"Akan Irina usahakan, Ma." Ujar Irina dengan yakin, mungkin ia bisa mikirkan kembali keinginan berpisahnya.

Mobil Al kini terpakir di depan rumah, dia datang dengan pakaian yang belum pernah Irina lihat dan begitu rapi. Luna menghampiri anak sulungnya dan memukul kepala Al dengan kesal, ia menyeramahi putranya itu. Setelah mengangguk paham, Al kini beralih ke Irina, berdiri di hadapan istrinya dengan kikuk.

"Kapan kamu akan berangkat?" tanya Al sedikit pelan dan ada perubahan panggilan.

"Nanti sore," jawab Irina, Al melihat jam yang melingkar di pergelangan tangannya lalu menggenggam tangan Irina.

"Ma, aku titip rumah ya. Mau jalan dulu sama Irina." Pamitnya lalu membawa Irina meninggalkan Luna yang tersenyum curiga melihat tingkah anaknya.

💔

Mungkin ide kencan bisa Al lakukan untuk memperbaiki hubungannya dengan Irina, seperti saat ini mereka tengah menikmati acara music live yang diadakan di salah satu mall ternama di Jakarta Utara. Al telah membeli dua tiket untuk masuk ke dalam lokasi, lalu mencari meja kosong untuk menikmati musik yang kini berdendang. Beruntunglah acara diadakan di tempat tertutup, jika tidak, akan dipastikan kulit mereka panas karena terika matahari yang sangat panas itu.

Irina menggerakan jarinya seakan mengikuti alunan lagu Cheerleader yang dicover oleh sang penyanyi, sedangkan Al memilih pesanan mereka.

"Kamu mau pesan apa?" tanya Al menyembulkan kepalanya di balik buku menu.

"Samain aja kayak elo," jawab Irina santai dan enggan menatap Al.

Al menatap tanpa kedip ke arah Irina yang masih asik mendengarkan alunan lagu itu, terkadang Irina mengikuti lirik tersebut dan bernyanyi pelan. Tak ingin mengganggu keasikan Irina yang tidak menyadari jika diperhatikan, ia tersenyum melihat Irina meskipun ia menyadari ada sesuatu yang tersembunyi dari tatapan Irina.

"Rin, hubungan kita bisa diperbaiki kan?" pertanyaan tanpa basa-basi itu membuat Irina menatap Al dan tanpa sengaja menatap mata cokelat bening yang terlihat penuh harap. Irina terdiam, hati dan pikirannya sedang bertengkar untuk menjawab pertanyaan Al itu.

"Jika elo mau mencoba akan gue kasih kesempatan," jawab Irina dengan tersenyum kecil. Ia akan mencoba memperbaiki hubungan ini meskipun ia tidak bisa berharap banyak, setidaknya Al ingin mencoba.

Senyum senang terukir di wajah AL yang tampan. "Aku bakal berusaha jadi suami kamu, hanya ada kita dan tidak ada orang lain lagi."

"Sandra?" tanya Irina, ya hanya Sandralah yang Irina pikirkan.

"Aku sudah putusin dia, jadi semua udah selesai," Jawab Al namun Irina tidak terlalu yakin dengan jawaban itu namun ada rasa lega yang kini dirasakannya. "Kamu batalkan ke Jepang?" tanya Al dengan penuh harap.

"Akan aku pikirkan," jawab Irina dengan senyum manis, Al pun membalasnya dengan mengecup punggung tangan Irina dengan lembut.

Kini penyanyi Isyana Sarasvati telah berdiri diatas panggung, menyanyikan sebuah lagu yang sungguh pedih namun tidak bagi Irina dan Al, lagu itu bagaikan lantunan lagu paling romantis bagi mereka saat ini.

Setelah selesai Al kembali mengajak Irina pergi, tautan tangan mereka tak lepas sejak keluar dari pintu ruangan itu. Al pun tak segan-segan mengecup kening Irina di depan publik, hingga seorang wanita menghampiri mereka dengan wajah bersungut-sungut marah.

"Sekarang kamu puas? Semua kamu ambil Irina! Sampai kapan kamu tidak merebut kebahagian aku, ha?" teriakan penuh amarah itu terlontar dari bibir Sandra, Irina melepas genggaman tangannya dan mencoba menenangkan Sandra namun Al mencegah. "Padahal kamu tahu kalau Al adalah sumber kebahagian terakhirku. Dasar wanita munafik! Kamu tidak pantas menjadi istri Al."

Teriakan Sandra menarik perhatian pengunjung, beberapa orang mulai menatapnya. Terlebih Irina dan Al adalah publik figure yang saat ini pernikahan mereka sedang hangat dibicarakan karena begitu tertutup dan mendadak. Al menarik Sandra keluar mall menuju ruangan kedap suara yang disediakan oleh pihak keamanan.

"Kamu apaan sih Sand?" tanya Al memegang lengan Sandra dengan kencang.

"Aku ingin merebut milikku darinya, semua milikku telah dia rebut, Alexander! Dan asal kamu tahu, aku hamil anak kamu!" teriak Sandra yang membuat Al terdiam tak berkutik, begitu pula Irina yang langsung menutup mulutnya.

"Jangan gila kamu Sandra!" ujar Al dengan tatapan tak percaya.

"Aku memang gila, gila karena kamu lebih milih dia! Aku ingin kamu tanggungjawab Al!" pekik Sandra.

"Itu tidak mungkin, aku sudah menikah." Geram Al dengan tatapan tajam.

"Aku bisa tuntut kamu, tapi itu tidak cukup. Aku akan menghancurkan kejayaan keluarga Hutama!" ancam Sandra. Al memijat keningnya, Irina terlihat di luar ruangan.

"Ceraikan Irina!" ujar Sandra yang langsung mendapat perhatian Al.

"Itu tidak pernah terjadi."

Al dapat melihat Irina berlari meninggalkan ruangan itu, tanpa menunggu lama Al langsung menyusul Irina. Panggilan tak kunjug didengar oleh Irina, hingga akhirnya Al bisa menarik lengan Irina hingga ia membalikkan tubuhnya. Air mata itu dapat Al lihat di wajah Irina, deras tanpa ditutupi apapun. Ia kembali membuat air mata itu mengalir, ia mendekap tubuh Irina dengan erat.

"Kamu bisa ceraikan aku," bisik Irina yang berada dalam dekapan Al.

"Enggak akan Rin, aku ingin memperbaiki semua."

"Tapi enggak ada yang bisa diperbaiki, semua udah jadi bubur Al. Meskipun seribu cara kita memang tidak bisa bersama selain menjadi sahabat," ujar Irina yang semakin terisak dalam tubuh Al.

"Bisa Rin, gue sudah memilih elo untuk menjadi wanita terakhir di hidup gue," balas Al dengan yakin. Irina melepaskan pelukkannya dan menatap Al tepat dimanik cokelat bening itu.

"Gue enggak bisa Al, bye." Suara irina begitu pelan namun dapat Al dengar, namun ia tak dapat menarik Irina lagi, karena taxi telah membawanya pergi.

____________________________
I'm breaking free from these memories
Gotta let it go, just let it go
I've said goodbye
Set it all on fire
Gotta let it go, just let it go

You came back to find I was gone
And that place is empty, like the hole that was left in me
Like we were nothing at all
It's not that you meant to me
Thought we were meant to be
Oh, there isn't one thing left you could say
I'm sorry it's too late
______________________________

Irina berpamitan dengan Luna dan Billy yang terlihat bingung menatapnya, ia enggan menceritakan hal yang baru saja terjadi. Lalu ia memeluk erat Luna setelah barangnya masuk ke dalam taxi, ia kembali menangis dalam dekapan Luna.

"Irina sayang Mama, tapi maaf Irina keluar dari keluarga Mama." Bisik Irina lalu dengan cepat masuk ke dalam taxi menghindari pertanyaan lebih lanjut yang akan ia dengar dari Luna.

Luna memandang kepergian menantunya, Ia bisa melihat secara langsung sisa air mata yang membekas di pipi Irina begitu jelas. Ada masalah antara Irina dan Al, harusnya Irina pulang bersama Al namun tadi ia tak melihat batang hidung Al sedikit pun.

Reis [Re-write]Where stories live. Discover now