The Truth Has Been Spoken

24.9K 2.1K 15
                                    

"Gimana ceritanya lo bisa telat kayak gini, bos?" Tanya Gabriel sambil meletakkan dua botol air mineral dingin dan dua teh botol ke meja. Duduk di sebrang Ali yang sedang melepaskan kancing seragamnya.

"Gue juga nggak tau kenapa mereka bisa tau gue naik bus yang itu," jawab Ali sambil menyampirkan seragam SMA-nya ke sandaran kursi.

"Lo mangsanya, kenapa gue juga harus ikutan?" Tanya Prilly sedikit sewot. Rasa takutnya yang selama ini dirasakannya saat melihat Ali, menguap begitu saja setelah kejadian yang menimpanya hari ini.

"Karena gue mangsanya, lo juga kena." Jawab Ali lagi, kemudian menenggak mineralnya. Mila yang duduk di sebelah Gabriel, hanya diam memikirkan sesuatu.

"Jelasin!" Prilly menyuruhnya dengan nada sedikit agak tinggi.

"Mereka ngincer gue, dan mereka tau kalo lo sama gue. Mereka nggak bisa nangkep gue, dapet gue, pilihan akhirnya ya nangkep elo. Disini, lo sebagai umpan. Umpan buat narik gue ke mereka, lewat elo. Ngerti?" Ali menjelaskan dengan sedikit kesal.

"Hubungan sama gue apa?!" Tanya Prilly nyolot.

"Masalahnya, lo disini nggak tau mereka siapa." Ujar Ali datar.

"Paling juga lo nyolong sendal terus ketangkep, bisa kabur makanya sampe sekarang lo di uber-uber." Seloroh Prilly sambil meminum teh botolnya.

"Percaya atau nggak, mereka anak buah bandar narkoba paling besar disini. Ray Hermawan. Bandar Narkoba yang paling dicari-cari polisi. Dia dulu partner bisnis Bokap----oke, Giorgino Pratama. Tapi, Ali nangkep ada maksud lain dari Ray Hermawan. Dia berniat buat bikin bangkrut Perusahaannya Gio, dan Ali.... Ali bisa ngebuktiin bahwa dia bersalah. Dia masuk penjara, tapi dia sekarang bebas. Dan jelas, dia mau balas dendam ke Ali, lewat elo." Gabriel menjelaskan panjang lebar, karena jika Ali yang menjelaskan maka tidak akan pernah selesai.

"Gue bahkan nggak kenal sama Ray Hermawan! Kenapa gue juga kena?" Tanya Prilly. Masih penasaran dan bingung akan kejadian yang baru saja di alaminya.

"Karena, preman yang nyuri dompet lo kemarin, anak buah dia. Dan lagi-lagi, Ali yang bermasalah sama Ray. Dan mereka tau, kalo lo ditolong Ali. Itu kenapa lo diincer sama mereka." Jelas Gabriel sambil menenggak mineralnya.

Prilly tercengang mendengar penjelasan Gabriel. Meskipun tidak murni dari Ali sendiri yang menjelaskan, namun she believes him. Gabriel tipe orang yang bisa dipercaya.

"Sumpah gue bingung," Prilly mengurut pangkal hidungnya, rasa lelah dan pegal luar biasa akibat larinya tadi, masih terasa. Bahkan seperti ditusuk-tusuk jarum jika bergerak sedikit saja.

Tiba-tiba matanya menangkap Mila yang sedang terdiam dengan padangan kosong. Terlihat sedang memikirkan sesuatu.

"Mil?" Prilly melambaikan tangannya di depan Mila.

"Eh?!"

"Lo kenapa? kayak ada mikirin sesuatu?" tanya Prilly penasarn.

"Enggak, nggak papa." Mila menjawab dengan gugup. Prilly menghela napas, sudah saatnya ia tahu semuanya.

"Jujur, Mil. Lo temen gue yang paling baik, yang pengertian. Tapi, ada satu hal yang ngganjel buat gue dan gue nggak tau itu apa. Ada sesuatu yang lo sembunyiin dari gue." Prilly menatap Mila intens. Mila gelalapan, ia menatap Ali sekilas yang juga menatapnya.

Seakan mengerti pertanyaan Mila, Ali mengangguk pelan. Kepalang tanggung, Prilly juga harus tau. Karena, gadis itu tanpa sadar masuk ke dalam kehidupannya.

"Ehm... sebelumnya gue minta maaf banget sama elo. Bukannya maksud gue mau nyembunyiin ini dari lo, tapi gue cuma disuruh..." Mila berkata dengan pelan. Ia menatap Ali sekali lagi, Ali hanya diam.

"Lo pernah nanya kepanjangan dari huruf P di nama gue kan?" tanya Mila, Prilly mengangguk. Masih menunggu kelanjutan cerita dari Mila. Another secret that I must know.

Mila melirik badge namanya. "Ehm... P dari nama gue itu.... Pratama." Mila menunduk.

Prilly membulatkan kedua matanya. "HAH?!" pekiknya.

"Pratama?" bagai bisikan, Prilly berbicara. Ia menatap Ali dan Mila bergantian. Pratama. Pratama. Ali Pratama dan Mila Pratama. Giorgino Pratama. Mereka satu keluarga. Mereka saudara.

"Pratama? Kalian?" bisik Prilly. Masih tidak percaya dengan pernyataan Mila baru saja.

"Lebih tepatnya... saudara kembar." lanjut Mila lagi.

"HAH?!" Baiklah, pernyataan Mila bagian ini, benar-benar membuatnya kaget.

"Kembar?"

Kamu dan AkuWhere stories live. Discover now