Happiness Has No Ending

29.7K 1.9K 55
                                    

Ali menyeka keringat yang mengalir dari kening ke pelipisnya. Cuaca hari itu, cukup terik. Baru satu tenda, yang berhasil ia dirikan. Sendirian. Jauh dari kata cukup, untuk delapan orang, mengingat tenda yang mereka gunakan cukup kecil; hanya muat untuk dua orang saja.

Pemuda itu terus menggerutu kesal, merutuki keikutsertaan Gabriel, Mila, dan Duo Besan yang sama sekali tidak membantu.

Gabriel, si Pengkhianat itu justru sibuk mengipasi Mila yang mulai kepanasan setelah sibuk berfoto ria, dengan potongan dus air mineral yang dibawanya. Mila, gadis itu benar-benar merekrut Gabriel, untuk dirinya sendiri.

Andai ia tahu, akan begini jadinya ia lebih memilih untuk meninggalkan Mila bersama dengan wanita yang lainnya; mungkin masih berkutat di dapur. Mempersiapkan bekal mereka untuk camping nanti malam.

"Heh, San! Gue rasa ada prospek bagus kalo kita bangun hotel atau penginapan di tempat ini.."

Ali sesekali menatap ke arah Jodi dan Gio yang sedang duduk di saung. Sedari tadi, mereka asyik saja berbicara tentang bisnis.

"Kayaknya gitu sih, Bes. Asik juga kalo kita ada hotel apa penginapan di sini gitu,"

Ali tersenyum sarkatik, ia berani bertaruh bahkan dengan nyawanya, jika sang pemilik lahan ini tidak akan pernah menjual lahannya. Berapa pun royalti yang akan diterimanya.

"Heh, Mantuuu! Kamu tau, siapa yang punya lahan ini?" tanya Jodi dengan suara yang sedikit keras, meskipun jarak dari gazebo ke tempat di mana Ali berdiri, tidak jauh.

Ali menggeleng. "Maaf, Om. Ali nggak tahu, tapi dari kabar terakhirnya, yang punya lahan lagi keluar kota." jawabnya.

Setelahnya, Duo Besan tadi kembali sibuk dengan obrolannya. Ali mendengus kesal, kembali melanjutkan membangun tenda untuk berdelapan orang.

"YEL BANTUIN GUE KENAPA?!" seru Ali kesal. Masuk tenda ke tiga, Ali benar-benar lelah.

Gabriel masih saja setia mengipasi Mila, sementara gadis itu asyik dengan iPhone-nya.

"Gabby udah gue rekrut buat ngipasin gue! Lo perkasa, kan?" balas Mila santai. Ali melotot.

"DAMN YOU MILAAAA!"

Gabriel menyeringai, mengacungkan tanda peace di udara. Meminta damai pada Ali. "Gue rasa lo cukup kuat buat bangun tenda sendirian, Bos."

Ali melenguh kesal. Kehadiran Gabriel serta Duo Besan di sini, sama sekali tidak membantunya.

Ali melemparkan asal alat pemukul yang digunakannya untuk menancapkan pasak ke tanah. Berjalan menjauh sembari tangannya merogoh saku celananya, mengeluarkan kunci mobil dari sana.

Pemuda itu menyandarkan punggungnya pada jok mobil, menyalakan mesin dan menghidupkan AC. Tidak peduli jika bensinnya nanti akan habis. Ia butuh istirahat.

Ali memcingkan matanya ke arah luar, mereka sama sekali tidak menyadari bahwa Ali pergi.

"motherfucker!" umpatnya kesal. Ali memijat pelan pangkal hidungnya. Terkena panas matahari cukup lama, mampu membuat kepalanya sedikit pening.

Ali memejamkan kedua matanya. Mengistirahatkan tubuhnya, dan memulihkan tenaganya yang cukup terforsir. Lama tidak latihan fisik pasca koma, membuat tubuhnya sedikit kaget dengan kegiatan yang cukup berat dan menguras tenaga.

Kamu dan AkuWhere stories live. Discover now