19 | Hidden

164 33 1
                                        

Keheningan dan suara tangis sang ibu mengisi ruang tengah yang sangat luas di rumah tersebut. Wonyoung masih berusaha menerima pengakuan dari kedua orang tuanya mengenai anak laki-laki yang ada di foto. Di saat ia sudah bisa mengatur dirinya agar lebih tenang, ia kembali bertanya,

"Kenapa.. kenapa aku tidak tahu bahwa aku memiliki saudara? Kenapa kalian menyembunyikannya dariku? Kenapa aku tidak boleh mengetahui keberadaannya?"

Pertanyaan yang diiringi oleh tangisan itu membuat dirinya kembali terpuruk. Masih tidak mendapatkan jawaban, ia melontarkan kembali pertanyaan pada kedua orang tuanya, "Dimana dia sekarang?" Tangis sang ibu semakin pecah mendengar hal itu. Sang ayah yang merasa tidak bisa lagi untuk memghindar mulai membuka suara dan menjawab semua pertanyaan sang anak.

"Kakakmu.. sudah tiada. Maafkan kami yang telah menyembunyikan hal ini darimu." Jelas sang ayah yang mendapatkan tatapan kecewa dari sang anak. Sang ibu telah terduduk di lantai dengan menggumamkan sesuatu yang masih terdengar oleh Wonyoung, "Maafkan ibu, nak. Ibu minta maaf."

[flashback on]

Kediaman itu diisi dengan tawa menggema seorang anak laki-laki yang berusia enam tahun. Ia berlari kesana kemari, bermain dengan sang bibi. Kedua orang tuanya hanya melihat sambil duduk di bangku taman sembari menyeruput secangkir teh. Tiba-tiba saja tawa itu berhenti dengan sang anak yang berjalan dengan murung ke arah mereka berdua.

"Ada apa sayang? Kenapa kau tiba-tiba menjadi sedih?" Tanya sang ibu.

Dengan bibir yang mengerucut, ia memberitahukan alasan mengapa ia tiba-tiba bersedih, "Ibu, aku kesepian. Aku ingin punya teman."

"Bukankah bibi dan ayah ibu adalah temanmu?"

"Tidak. Kalian semua orang dewasa. Aku ingin punya teman yang bisa menemaniku bermain setiap saat. Aku ingin punya adik, ibu."

Kedua orang tuanya yang mendengar hal itu saling bertukar tatap dengan raut wajah bingung. Kenapa tiba-tiba anak mereka ingin punya adik?

"Teman-temanku selalu pamer kalau mereka punya adik. Aku juga ingin punya." Ucap anak laki-laki yang menunduk merengut karena permintaannya.

"Sebentar ya, ibu akan bicarakan dulu dengan ayahmu." Setelah bertukar pendapat dan berbincang dengan sang suami, ia pun memberitahukan pada sang anak bahwa keduanya setuju untuk memberikan adik padanya. Sang anak melompat dan berlarian kesana kemari mengetahui bahwa ia akan segera memiliki adik.

"Tapi, ada satu syarat. Ketika kau sudah dewasa nanti, kau harus melanjutkan perusahaan milik ayah." Dia yang masih kecil dan belum paham pun hanya menganggukkan kepalanya setuju. Pikirannya sekarang hanya tertuju pada satu tujuan, yaitu memiliki adik.

Selang beberapa bulan, tiba waktunya sang ibu yang sudah mengandung untuk melahirkan. Kelahiran anak kedua mereka berjalan dengan lancar. Setelah beberapa hari di rumah sakit, akhirnya sang ibu sudah bisa pulang ke rumah. Di dalam kamar, sang ibu dan bayi yang baru lahir berbaring di kasur bersama. Anak laki-laki yang masuk melihat adik kecilnya sedang tertidur.

"Halo, adik kecil. Aku Ilyeong, kakakmu. Saat kau sudah besar nanti kita main bersama ya." Ucapnya sambil berbisik kecil agar tidak menggangu tidur sang bayi.

"Ibu, siapa nama adik kecil ini?" Tanyanya pada sang ibu.

"Wonyoung. Jang Wonyoung." Jawab sang ibu.

"Kenapa panjang sekali namanya? Woyoung? Wooyoung? Wonyoung? Ah susah sekali. Aku akan panggil dia Wony saja."

Sang ibu hanya tertawa mendengar ocehan anaknya. Hari-hari pun berlalu dan setiap sepulang sekolah Ilyeong tidak pernah absen untuk selalu mendatangi sang adik yang selalu tertidur tiap ia datang. Terkadang ia bisa sampai tertidur bersama sang adik ketika terlalu lelah sehabis pulang sekolah.

Equal and Different 「 Jangkku 」Where stories live. Discover now