24. Back To Him

4.1K 233 5
                                    


_______________________
If you want my love
You gotta do what he does
If you want these sweet like sugar Gucci lips,
You gotta give it up
_______________________

Irina memasuki rumahnya bersama Al yang membawa perlengkapannya, masih sama seperti dulu sebelum ia pergi. Ada rasa sakit menyergap hatinya setiap mengingat keseharian yang ia lalui bersama Al sebagai suami istri. Apakah selama ia pergi Al mengajak Sandra ke dalam rumah ini? Lalu bercinta di kamarnya yang ia tempati bersama Al? Atau bisa juga Sandra menggantikkannya sebagai istri Al? Semua pertanyaan itu ia simpan dalam pikirannya, membuang jauh-jauh pikiran negatifnya karena sekarang ia juga mengandung anak Al, anak sah di mata hukum dan agama. Semalam Al kembali memakaikannya cincin pernikahan mereka yang telah lama Irina tanggalkan di jari manisnya, ia berusaha memaafkan dan melupakan semua.

"Mau makan apa?" tanya Al dengan manis menuju dapur, namun Irina tidak menjawab dan duduk di sofa dengan wajah lelah. "Boleh aku tanya sesuatu?" tanya Al dengan pelan, kepalanya ia sandarkan di bahu kiri Irina.

Perlahan Irina mengelus rambut Al, entah alasan apa hingga ia mudah memaafkan Al. "Boleh."

"Kamu hamil?" pertanyaan itu sontak membuat Irina terdiam, hati serta pikirannya langsung tidak sejalan. Ia gugup, sesuatu ingin ia sampaikan namun bibirnya tak ingin bergerak.

"Elo katain gue gemuk gitu?" Kata Irina sebal namun itu adalah alih dari pertanyaan Al.

Al menggeleng cepat dan menatap Irina dengan bingung. "Bukan... bukan elo gemuk. Hanya saja gue melihat elo sedikit berisi."

__________
I know you think I'm cool
But I ain't one of the boys
No don't be scared that I'm gonna tie you down
I need a little more
____________

Irina tak menjawab dan memilih meninggalkan Al, bukan karena marah namun ia tak bisa berbohong di depan Al. Ia memasuki kamar utama, di mana semua masih terlihat bersih dan tidak ada satupun barang yang berpindah dari tempatnya. Langkahnya secara perlahan memasuki kamar yang telah lama ia tinggal pergi, secepat kilat bayang-bayang kejadian berputar. Bagaimana pertama kali Al memaksanya, lalu hal-hal kecil yang membuat mereka berbaikkan yang berujung dengan bercinta, semua bagai video kehidupannya. Ia merebahkan tubuhnya, merasakan kedinginan yang begitu terasa. Entah sudah berapa lama kasur ini tidak digunakan, ia mencium aromanya masih tertinggal meskipun sudah berganti seprai. Besok mungkin ia harus check up ke dokter berapa usia kandungannya, itu pun jika ia tidak males pergi.

"Rin?" panggil Al yang telah masuk menyusulnya ke dalam, Irina menoleh dan Al berjalan menghampirinya, ikut merebahkan tubuhnya di sampingnya menatap langit kamar.

"Kamu kenapa nyusul aku ke Jepang?" tanya Irina dengan pelan, suasana mereka kini begitu tenang dan sepi. Bahkan helaan nafas terdengar begitu jelas.

"Cause I need you and I can't life without you," Jawab Al datar, Irina mengangkat sebelah alisnya curiga. "Aku tahu itu terdengar gombal, tapi kamu tidak tahu apa yang terjadi setelah kamu pergi." Perlahan Al menggenggam tangan Irina dengan erat, ia bawa tangan itu ke atas dadanya yang berdegup kencang.

"Aku rasa Sandra bisa membuatmu hidup," jawab Irina dengan tersenyum miris, ia mendengus pelan. "Selama aku pergi, aku memang tidak pernah tahu kabar kamu karena aku ingin hidup tanpa adanya kamu dan aku berhasil."

Al menggeram dalam hatinya, Irina tidak boleh hidup tanpanya mereka harus saling membutuhkan karena tanpa Irina, ia tak bisa hidup begitu pula sebaliknya yang harus Irina rasakan, itu yang harusnya terjadi.

"Kamu sudah check kehamilan Sandra? Apa jenis kelaminnya?" Irina menghadap tubuhnya ke Al, mata biru itu begitu lembut menatap Al.

Al menggeleng. "Jika usia kandungannya 24 minggu."

Reis [Re-write]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang