The Conversation

25.1K 2.1K 13
                                    

Ali keluar dari ruangan Gio. Tidak terlalu kaget saat ia keluar, banyak karyawan Gio yang menunggu di luar ruangan.

Pemuda itu menatap Stella sekilas, Stella memandang nanar kearah Ali. Saudaranya yang satu itu, sangat sulit untuk ditebak. Terlalu banyak teka-teki di dalam hidup Ali.

"BEGO!" Ali mengumpat dengan keras. Tidak peduli dengan respon kaget dari karyawan-karyawan yang berada di lobby.

Begitu di luar gedung, Ali berlari. Berlari dengan kencang dan tidak memperdulikan seberapa banyak barang dan orang yang ditabraknya. Ia tidak peduli dengan itu semua. Emosinya, melampaui batas maksimumnya sendiri.

Ali berhenti berlari. Menunduk, mengatur detak jantungnya yang melonjak menjadi cepat, dan nafasnya yang tersengal-sengal.

"Pria Brengsek!"

Berbagai umpatan keluar dari mulut pemuda itu. Tidak bisa menggambarkan bagaimana emosinya saat ini.

Ali menjatuhkan tubuhnya pada salah satu bangku yang kosong di sana. Meluruhkan punggungnya pada sandaran kursi, menutup kedua matanya sejenak.

"Jadi ini, yang lo lakuin pas lo bolos?" suara seseorang membuat Ali menegakkan tubuhnya dengan cepat.

Ia menoleh, "Elo."

Prilly mengangguk dan duduk di sebelahnya. "Lo kenapa sih suka banget bolos sekolah?" tanya Prilly penasaran.

"Sekolah bukan tempat di mana gue seharusnya berada." jawabnya acuh. Kembali menyandarkan punggungnya pada sandaran kursi.

"Kenapa? Padahal masa-masa SMA itu paling asik loh. Kita bisa ngerasain gimana indahnya jantuh cinta, sakitnya patah hati, serunya rame-rame bareng temen, sahabat, bolos bareng----"

"Untuk ukuran cewek normal kayak lo, nggak bagi gue." sela Ali saat Prilly berbicara. Prilly memutar kedua bola matanya kesal.

"Karena lo jarang masuk kelas. Makanya lo belum ngerasain itu semua."

"Udah gue bilang, sekolah bukan tempat gue."

Prilly mendengus. Matanya mengitari taman kota ini. Taman yang sejuk, banyak pohon rindang, danau buatan yang bagus. Biasanya ramai saat akhir pekan.

Ali diam-diam mengamati gadis itu. Gadis yang di tolongnya, gadis yang tanpa sadar ditarik ke dalam kehidupannya, gadis yang baru saja dikenalnya namun telah mengetahui rahasia besarnya. Prilly Natasha A.

"Gue pengen banget bisa pergi jalan-jalan berdua sama cowok gue besok. I mean, jalan-jalan keluar Jakarta. Keluar Bandung dan sekitarnya. Keluar pulau kalo bisa," Entah apa yang sedang di pikirkan Prilly, namun gadis itu tiba-tiba menyerukan keinginannya dari dulu.

Ali menatapnya heran, satu alisnya terangkat. Tapi tetap mendengarkan celotehan selanjutnya dari gadis itu.

"Pengen ngerasain gimana serunya jadi bagpacker, one fine day tanpa handphone kecuali pas foto-foto aja."

"Klasik, tapi seru." Ali memberi komentar. Prilly tersenyum senang.

"Pengen bisa ngewujudin pas ulang tahun gue besok, ke tujuh belas. Tapi sayang,gue nggak punya pacar."

Ali tidak membalas ucapan Prilly. Namun menurutnya, ini adalah salah satu kode untuknya. Kode tersirat.

Sadar Ali tidak menggubris celotehannya, Prilly menengok. Mendapati Ali sedang memikirkan sesuatu. Tatapannya kosong, tapi pikirannya bercabang. Ia bisa merasakan itu.

"Lo mikirin apaan?" tanya Prilly heran. Ali menggeleng. "Enggak. Bukan urusan lo juga."

Prilly mendengus. "Gue heran ya, cewek-cewek di sekolah kenapa pada demen banget sih sama lo? Dingin, cuek parah." ujar Prilly menggebu-gebu.

Kamu dan AkuWhere stories live. Discover now