Langit kembali menggelap dengan Wonyoung yang kini sudah sampai di rumah. Ia merasakan kepalanya pusing dan punggung yang terasa berat. Baru kali ini ia kembali merasakan lelah sehabis bekerja padahal sebelumnya ia baik-baik saja. Setelah berada di dalam kamar dan membersihkan diri, ia segera membaringkan dirinya di kasur. Tetapi baru beberapa detik berbaring, ia langsung terduduk karena merasakan lapar.
Ia pun menghela nafas lelah dan segera menuju dapur untuk mengisi perutnya. Saat mencari-cari makanan yang bisa dimakan, ia mendengar suara mobil orang yang tinggal bersamanya memasuki pekarangan rumah. Tiba-tiba ia langsung teringat hal tadi siang dimana dia mendengar sang suami- Sunghoon mengucapkan kalimat 'sayang' pada seseorang di telepon. Menggelengkan kepalanya berusaha melupakan hal itu lagi.
"Kenapa aku selalu terpikirkan hal itu? Mau dia punya pasangan pun tidak ada sangkut-pautnya denganku." Ujar Wonyoung berceloteh sendiri.
Sunghoon masuk ke dalam rumah sambil membawa tempat makan siang yang dibawakan Wonyoung tadi dan meletakkannya di dekat wastafel. Ia melihat Wonyoung yang sedang sibuk mencari-cari sesuatu di lemari atas meja dapur.
"Mencari apa?" Tanya Sunghoon sambil terus memperhatikan Wonyoung dengan tangannya sibuk mengobrak-abrik kabinet yang menyimpan makanan ringan di atas sana.
Tidak mendapat jawaban, Sunghoon pun mendekat ke arah sang istri. Wonyoung langsung menegang kecil dan tersadar ketika melihat uluran tangan dari orang yang ada di belakangnya ikut mencari sesuatu di lemari yang ia obrak-abrik sedari tadi. Ia merasakan jarak punggungnya dan Sunghoon sangat dekat.
"Kau mencari makanan? Apa kau belum makan?"
Wonyoung yang masih terdiam karena jarak yang sangat dekat ini, sedikit terkejut ketika Sunghoon tiba-tiba bersuara lagi tepat di telinganya dengan suara yang terdengar lelah tetapi tetap berusaha lembut. Wonyoung pun segera menggeserkan badannya yang semula di kurung dengan tidak sengaja oleh Sunghoon dari belakang.
"Iya, tadi. Tapi, sekarang sudah tidak lapar lagi." Ucap Wonyoung sambil menatap ke arah Sunghoon yang raut wajahnya terlihat lelah. Wonyoung yang ingin segera beranjak pergi dari sana langsung terurungkan ketika Sunghoon memanggilnya.
"Tunggu. Aku ada ini, kau ambil saja."
Wonyoung sedikit heran ketika melihat Sunghoon mengeluarkan sesuatu dari saku celananya dan ternyata sebuah coklat. Ia pun menerimanya karena Sunghoon yang terus mengulurkan tangannya untuk memberikan coklat itu.
"Terima kasih." Setelahnya, Wonyoung segera menuju ke lantai atas dan masuk ke kamarnya. Sunghoon yang memperhatikan Wonyoung sedari tadi hanya tersenyum dan ikut menyusul ke lantai atas dan menuju ke kamarnya.
──────── ୧.୨ ────────
Keesokan paginya, Wonyoung yang sedang bersiap di meja rias tiba-tiba termenung dan melihat ke meja di samping tempat tidur yang diatasnya terdapat sebuah coklat yang diberikan Sunghoon tadi malam. Ia belum memakannya karena semalam ia sibuk menetralkan detak jantungnya akibat Sunghoon dan terlelap setelahnya. Ia pun mengambil coklat itu dan memakannya satu potong kecil. Setelahnya, ia pun segera turun dan tiba-tiba berhenti ketika mendengar suara Sunghoon yang sedang berbicara di lantai bawah. Dia tidak menguping pembicaraan, karena suara Sunghoon yang besar dia pun jadi bisa ikut mendengarnya dari lantai atas, pikirnya.
"Apa kau tahu toko lain yang menjual kue coklat sama seperti itu? Kau kan juga tahu dia tidak mau selain kue coklat itu."
"...."
"Benar ada di situ? Kau tidak menipuku, kan?"
YOU ARE READING
Equal and Different 「 Jangkku 」
Romance[M] Permintaan dari orang tersayang dan paksaan untuk melindungi orang yang ia sayangi. Dua orang yang menerima perjodohan dengan alasan masing-masing. Keduanya memiliki luka yang disimpan dengan rapi dan dipertemukan untuk saling menyembuhkan gores...
