tidak peduli siapa yang kamu kecewain selain aku seperti yang kamu bilang. Aku membantumu karena aku mengenalmu, Irina." Jawab Dhirgo, Irina menatap mata Dhirgo yang masih sama seperti dulu, memancarkan ketenangan dan serius yang selalu membuatnya nyaman.

"Aku tahu aku salah -"

"Kamu enggak pernah salah, Irina. Semua sudah terjadi dan lupakan, sekarang yang ingin aku tanya kenapa kamu menangis?" tanya Dhirgo menutup bibir Irina dengan telunjuknya, mensela ucapan Irina yang belum selesai dengan tatapan penuh perhatian membuat Irina merelakskan tubuhnya yang tegang.

Reis [Re-write]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang