18. One Last Cry

3.5K 197 2
                                    

Al terbangun dengan kepala pusing, semalaman dia tidak bisa tidur hanya karena memikirkan Irina yang tak menghubunginya sejak dua hari yang lalu, persetan dengan perjanjian tidak mencampuri hidup masing-masing karena baginya, Irina tetap istrinya. Namun di sampingnya tertidur seorang wanita dengan memeluk tubuhnya, tak mempedulikan tubuhnya yang tak ditutupi sehelai benang. Ia tarik selimut yang mulai turun hingga memperlihatkan payudara Sandra, perlahan ia tutupi dan menatap Sandra dengan lekat.

Ia beranjak turun dari ranjang dengan pelan, tidak ingin mengganggu nyenyaknya tidur Sandra. Kucuran air dingin kini membasahi puncak kepalanya, ia terdiam sejenak membiarkan tubuhnya basah. Mendinginkan pikirannya yang tiba-tiba terusik dengan Irina, istrinya itu sudah dua hari tidak menghubunginya dan membuatnya khawatir. Sabun beraroma maskulin ia tuangkan ke tubuhnya, ia mulai membersihkan tubuhnya.

“Kamu sudah bangun?" tanya Al yang baru saja selesai mandi dengan air yang masih menetes dari rambutnya, Sandra tersenyum lembut lalu menghampiri Al.

Sandra berdiri dari tidurnya dan melangkahkan kakinya berdiri di hadapan Al, jari lentiknya mengikuti air yang menetes dari pelipis hingga rahang Al. “Hari ini kita jalankan?”

Tak hanya memikirkan Irina, Semalam pun Al bertengkar dengan Sandra karena ia harus segera kembali karena pergi tanpa ijin dan menelatarkan pekerjaannya. Dan tentu saja Sandra marah dan berteriak hingga menangis, membuat Al dengan susah payah menenangkannya dengan bernegosiasi dia akan kembali besok pagi.

“Iya, Cantik!” Al dengan menjawil hidung Sandra, dengan santai Sandra mencium bibir Al dan menghilang di pintu kamar mandi.

💔💔💔

Berjalan mengelilingi distrik terkenal dengan bergandengan tangan serta canda tawa membuat mereka terlihat serasi. Al berhenti di tengah lapangan, membenarkan topi yang dipakai Sandra lalu ditangkupnya wajah Sandra hingga mata mereka bertemu.

Al menatap Sandra dengan serius hingga membuat Sandra tersenyum dengan rona merah di wajahnya hanya dipandang sedemikian intens, padahal Al sering menatapnya seperti itu. Ketika mereka bercinta. “Kamu wanita terbaik yang pernah aku miliki.”

“Aku ingin menjadi istrimu, Al,” kata Sandra dengan serius, namun Al terdiam hingga kedua tangannya yang berada di sisi wajah Sandra mengendur dan lepas. “Istri keduamu juga aku mau. Asalkan bersamamu.”

Al membalikkan tubuhnya, sebelah tangannya memegang pinggang dan satunya lagi mengacak-acak rambutnya. “Aku enggak bisa, Sand.”

Sandra membalik tubuh Al agar menatapnya, ia melihat raut wajah tampan itu dengan bingung. “Kenapa? Kamu takut dengan Irina atau orang tua kamu?”

Al menggeleng, ia membalas tatapan Sandra dengan lembut. “Bukan itu. Jika dari awal kamu ingin serius denganku keadaan seperti ini tak akan terjadi, aku tidak akan mengkhianati Irina dengan cara itu.”

Sandra berdecak miris, ia menatap Al dengan sinis. “Tapi kamu mengkhianatiku Al, menikah dengan sepupuku dan menjadikan aku seperti selingkuhan, aku ingin kamu sah menjadi milikku.”

Al terdiam sejenak, ia menatap Sandra namun tatapannya terlihat kosong. Ia menarik Sandra ke dalam pelukkannya, mengelus lembut rambut Sandra. “Untuk saat ini jalani saja, aku masih milik kamu dan tak perlu khawatirkan yang lain.”

“Aku takut kehilanganmu.” bisik Sandra dengan lirih, Al semakin mengeratkan pelukannya.

Setelah berhasil mengembalikkan mood mereka, akhirnya mereka kembali melanjutkan perjalanan dengan santai. Sesekali Sandra mencium pipi kanan Al tanpa peduli orang sekitar. Tiba-tiba langkah bereka berhenti dekat sebuah pasar makanan yang terkenal, Sandra dan Al mencari souvenir yang unik. Pasar yang murah membuat pengunjung membludak, tapi tidak bagi Sandra dan Al yang asik berjalan tanpa harus berdesak-desakan karena berada di taman dekat pasar, menikmati senja yang berwarna jingga. Jari- jari yang bertautan seakan tak memisahkan mereka yang akan memasuki pasar.

Reis [Re-write]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang