14. Kebersamaan yang tak akan terulang

3.6K 190 7
                                    

Suara ketukan mengusik tidurnya, perlahan ia menurunkan kaki jenjangnya, mengambil piyama dan memakai sendal bulu berbentuk Mickey. Mata biru itu terbelalak kaget ketika melihat wanita yang ia cintai berdiri di depan pintu apartemennya, pakaian casual serta mini kopor yang berdiri di samping tubuh wanita itu tampak elegan. Sedikit mengintip dari lubang kecil pintu kamarnya, meringis saat tidak mendapati kehadiran 'pahlawan'nya yang tak lain adalah sang Ayah.

"Bonjour!" Sapaan serta pelukan langsung diterima Irina dengan segan, seperti ciri khas dari wanita tersebut. Ceria dan bahagia.

"Mom, ini bukan di Paris." Bisik Irina yang masih di dalam dekapan sang Mommy.

Mata Bintang melirik skeptis ke arah Irina, wajah anak gadis bungsunya terlihat tidak suka. "Memang kenapa? Bicara bahasa asing tidak harus di negara itu sendiri'kan?"

Bintang sambil melenggang masuk kedalam apartment milik Irina. Seperti kebanyakan Ibu di dunia, wanita itu mengelilingi kamar sang anak, mengecek apakah selama ini anaknya tinggal di tempat yang masuk dalam katagori 'standar' versi Istri pemilik club ternama itu. Jangan harap ada DJ set yang sangat Irina harapkan, karena dengan santainya akan langsung dibuang oleh wanita itu. Jari berkuteks dark red itu menelusuri sepanjang meja hias yang berada di tengah ruangan, merasakan setebal apa debu yang menempel.

Irina menuju dapur untuk memberikan minuman kepada Bintang, belum penuh nyawanya hingga sesekali ia tersandung dengan sandalnya sendiri. Ia menuangkan wine buah ke dalam gelas tinggi, sebuah kebiasaan orang Moskow dengan anggur.

"Mungkin setelah kalian menikah apartemen ini akan dijual." Kata Bintang yang kini menggeser pelan sebuah pigura besar yang sedikit melenceng.

Mendengar perkataan yang terlontar dari mulut wanita itu, sontak membuat nyawa Irina terisi penuh. Wajahnya sudah berubah menjadi sinis dan tidak suka menghampiri Bintang, namun tangannya memberikan minuman tersebut yang dengan senang hati diterima Bintang.

"Apanya yang menikah sih, Mom? Irina sudah punya kekasih." Seru Irina dengan sarkasme tingkat rendah.

Bintang melirik di balik gelas yang sedang ia minum, mata indah berwarna biru yang tak jauh beda dari Irina menatap anak bungsunya dengan santai. "Dia hanya kekasih, tapi Al calon suami. Itu sangat berbeda jauh Irina."

Irina mendengus kesal, ia mengucir rambutnya dengan asal. Kakinya mondar-mandir di hadapan Bintang yang masih menikmati minumannya, tampak tak peduli dengan tingkah Irina. "Tapi Mom, Irina dan Al tidak mung -"

"Itu akan terjadi bulan depan, Sayang. Jadi segera putuskan pacarmu, lalu pulang ke Indonesia. Ini permintaan Daddy loh, dia ingin keluarga Hutama jadi bagian keluarga kita." Bintang mensela ucapan yang sangat ia tahu akan meluncur tanpa rem dari mulut putrinya.

Irina menggeram kesal ingin mencubit pipi Mommynya, namun ia hanya berani di dalam pikirannya. "Mom, Al tidak mungkin menikahi Irina. Dia sedang menjalin hubungan dengan Sandra." Ujar Irina pelan seakan ia tak memiliki bahan penentangan lagi.

Bintang mengangkat sebelah alisnya dengan bingung. "Tapi semalam dia melamarmu dengan membawa kedua orang tuanya, bahkan Edgar juga ikut."

Mata biru seindah samudra itu terbelalak kaget. "Bukannya dia sedang liburan dengan Sandra?" tanya Irina tak percaya. Bintang mengangkat bahunya.

Sandra berdiri dari duduknya, memandang Irina dengan santai memegang bahu kanan Irina. "Jika dia masih pacaran dengan Sandra tidak mungkin dia melamarmu."

🍸🍸🍸🍸

Irina mengangkat kacamatanya dan ia letakkan di atas kepala, beberapa teman kerjanya mulai menyapanya. Hari ini ia akan menghabiskan waktu dengan jadwal yang cukup padat, atau lebih tepatnya menyibukkan diri dibandingkan kembali ke apartemennya. Ponselnya berdering, sebuah nama Mario tertera di layar tersebut yang berhasil membuatnya tersenyum.

Reis [Re-write]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang