Hard To Say Good-bye

21.3K 1.9K 72
                                    

Gio memasuki ruang rawat Ali dengan lesu. Ini kali pertamanya menjenguk Ali setelah insiden kemarin.  Usahanya, sia-sia. Ia telah gagal untuk menjadi seorang Ayah yang baik bagi Ali, atau pun Mila.

Gio menatap Ali nanar. Ia lebih rela menggantikan Ali yang terbaring, merasakan sakit yang dideritanya, dan menanggung semua karma dari perbuatannya.

"Ali... Maafkan Papa, Nak. Maafkan Papa..." Gio menempelkan keningnya pada bantal yang digunakan Ali. Tangan kirinya mengusap-usap pelan rambut Putranya.

"Maafkan Papa... Maafkan Papa, Nak.." kata 'Maaf' terus saja keluar dari mulut Gio. Ia mau melakukan apa pun agar Ali sadar. Sadar dari koma-nya.

Gio memejamkan kedua matanya. Tuhan, ia merindukan Ali. Merindukan kegiatan-kegiatannya pada akhir pekan bersama keluarganya. Bisa kah ia mendapatkan itu kembali?

"Papa tau kamu benci sama Papa. Tapi, Papa minta maaf Li. Papa sadar, Papa salah. Kelakuan Papa udah bikin kamu sakit hati kan, Li? Papa tau itu." Gio menahan isakannya. Meskipun air matanya kembali menetes.

"Maaf... Papa mengacaukan semuanya. Mengacaukan kebahagiaanmu sendiri, Putra-ku," lirih Gio.

"Nanti, kalau kamu bangun, kamu bebas mau lakuin apa aja buat nyalurin rasa sakit dan bencimu pada Papa. Asal itu bisa membuatmu memaafkan Papa, Li..."

"Kamu harus bangun, Nak. Bangun. Semua menunggumu. Kamu denger Papa kan, Nak? Bangun. Papa mohon, Bangun." kata Gio serak tepat pada telinga Ali.

"Papa mau kamu bangun. Ayo, kita bangun kembali pondasi-pondasi rumah kita yang sempat rubuh. Ayo, Nak." Bahu Gio terguncang, ia mengangkat kepalanya. Mencium kening Putranya.

"Kamu mau apa, Nak? Mau sekolah musik? mau liburan? Ayo, kita liburan. Kita liburan ke Spanyol, ke Barcelona tempat asal club football favoritmu. Kamu mau tampar Papa? Mau pukul Papa hingga rasa bencimu hilang? Lakukan Nak. Lakukan apa pun yang kamu suka setelah kamu bangun," Gio menggenggam erat tanga Ali.

"Atau kamu mau Papa mundur dari jabatan Papa dan menjadi kepala rumah tangga di rumah? Papa akan lakukan, Nak. Apa pun itu. Bangun, Nak, Bangun." Gio mengusap kening Putranya dengan tangan bergetar.

"Papa rindu dengan kegiatan-kegiatan kita saat akhir pekan. Bermain PS hingga berjam-jam, atau sekedar piknik di taman. Papa rindu masa-masa itu, Nak... Papa mohon, Bangun..." Gio merasa lemah sekarang. Menangis. Tapi, tidak peduli. Apa pun, asal Putra-nya bangun.

"Kalau bisa, biarkan rasa sakit yang kamu rasakan Papa yang rasakan. Papa tidak sanggup melihatmu seperti ini, Li. Lebih baik Papa yang koma daripada kamu,"

"Papa benar-benar menyesal sekarang, Li. Papa merasa tidak pantas untuk menyandang sebutan Papa setelah apa yang Papa lakukan ke kalian," kata Gio lirih. Menatap sendu Ali yang masih tidur dengan tenang.

Kamu dan AkuWhere stories live. Discover now